Balita

Cara Menangani Konstipasi pada Anak

Cara Menangani Konstipasi pada Anak

Bagaimana cara mengetahui jika si kecil mengalami konstipasi?

Jika berbicara mengenai sistem pencernaan anak, maka sebenarnya tidak ada istilah buang air secara normal atau terjadwal. Bisa jadi sang buah hati selama ini lancar buang air besar sesaat setelah makan atau bisa juga harus menunggu sehari atau dua hari untuk bisa buang air besar.

Pola tersebut tergantung dari apa yang dimakan dan diminum si kecil serta seberapa aktif ia bergerak. Cepat tidaknya anak dalam mencerna makanan juga turut menentukan seberapa lancar pencernaannya.

Jika Bunda merasa khawatir apabila anak mengalami konstipasi, cobalah untuk mencocokkan apakah kondisi si kecil sesuai dengan poin-poin di bawah ini:

  • Feses anak susah keluar karena terlalu kering dan mengeras
  • Anak lambat dalam mencerna makanan sehingga ia mengalami susah buang air besar hingga 4 hari bahkan lebih. Ketika si kecil sudah bisa buang air, ia terlihat nampak kesakitan.
  • Perhatikan apakah jika sang buah hati masih memakai popok, ada cairan yang keluar bersamaan dengan feses. Biasanya cairan tersebut terlihat jelas membekas di popok maupun celana dalam anak apabila ia sudah lepas dari popok. Jangan buru-buru menyimpulkan anak terserang diare ya, Bun. Pasalnya, cairan tersebut dapat merupakan salah satu bukti awal anak mengalami konstipasi.


Mengapa si kecil mengalami konstipasi?

Berikut adalah alasan-alasan utama mengapa konstipasi dapat terjadi pada anak Bunda:

  • Takut masuk ke kamar mandi. Ketika anak merasa tertekan bahkan sampai mengalami kecemasan berlebihan perihal harus buang air secara mandiri, maka ia akan memilih untuk menahan keinginannya untuk buang air besar. Coba deh Bunda dudukkan si kecil di toilet. Apabila ia menunjukkan raut muka kemerahan, membungkukkan punggung, serta tubuhnya terlihat kaku padahal tidak ada feses yang keluar, maka bisa jadi ia sedang menahan diri untuk tidak sampai buang air besar.
  • Biasanya ketika anak sedang dalam masa potty training, ia ingin cepat-cepat menyelesaikan urusannya sehingga tidak sepenuhnya mengosongkan isi perutnya. Hal ini berbahaya loh, Bun. Sebab, ada kemungkinan usus si kecil akan membesar jauh dari ukuran normalnya hingga mengalami kram. Ukuran usus yang membesar akan membuat feses susah dikeluarkan dan dampaknya, si kecil jadi malas untuk buang air besar.
  • Memakan terlalu banyak asupan rendah serat. Jika anak Bunda hanya mau mengonsumsi yoghurt, susu, keju, mentega, atau kacang-kacangan maka besar kemungkinan ia akan mengalami konstipasi. Bagaimanapun, si kecil membutuhkan sayur-sayuran, buah, serta gandum utuh untuk mencegahnya mengalami susah buang air besar.
  • Kurang aktivitas.
  • Tubuh yang sering digerakkan akan memperlancar aliran darah menuju sistem pencernaan si kecil. Jadi, anak yang cenderung beraktivitas di dalam rumah terlebih hanya duduk diam di depan layar televisi atau komputer kemungkinan besar akan mengalami konstipasi.
  • Dehidrasi. Apabila anak Bunda tidak mendapatkan cukup cairan, maka sistem tubuhnya akan merespon hal tersebut dengan cara menyerap lebih banyak cairan dari asupan makanan atau minuman apapun yang masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, saat anak buang air besar, ia akan mengalami kesusahan karena kotorannya terlalu keras dan kering.


Bagaimana cara menangani anak yang mengalami susah buang air besar?

Pencernaan anak tentunya berbeda dengan sistem pencernaan orang dewasa. Oleh sebab itu, jangan sembarangan memberikan anak obat-obatan yang memaksa tubuhnya agar cepat mengeluarkan feses.

