Balita

5 Cara Ampuh Hadapi Anak yang Suka Pilih-pilih Makanan

5 Cara Ampuh Hadapi Anak yang Suka Pilih-pilih Makanan

Si kecil selalu menyingkirkan sayuran dari piringnya? Anak merengek minta disajikan ayam goreng setiap hari? Tenanglah, Bunda tidak sendirian! Picky eater atau sikap pilih-pilih makanan yang dimiliki anak memang menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua.

Penyebab Anak Jadi Picky Eater

Pilih-pilih makanan sering terjadi pada batita. Mengetahui penyebab anak pilih-pilih makan akan membantu Anda melewati fase ini dengan lebih mudah. Lantas, kenapa anak jadi picky eater?

  1. Anak belum mandiri

    Bila anak selalu memberi jawaban warna yang sama ketika Anda menanyakan baju yang akan ia kenakan, jangan terkejut bila ia hanya makan makanan yang itu-itu saja.

    Anda bisa terapkan aturan “satu kali gigit.” Tujuannya bukan untuk membuat anak makan brokoli setiap hari saat ini, tapi membantunya menyukai brokoli untuk jangka panjang. Pastikan ada setidaknya satu makanan di piring yang anak sukai. Tapi ia harus mencicipi semua makanan yang ada di atas piring. Tak apa bila ia tidak menyukainya, tapi yang kemudian terjadi adalah anak mencicipi variasi rasa yang lebih banyak.

  2. Makanan terasa lebih tidak enak bagi anak

    Sebagai manusia, kita lebih menyukai makanan dengan rasa manis dan tidak menyukai rasa pahit. Rasa manis itu identik dengan enak dan rasa pahit bisa menandakan sesuatu yang beracun. Beberapa makanan terasa sangat tidak enak di lidah anak karena mereka memiliki lebih banyak reseptor pengecap dibanding orang dewasa. Anak mungkin juga lebih sensitif pada makanan pahit.

    Anda butuh 10 sampai 15 kali menyajikan makanan sebelum anak mau mencicipinya, jadi terus sajikan makanan ini. Coba sajikan makanan dalam bentuk yang lebih mudah dimakan. Rasa asam bisa menetralisir rasa pahit, jadi Anda bisa tambahkan perasan lemon ke potongan brokoli.

    Coba juga sajikan sayuran yang masih mentah, selain dimasak. Mungkin masalahnya adalah tekstur dan suhu. Ada anak yang tidak suka sayuran yang dimasak, tapi memakannya dalam kondisi mentah atau beku.

  3. Karena anak belum merasa lapar

    Bila cemas anak tidak makan cukup tapi tingkat pertumbuhannya baik, berarti Anda perlu mengubah persepsi tentang berapa banyak yang perlu ia makan. Ingat, satu sajian makanan untuk anak kecil adalah satu sendok makan per usia anak.

    Saat makan, Anda bisa mulai dengan beberapa suap makanan yang tidak terlalu disukai anak, biasanya sayuran, dan sisakan yang paling anak sukai di bagian akhir.

  4. Acara makan terlalu kaku

    Mengajak anak mencoba makanan baru sering kali sulit, dan semakin sulit bila ia menolak untuk duduk tenang di meja makan. Tapi tidak realistis bila orangtua merasa anak akan duduk tenang selama lebih dari 10 atau 15 menit.

    Solusinya, jadikan acara makan menyenangkan bagi anak. Pertimbangkan juga waktu Anda menyajikan makan. Sajikan makan malam antara jam 5 atau 5.30 sore. Setelah jam ini akan lebih sulit  karena anak sudah mulai lelah, rewel, dan lebih enggan mencoba sesuatu yang baru.

  5. Penyajian makanan yang membosankan

    Penelitian menunjukkan anak akan makan lebih banyak buah dan sayur ketika disajikan dalam bentuk yang menarik. Memberi nama menarik untuk makanan juga meningkatkan keinginan anak untuk mencobanya. Anak usia balita makan lebih banyak wortel ketika diberi nama “wortel sinar X” dibandingkan dengan sebutan “wortel” saja.

Mitos Tentang Picky Eater 

Berikut ini beberapa mitos tentang picky eater yang biasa didengar orangtua, serta fakta yang ada di baliknya:

  • Jika anak menolak makanan, jangan tawarkan kembali

    Membuat anak mau makan makanan yang ia tidak suka membutuhkan perjuangan keras. Tapi penelitian membuktikan beberapa anak perlu mencicipi sebanyak 15 kali sebelum akhirnya mau memakannya. Jadi jangan langsung menghindari makanan yang tidak mau dimakan anak, tapi coba beberapa resep berbeda. Anda bisa sajikan makanan yang ditolak anak bersama makanan yang  ia sukai.

