Kelahiran

Amankah Kandungan Bahan Kimia di Popok Bayi?

Amankah Kandungan Bahan Kimia di Popok Bayi?

Hidrogel merupakan kandungan dalam bentuk gel yang dapat menyerap air dan menahannya. Hidrogel digunakan pada popok sekali pakai, pembalut wanita, alas payudara, material lapisan pada luka, implan payudara, dan lensa kontak. Hidrogel juga digunakan untuk menebalkan produk seperti bubble bath dan lotion untuk memberi kesan lembut dan lembab.

Jenis hidrogel yang paling umum digunakan pada popok adalah sodium polyacrylate. Sodium polyacrylate ditambahkan pada popok sekali pakai untuk menyerap urin dan mengurangi kelembaban di kulit bayi sehingga membantu mencegah ruam popok. Bila Anda menggunting popok yang masih kering, akan ada banyak butiran kecil bercampur dengan bulu seperti bubur. Butiran ini bisa menahan urin hingga 30 kali berat dirinya. Akan terlihat gel ini pada kulit bayi bila popok sudah sangat penuh dan sobek Karena struktur kimianya, sodium polyacrylate tidak bisa diserap melalui kulit.

Cerita Kenapa Popok Sekali Pakai Diciptakan

Bunda, Anda mungkin berpikir popok sekali pakai pertama kali ditemukan untuk meningkatkan mobilitas keluarga atau demi kenyamanan, tapi tidak demikian kenyataannya. Popok sekali pakai dikembangkan oleh Marion Donovan setelah perang dunia II karena keterbatasan bahan. Tak berapa lama para ibu menyadari manfaat dari popok rancangan Donovan yang berbentuk persegi panjang dengan penutup plastik, yang dibuat dari gorden kamar mandi dan lapisan kertas tisu.

Sejak saat itu, popok sekali pakai mengalami banyak perubahan, termasuk lebih dari 1000 paten untuk namanya. Popok sekali pakai meningkat popularitasnya seiring diperkenalkannya SAP (Super Absorbent Polymers) di pertengahan tahun 1980. Kini di Amerika diperkirakan 90 persen orangtua menggunakan popok sekali pakai.

Popok sekali pakai jadi kenyamanan di dunia modern, tapi banyak orangtua mempertanyakan seberapa aman material yang digunakan pada popok sekali pakai. Yang paling baru, pabrik pembuat popok merespon kecemasan terhadap lingkungan dan kesehatan yang dialami oleh banyak orangtua dengan memodifikasi cara membuat popok dan komposisinya. Tapi ini bergantung pada merek popok yang dipilih, risiko dan dampaknya bervariasi. 

Bahan-bahan pada Popok Sekali Pakai

Orangtua perlu mempertimbangkan bahan yang digunakan pada tiap komponen popok. Berikut ini rangkuman dari komponen lapisan dasar popok:

  • Lapisan dalam atau lapisan atas. Lapisan ini langsung kontak dengan kulit bayi, karena itu muncul kecemasan risiko racun di dalamnya. Cari tahu bahan pembuat dari lapisan ini pada popok bayi Anda, tapi sayangnya sebagian besar pabrik pembuat popok tidak memberitahukannya.

  • Bagian penyerap. Secara teori bagian ini menyerap cairan, tapi kenyataannya ketika bayi berganti posisi, cairan bisa terperas keluar dari bagian ini dan berpotensi tercemar oleh materialnya kemudian kembali mengenai kulit bayi. Untuk meningkatkan daya serap, popok menyertakan material berbulu dan kristal kimia yang disebut Super Absorbent Polymer (SAP), untuk menyerap dan menjebak cairan. Material berbulu, biasanya dibuat dari bubur kayu, untuk mendistribusikan cairan, sedang SAP ditujukan untuk menyerap cairan dan menguncinya di bagian tengah.  

  • Lapisan luar tahan air. Semua popok sekali pakai menyertakan beberapa material tahan air untuk bagian luarnya. Material ini paling umum berupa plastik berbahan dasar petroleum. Beberapa pabrik pembuat menggunakan plastik berbahan dasar tanaman (bioplastik) untuk digunakan pada lapisan tahan air, biasa disebut PLA atau polylactic acid pada daftar bahan pembuatannya.

Yang menjengkelkan adalah kurangnya informasi dari pabrik pembuat tentang apa sebenarnya bahan pembuat popok yang mereka produksi. Kita harus membeli popok dari pabrik pembuat yang transparan tentang bahan pembuatannya. Akan lebih aman bila Anda membeli popok dari pembuat yang tidak takut memberitahukannya pada konsumen. Merek-merek besar biasanya tidak membatasi informasi ini.