Ada banyak kok cara-cara lain yang dapat Bunda pakai, salah satunya adalah:

  • Perbanyak asupan makanan berserat pada anak. Biasakan memberikan sereal, roti, sayuran, biskuit gandum, buah serta sayuran seperti kacang-kacangan, plum, aprikot, atau brokoli.
  • Hindari memberikan makanan yang dapat menimbulkan efek negatif apabila dikonsumsi secara berlebihan, meskipun memang banyak manfaat yang terkandung dalam makanan tersebut. Misalnya saja terlalu banyak memberikan jeruk, pisang, serta wortel masak. Selain itu, terlalu berlebihan dalam memberikan produk-produk olahan susu seperti keju yoghurt, es krim, serta susu juga akan membuat anak mudah terserang konstipasi. Lalu, berapa jumlah aman pemberian produk olahan susu tiap harinya? Well, dua hingga tiga sajian olahan susu per hari saja sudah cukup kok Bun untuk kebutuhan nutrisi sang buah hati. Satu sajian tersebut setara dengan setengah cangkir susu.
  • Bantu serta dukung anak untuk rajin-rajin bergerak setiap harinya. Latih ia untuk merangkak, berjalan kaki di sekitar rumah, atau sekedar main kejar-kejaran dengan Anda di dalam rumah. Melakukan aktivitas yang banyak membutuhkan gerak tubuh itu penting agar darah semakin lancar terpompa masuk ke dalam tubuh si kecil.
  • Untuk mendapatkan feses yang lembut dan lancar saat dikeluarkan dari tubuh, maka Bunda perlu memberikan lebih banyak asupan cairan untuk anak. Air mineral tentunya adalah pilihan terbaik dan termudah yang dapat Bunda dapatkan. Jika anak tidak suka meminum air tanpa rasa, maka Bunda boleh kok menyajikan jus apel di sela-sela waktu makannya. Tapi ingat ya Bun, jangan terlalu banyak memberikan jus buah. Batasi sekitar 4 ons saja tiap harinya untuk menghindari kerusakan gigi serta menurunnya nafsu makan si kecil. Dengan cara ini, maka anak biasanya akan mulai mengompol hingga empat atau 5 kali sehari (siap-siap mengganti popok ya, Bun!), atau kalau si kecil sudah lancar dalam potty trainingnya, ia akan sering-sering minta diantar ke toilet setidaknya sekali tiap 5 hingga 6 jam.
  • Jangan memaksakan anak untuk berlatih menggunakan toilet sebelum ia benar-benar siap. Memaksa anak agar lekas mandiri ke kamar kecil hanya akan membuat ia merasa tertekan bahkan marah pada Bunda. Kalau sudah begitu, alih-alih mandiri ke kamar kecil, ia malah akan menahan diri untuk tidak buang air besar. Kalau Bunda mendapati si kecil menahan diri, maka sebaiknya Bunda menambahkan asupan kaya serat dalam menu hariannya. Lalu, perlahan-lahan serta penuh kesabaran, latihlah dia untuk mulai lagi melakukan potty training saat si kecil mulai menunjukkan tanda-tanda sudah siap.
  • Melakukan pemijatan pada perut anak juga dapat menjadi salah satu solusi yang bagus. Cobalah untuk memijat pada area sekitar 3 jari di bawah pusarnya serta lakukan gerakan pijat dengan cara menekan secara lembut dengan ujung jari. Tekan terus hingga Anda merasakan bagian-bagian yang terasa kaku. Lakukan pemijatan ini selama kurang lebih 3 menit.
  • Apabila anak  terpaksa mengeluarkan feses yang kering dan keras hingga merobek kulit di sekitar anusnya (Bunda dapat melihat sobekan tersebut dengan jelas atau ada terlihat darah yang keluar di sekitar anus), maka cobalah menggunakan lidah buaya sebagai solusi alternatif. Bisa juga menggunakan lotion lidah buaya yang dijual di pasaran untuk membantu luka tersebut agar cepat sembuh. Jika Bunda memeriksakan si kecil ke dokter, jangan lupa memberitahukan perihal luka tersebut agar dapat ditangani lebih lanjut secara medis.

Nah, itu dia tanda-tanda serta cara penanganan yang dapat Bunda terapkan apabila sang buah hati mengalami konstipasi. Semoga membantu!

(Yusrina)