Balita

Yuk, Mengenal Lebih Jauh Tipe Feses Bayi Anda!

Yuk, Mengenal Lebih Jauh Tipe Feses Bayi Anda!

Seberapa sering si kecil seharusnya buang air besar? Bagaimana bentuk feses yang normal? Hmm, sebagai orang tua yang baru pertama kali memiliki anak, pasti masih banyak hal-hal yang belum Anda ketahui termasuk soal poop si baby.

Ada baiknya Bunda mulai membekali diri dengan pengetahuan seputar kotoran anak yang sehat dan normal sejak awal. Jadi, Bunda tidak akan khawatir saat melihat warna serta tekstur kotoran sang buah hati perlahan berubah-ubah seiring bertambahnya usia anak. Yuk, baca ulasan Ibupedia berikut untuk memperkaya wawasan Bunda!

Frekuensi buang air besar si kecil

Masing-masing anak memiliki frekuensi buang air besar yang berbeda-beda. Ada yang bisa buang air besar setiap selesai makan atau hanya sekitar sekali dan dua kali tiap minggunya. Namun, semua frekuensi tersebut dapat dikategorikan normal apabila kotoran yang si kecil keluarkan berbentuk lembut.

Apabila bentuk fesesnya keras dan kering, maka besar kemungkinan buah hati Anda sedang menderita konstipasi atau sembelit dan ia membutuhkan penanganan khusus agar proses buang air besarnya kembali lancar.

Nah, untuk bayi yang masih menyusui, mereka bisa buang air besar setiap selesai menyusui. Yakni, sekitar 10 kali dalam sehari. Setelah itu, dalam jangka waktu 3 atau 6 minggu kemudian, si kecil akan semakin jarang buang air besar.

Bunda tidak perlu khawatir jika frekuensi anak untuk poop semakin melambat. Perhatikan saja apakah bentuk fesesnya masih konsisten (normal) dan ia bertingkah seperti biasanya. Asalkan tidak ada perubahan perilaku yang tiba-iba seperti sang buah hati mendadak terlihat tidak senang atau gelisah terus, maka Bunda belum perlu menghubungi dokter.

  1. Bentuk feses bayi yang baru lahir: Mekonium

    Bunda harus bersiap-siap menemui feses berwarna hijau kehitaman, lengket, dan terlihat seperti oli motor di popok si kecil. Meconium tersusun dari sel-sel kulit, amniotic fluid, serta beberapa hal lainnya yang ikut diproses di dalam rahim. Kotoran bayi yang baru lahir ini tidaklah berbau, jadi terkadang para Ibu tidak sadar bahwa sudah saatnya popok sang buah hati perlu diganti.

  2. Ketika feses bayi Anda memasuki masa transisi

    Keika si kecil berumur 2 hingga 4 hari, Bunda akan mendapati kotorannya mulai berubah warna menjadi sedikit lebih terang yakni seperti warna hijau militer serta tidak selengket yang dulu. Feses tersebut menunjukkan sang buah hati sedang melalui masa transisi dimana tubuhnya sudah mulai mampu mencerna air susu Ibu maupun susu formula. Hal tersebut juga memberi tanda bahwa sistem pencernaannya berjalan lancar.

  3. Seperti apakah feses bayi yang sedang mengonsumsi Air Susu Ibu?

    Ketika sudah lewat masa transisi dan si kecil sudah mulai terbiasa minum air susu Ibu, maka kotorannya akan nampak berwarna kuning serta sedikit kehijauan dan memiliki tekstur creamy yang konsisten. Sepintas fesesnya terlihat sedikit cair sehingga kadang para Ibu mengira buah hati mereka terserang diare.

    Sebenarnya, warna feses anak turut dipengaruhi pula oleh jenis makanan yang Bunda makan, loh. Apabila feses anak berwarna hijau dominan, maka hal tersebut menunjukkan bahwa Bunda telah mengonsumsi menu makanan yang berbeda dari biasanya. Meski begitu, sejauh anak tidak menunjukkan gejala negatif apa pun, maka tidak ada yang perlu Anda khawatirkan.

  4. Feses bayi yang sedang mengonsumsi ASI rendah kalori

    Apabila Bunda menemukan kotoran si kecil berwarna hijau muda layaknya agar-agar, maka kemungkinan besar anak Anda terlalu banyak mengonsumsi foremilk. Foremilk adalah susu berkalori rendah yang keluar pertama kali saat mulai menyusui. Padahal, si kecil juga membutuhkan hindmilk yakni susu yang mengandung lebih banyak lemak. Untuk mendapatkan hindmilk ini, Bunda diharuskan untuk memberikan ASI dalam waktu cukup lama dan kalau bisa menggunakan kedua payudara. Untuk mencoba hal ini, mulailah dari memberikan ASI melalui payudara yang terakhir kali Bunda gunakan untuk menyusui si kecil.