SAP pada popok bayi

Super Absorbent Polymer (SAP) telah menjadi rahasia di dalam popok sekali pakai sejak pertengahan tahun 80-an. SAP merujuk pada beberapa nama seperti hidrogel, sodium polyacrylate, polyacrylate absorbents, atau Absorbent Gel Material (AGM). Kristal kecil ini berada di dalam lapisan penyerap pada popok, memiliki kemampuan luar biasa untuk menyerap dan menjebak cairan. Tak hanya merek terkenal yang menggunakan SAP, semua popok menggunakannya.

Kecemasan tentang SAP sering muncul dari berbagai perspektif. Beberapa di antaranya:

  • SAP relatif material yang baru digunakan, ditemukan di Jepang di awal tahun 70-an dan baru digunakan pada popok sejak pertengahan tahun 80-an.

  • Tidak jelas apakah telah dilakukan tes yang cukup untuk memastikan SAP tidak beracun dan aman.

  • Kebanyakan SAP yang digunakan saat ini berasal dari petroelum dan karenanya bisa mengandung komponen kimia berbahaya.

  • Di masa lalu, SAP terkait dengan Toxic Shock Syndrome, meski SAP sendiri tidak langsung menjadi penyebabnya.

Toxic shock syndrome (TSS) merupakan infeksi serius yang jarang terjadi disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. TSS awalnya terkait dengan penggunaan tampon karena di kasus pertama di akhir tahun 70-an, terkait dengan tampon berdaya serap tinggi. Penelitian kemudian merujuk tampon yang lebih baik dan kebiasaan yang lebih baik saat menggunakannya, misalnya dengan  sering menggantinya. Jumlah TSS turun drastis. Kini sekitar setengah dari semua kasus TSS terkait dengan menstruasi. Gejala TSS berupa tiba-tiba demam tinggi, diare, sakit kepala, ruam, dan nyeri otot. Segera hubungi dokter bila anak Anda mengalami gejala ini.

Bahaya hidrogel di popok bayi

Tidak ada bukti kalau kontak kulit dengan sodium polyacrylate menyebabkan masalah serius. Penelitian paling sering berargumen kalau hidrogel berbahaya dan beracun hanya bila diinjeksikan langsung ke rongga tubuh. Hanya permukaan kulit bayi yang kemungkinan kotak dengan gel.

Memang ada beberapa laporan reaksi alergi kulit pada popok sekali pakai, dan orangtua khawatir hal ini disebabkan oleh gel, tapi tidak demikian. Laporan di tahun 2008 pada jurnal Clinics in Dermatology menyatakan hanya satu kasus kemungkinan reaksi alergi kulit pada sodium polyacrylate, dan ini terjadi pada orang dewasa. Sangat sedikit bayi yang mengalami reaksi alergi terhadap kandungan dalam popok.

Bila si kecil menderita eczema, Anda perlu perhatikan apakah iritasi kulitnya berkurang dengan menggunakan popok bebas gel atau popok kain. Tapi bila bayi mengalami ruam popok, Anda bisa gunakan popok dengan hidrogel untuk membantu kulitnya tetap kering. Kontak dalam jangka waktu lama dengan ruam dan feses bisa membuat kulit iritasi dan memicu ruam popok. Popok dengan gel super menyerap dan menarik urin dari kulit, dan membantu mencegah terjadinya ruam popok.

Bahan Lain Di Popok Sekali Pakai Yang Tidak Aman

Bunda, pengharum kadang juga digunakan pada popok sekali pakai lho, dengan tujuan untuk menyamarkan bau feses. Tapi sistem organ bayi masih belum matang dan sensitif terhadap bahan kimia. Pengharum yang ada di popok mengandung zat kimia dan jadi penyebab iritasi dengan risiko masalah kesehatan seperti ruam dan gejala pernafasan. Solusinya cukup sederhana, pilih popok yang bebas pengharum.

Meski sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa besar kandungan kimia pada popok sekali pakai bisa berdampak pada bayi Anda, akan lebih baik untuk mencari aman daripada menyesal di kemudian hari. Para orangtua disarankan untuk memilih popok berdasarkan karakteristik berikut:

  • Bebas klorin

  • Bebas pewangi

  • Bebas phthalate

  • Pewarna tanpa menggunakan bahan logam berat.


(Ismawati)