  • Anak picky eater tidak akan mencoba makanan baru

    Menolak makanan jadi hal wajar bagi anak. Semua anak melalui tahap di mana mereka punya kelebih-sukaan pada makanan tertentu dan tidak menyukai sebagian makanan lainnya. Bila orangtua tidak kembali menawarkan makanan yang ditolak, anak tidak punya kesempatan untuk mengubah pendapatnya, bukan? Butuh 10 sampai 20 kali usaha sebelum akhirnya anak mau mencicipi makanan tersebut. Ketika anak menolak makanan, orangtua bisa mendorong semua anggota keluarga di meja makan untuk menikmati makanan itu. Ketika anak melihat orang lain menikmati makanan yang ia tolak, ia akan mulai mencicipinya.

  • Anak tidak akan kelaparan

    Anak yang makan sangat sedikit tentu akan merasa lapar. Anak kekurangan nutrisi yang mencukupi. Kebanyakan anak memang tidak akan mati karena menjadi picky eater, tapi mereka tidak akan tumbuh dengan baik, serta tertunda pertumbuhan tinggi, berat, dan otaknya. Picky eater yang ekstrim kadang terlihat tumbuh dengan baik, karena makanan yang dikonsumsi adalah makanan siap saji dan kalori dari jus serta minuman soda. Tapi secara nutrisi, mereka kekurangan.

  • Tunggu saja, anak akan melewati fase ini dan baik-baik saja

    Beberapa anak mungkin demikian, tapi sebagian lagi tidak. Hingga 25 persen anak mengalami feeding disorder. Feeding disorders tidak sama dengan gangguan makan. Feeding disorders membuat fungsi organ tubuh anak terganggu.

Nutrisi Yang Dibutuhkan Anak Dari Makanan

Kebanyakan orangtua menyadari kalau anak mereka harus makan dengan pola makan yang seimbang. Berikut ini nutrisi yang perlu didapat anak setiap hari dari makanan yang ia makan:

  1. Protein

    Protein membantu pembentukan sel tubuh, mengubah makanan menjadi energi, melawan infeksi, dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Makanan yang tinggi kandungan protein antara lain daging, unggas, ikan, telur, kacang, buncis, dan produk susu.

  2. Karbohidrat

    Karbohidrat menjadi sumber energi paling penting bagi tubuh. Karbohidrat membantu anak menggunakan lemak dan protein untuk membentuk dan memperbaiki jaringan tubuh. Karbohidrat ada berbagai macam bentuknya, seperti gula serta serat. Tapi anak harus makan serat dan mengurangi gula. Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat antara lain roti, sereal, nasi, biskuit, kentang.

  3. Lemak

    Lemak jadi sumber energi bagi anak yang mudah disimpan di tubuhnya. Lemak juga penting dalam membantu tubuh menggunakan nutrisi lain yang dibutuhkan. Makanan yang mengandung tinggi lemak antara lain produk susu murni, minyak sayur, daging, ikan, dan kacang.

  4. Kalsium

    Kalsium penting dalam membantu membangun kesehatan tulang dan gigi anak. Kalsium juga penting untuk pembekuan darah, saraf, otot, dan fungsi jantung. Makanan yang mengandung kalsium tingkat tinggi antara lain susu, keju, yoghurt, kuning telur, es krim, brokoli, bayam, dan tahu.

  5. Zat besi

    Zat besi penting untuk pembentukan darah yang sehat yang membawa oksigen ke sel di seluruh tubuh. Makanan yang mengandung zat besi tinggi antara lain daging merah, unggas, kerang, kacang, dan sereal fortifikasi zat besi.

  6. Folat

    Folat selain untuk calon ibu, juga penting untuk anak. Sebagai salah satu bentuk vitamin B, folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel anak yang sehat. Kekurangan folat bisa menyebabkan anemia. Makanan yang memiliki kandungan tinggi folat antara lain asparagus dan bayam.

  7. Serat

    Serat membantu buang air besar teratur pada anak. Serat juga berperan penting dalam menurunkan kemungkinan penyakit jantung dan kanker nantinya. Makanan yang mengandung tinggi serat bisa didapat dari aneka buah dan sayur.

  8. Vitamin A

    Vitamin A memberi banyak manfaat bagi anak dan orang dewasa. Vitamin A baik untuk pertumbuhan, membantu mata menyesuaikan cahaya redup dan terang, menjaga kulit tetap sehat, dan mencegah infeksi. Makanan yang mengandung kandungan tinggi vitamin A antara lain wortel, ketela, bayam, brokoli, minyak ikan, dan kuning telur.