  5. Feses bayi yang mengonsumsi susu formula

    Berbeda dengan feses anak yang menerima ASI, kotoran yang keluar dari proses mengonsumsi susu formula berwarna cenderung coklat. Baik itu coklat tua, coklat kekuningan, maupun coklat kehijauan. Teksturnya pun seperti selai kacang yang lunak dan pasty. Bau kotoran anak yang mengonsumsi susu formula agak sedikit lebih tajam dari bau feses anak yang menerima ASI. Namun, kotorannya juga tidak sebau bayi yang sudah mulai mendapatkan asupan makanan solid.

  6. Feses anak yang mengonsumsi suplemen zat besi

    Apabila Bunda memberikan suplemen yang mengandung zat besi pada si kecil, maka kemungkinan besar fesesnya akan berubah warna menjadi hijau kehitaman atau nyaris hitam total. Namun Bunda tak perlu khawatir karena hal tersebut normal. Adapun berbahaya adalah jika feses anak berwarna hitam ketika ia tidak menerima asupan zat besi. Sebaiknya Bunda segera menemui dokter untuk memastikan si kecil tidak menderita melena atau ada darah yang ikut tercerna dalam sistem pencernaannya.

  7. Feses anak yang sudah mengonsumsi makanan solid

    Ketika Bunda mulai memberikan makanan solid seperti sereal beras atau pisang tumbuk, maka bersiaplah mendapati kotoran yang beda warna serta baunya. Terlebih apabila Bunda juga tetap memberikan ASI bersamaan dengan makanan solid. Feses anak umumnya akan berwarna cenderung coklat atau coklat tua serta lebih tebal dari selai kacang. Bunda juga akan mendapati kotoran si kecil berbau lebih tajam.

  8. Kotoran anak keluar bersama sisa makanan yang belum selesai dicerna

    Sesekali Bunda akan mendapati ada sisa-sisa makanan yang belum selesai dicerna tubuh dalam kotoran si kecil. Atau, warna feses anak menunjukkan warna-warna berbeda tergantung dari jenis makanannya. Misal, feses anak yang berwarna oranye karena ia mengonsumsi wortel dan warna biru kehitaman akibat mengonsumsi blueberry.

    Bunda tidak perlu khawatir ketika melihat ada sisa makanan yang belum selesai dicerna oleh tubuh sang buah hati turut keluar bersama feses. Hal tersebut terjadi karena makanan tersebut lewat begitu cepat dalam pencernaan anak sehingga tubuhnya tidak punya cukup waktu untuk mencernanya. Bisa juga hal itu terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi satu jenis makanan saja atau kurang lama mengunyah makanan.

    Namun, kalau feses anak terus menerus menunjukkan adanya sisa makanan, maka Bunda sebaiknya memeriksakan ia ke dokter. Dokter akan memeriksa apakah sistem pencernaan anak Anda berfungsi normal dan mampu menyerap makanan serta nutrisi yang masuk.

  9. Diare

    Saat bayi mengalami diare, maka kotorannya akan terlihat sangat encer seperti air. Warnanya bisa macam-macam, mulai dari kuning, hijau, coklat, serta dapat merembes keluar dari popok. Diare dapat menjadi tanda bahwa si kecil sedang mengalami infeksi atau alergi. Apabila hal ini tidak segera ditangani, maka anak Anda akan mengalami dehidrasi. Segera hubungi dokter jika sang buah hati masih berusia di bawah 3 bulan dan terus menerus diare sampai lebih dari dua hari.

  10. Konstipasi pada bayi

    Konstipasi yang dialami oleh bayi biasanya terjadi saat ia pertama kali mengonsumsi makanan solid. Namun, konstipasi juga bisa menjadi tanda bahwa ia sensitif terhadap protein susu atau protein kedelai serta intoleran terhadap ASI maupun susu formula. Dokter biasanya akan menyarankan pemberian air mineral atau jus untuk membantu melancarkan pencernaan anak.

    Saat si kecil mengalami konstipasi, maka kotorannya akan terlihat keras layaknya kelereng. Ia pun juga akan merasa sangat tidak nyaman saat buang air besar bahkan sampai mengeluarkan darah akibat feses yang keras melukai anus si kecil.

(Yusrina)