  9. Vitamin C

    Vitamin C lebih dari sekedar untuk melawan pilek. Vitamin C memperkuat dinding pembuluh darah, membantu tubuh sembuh dari luka, dan tulang serta gigi jadi lebih kuat. Makanan yang mengandung vitamin C tinggi antara lain jeruk, stroberi, tomat, kentang, melon, brokoli, bunga kol, bayam, dan mangga.

Trik Menghadapi Anak Yang Picky Eater

Penyebab mengapa anak sangat pemilih soal menu makanan pun beragam. Bisa jadi karena sayuran menurutnya tidak enak, bentuknya aneh, atau hanya karena anak takut mencoba rasa makanan baru. Ada juga anak-anak yang mudah bosan dengan jenis makanan tertentu sehingga menolak menu yang itu-itu saja. Aduh! Padahal, menyiapkan makanan bukanlah perkara mudah ya, Bun.

Selain rasa, para Ibu juga dituntut untuk menyeimbangkan kebutuhan gizi si kecil melalui campuran sayuran, protein, serta lemak. Jika anak terus menerus menolak makan sayur atau hanya ingin makan daging saja setiap hari, ya tentunya hal tersebut kurang menyehatkan. Nah, karena itulah Ibupedia akan berbagi tips bagaimana cara menaklukan si picky eater cilik Anda!

  1. Awali pagi dengan sarapan penuh gizi

    Menurut Elizabeth Pantley, penulis buku The No-Cry Picky eater Solution: Gentle Ways to Encourage Your Child to Eat – and Eat Healthy, anak yang mendapatkan sarapan bernutrisi tinggi cenderung akan memilih menu makanan sehat pada sisa hari tersebut. Kalau menu sarapan di keluarga Bunda selalu hanya roti selai atau nasi goreng, maka mulailah berkreasi dengan varian menu penuh nutrisi lainnya. Misal, potongan buah dengan yoghurt, sereal, roti isi, telor orak-arik, atau smoothies.

  2. Biarkan anak kelaparan

    Eit, jangan keburu heran, lapar di sini memiliki maksud baik kok. Ketika anak sedang lapar-laparnya, maka ia akan cenderung memakan apapun dalam jumlah yang banyak, termasuk biskuit dan jajanan ringan lainnya. Sesekali singkirkan snack dari jangkauan anak selama di rumah agar ia tetap lapar sampai tiba waktu makan malam.

    Betsy Hicks, penulis Picky Eating Solutions menyarankan agar para orang tua tidak perlu takut anaknya kelaparan sesaat sebelum jam makan. Ketika si kecil merengek minta jajan, cobalah mengalihkan perhatian anak dengan mengajaknya jalan-jalan di taman, membuat prakarya bersama, atau sekedar menonton video lucu di komputer. Hasilnya, anak-anak tidak lagi hobi ngemil dan makan di saat mereka benar-benar lapar.

    Selain makanan terasa lebih enak, kegiatan makan bersama pun menjadi sesuatu yang dinanti-nanti. Sebagai bonusnya, anak yang sedang lapar akan cenderung mau mengonsumsi berbagai jenis makanan. Nah, inilah kesempatan Bunda untuk berkreasi dengan berbagai macam sayuran yang selama ini selalu dijauhi si kecil.

  3. Sajikan hidangan secara menarik

    Percayalah, Anda tidak perlu menjadi seorang gourmet chef untuk bisa mempresentasikan makanan agar terlihat cantik. Cukup kreasikan potongan sayuran dengan aneka bentuk, telur dadar yang digulung cantik, atau sekedar bermain motif piring.

    Misalnya saja, sajikan potongan wortel rebus yang ditusuk dengan tusuk gigi agar memudahkan anak memakannya. Atau, tata aneka potongan jenis buah di dalam gelas cantik kesayangan sang buah hati. Presentasi makanan yang baik akan membuat anak Anda tertarik untuk mencicipi hidangan di depannya.

    Sebab, menurut Liz Weiss dan Janice Bissex yang merupakan ahli nutrisi serta penulis buku No Whine With Dinner: 150 Healthy, Kid-Tested Recipes From the Meal Makeover Moms, manusia itu makan melalui matanya. Ya, jika suatu makanan terlihat menarik, maka tanpa disadari mulut kita akan mengeluarkan liur bahkan sebelum mencicipi hidangan tersebut. Hal ini berlaku dua kali lipat lebih ampuh bagi anak kecil karena selain pemilih, anak-anak juga sangat sensitif terhadap visual makanan.

  4. Biarkan anak menyiapkan makanannya sendiri

    Memang wajar apabila para Ibu senang sekali mengambilkan lauk pauk anak di atas piring dengan harapan ia akan menghabiskan porsi makanan sesuai yang Anda inginkan. Padahal, menurut Emma Waverman, penulis buku Whining & Dining: Mealtime Survival for Picky eaters and the Families Who Love Them, membiarkan anak memilih lauk pauknya sendiri akan membantu mengurangi kebiasaan pilih-pilih makanan si kecil.

    Lalu, bagaimana donk jika si kecil hanya memilih makanan yang ia sukai dan lagi-lagi mengabaikan sayuran? Kuncinya adalah jangan marah, mengomel, atau menceramahi anak Anda. Biarkan ia memilih dengan tenang tanpa campur tangan pilihan orang tuanya. Tujuan dari hal ini adalah untuk menciptakan suasana makan bersama yang tenang, tidak saling adu mulut, serta jauh dari stres.

    Ketika anak merasa rileks saat makan, maka biasanya ia akan mulai berani mengambil risiko mengonsumsi jenis makanan baru. Apabila anak Anda tetap pada pendiriannya hanya makan jenis lauk yang itu-itu saja, maka mulailah mendiskusikan pentingnya mengonsumsi berbagai macam variasi makanan dengan si kecil.

    Tapi ingat ya Bun, selalu diskusikan hal tersebut di luar waktu makan agar menghindari terjadinya pertengkaran. Misalnya saja, si kecil selama ini hanya mau makan karbohidrat seperti nasi dan roti tanpa tambahan sayuran lainnya. Tugas Bunda adalah menjelaskan komposisi makanan yang seimbang, lebih bagus lagi apabila disertai gambar hidangan tertentu. Jangan lupa pula untuk menanyakan ide-ide si kecil tentang menu sehat apa yang ia inginkan. Selagi memungkinkan, maka tidak ada salahnya memenuhi keinginan anak Anda.

  5. Berhentilah menyalahkan diri sendiri

    Ketika Anda melihat anak seorang teman begitu patuh saat disuruh menghabiskan sayuran sedangkan anak Bunda masih saja rewel, kadang memang terbesit perasaan kesal. Terutama, kesal terhadap diri sendiri. "Apa aku kurang tegas ya jadi orang tua?", "Kenapa si kecil susah sekali diatur?"

    Well, beragam pikiran negatif pun mulai membayangi Bunda. Padahal, kebiasaan pilih-pilih makanan sang buah hati tidak bisa menjadi tolak ukur kegagalan Bunda sebagai orang tua. Sikap pemilih si kecil itu hanyalah masalah kebiasaan buruk saja, sama halnya dengan kebiasaan buruk lainnya seperti malas mandi, malas membereskan mainan, atau jarang mencuci tangan.

    Betapapun Anda sering mengingatkan perilaku buruk anak, ia sesekali akan tetap bandel dan kembali pada kebiasaan lamanya. Memang dibutuhkan kesabaran, disiplin, serta ketelatenan tinggi sampai si kecil mengubah kebiasaan buruknya tersebut.

    Emily Rosenbaum, penulis buku Cooking on The Edge of Insanity yang juga memiliki anak picky eater, mengatakan pentingnya kesadaran pada orang tua untuk tidak menyalahkan diri sendiri. Sebab, sekali saja Anda merasa gagal sebagai orang tua, maka detik itu pula Anda menyerah untuk membantu anak mengatasi kebiasaan buruknya.

    Bersikaplah rileks, tidak menceramahinya, apalagi memancing pertengkaran di meja makan. Dengan sikap rileks dan tidak menyalahkan diri sendiri, anak pun perlahan akan meniru perilaku Bunda yang tenang dan tidak menghakimi. Meski ia tetap menyingkirkan sayuran dari piring, paling tidak Anda tetap akan menghabiskan waktu makan bersama dengan penuh suka cita.

Namun, apabila kebiasaan pilih-pilih makanan sampai mengganggu kesehatan si kecil atau senantiasa memancing perdebatan yang tidak sehat di rumah, maka sebaiknya Bunda berkonsultasi pada dokter. Menurut Linda Piette, seorang pakar nutrisi anak sekaligus penulis buku Just Two More Bites: Getting Picky eaters to Say Yes to Food, beberapa anak menjadi picky eater karena adanya masalah terkait perkembangan kesehatannya.

(Yusrina & Ismawati)