Kehamilan

4 Cara Menghitung Kontraksi Persalinan yang Harus Ibu Hamil Tahu

4 Cara Menghitung Kontraksi Persalinan yang Harus Ibu Hamil Tahu

Bagi para Ibu yang pernah melahirkan, pasti masih ingat kan rasanya kontraksi yang terjadi sesaat sebelum waktu bersalin tiba? Kontraksi persalinan merupakan kondisi di mana otot rahim mengencang dan mengendur. Otot rahim merupakan otot paling besar pada tubuh wanita. Kadang kontraksi memicu terlepasnya hormon oksitosin yang menstimulasi rahim mengencang. Sulit untuk memprediksi kapan kontraksi persalinan yang sebenarnya akan dimulai.

Kontraksi sering digambarkan sebagai sensasi kram dan kencang yang bermula di punggung dan bergerak ke depan seperti gelombang. Ada juga yang menjelaskan kontraksi terasa seperti tekanan pada punggung. 

Selama kontraksi, perut menjadi keras ketika disentuh. Pada proses melahirkan, persalinan terjadi setelah melewati tahap kontraksi. Kontraksi menyebabkan bagian atas rahim (fundus) mengencang dan menebal sedang serviks dan bagian bawah rahim menegang dan rileks. Ini membantu bayi melewati rahim dan menuju jalan lahir untuk kelahiran.

Banyak Ibu menggambarkan kontraksi yang terjadi di awal persalinan mirip dengan kram menstruasi. Tiap kontraksi akan perlahan menjadi semakin intens lalu perlahan mereda dan hilang. Ketika proses kontraksi persalinan terjadi, jarak antara tiap kontraksi kemungkinan akan menjadi lebih pendek.

Baru ketika Ibu merasakan kekuatan tiap kontraksi meningkat, maka puncak kontraksi akan menjadi lebih cepat dan berlangsung lebih lama. Segera beri tahu bidan atau dokter kandungan bila Ibu mengalami kontraksi yang terus-menerus, tanpa ritme, dan terpisah jarak 5 hingga 7 menit.


Beberapa Fakta Tentang Kontraksi 

Informasi berikut bisa membantu Ibu mengetahui fakta tentang kontraksi untuk mempersiapkan diri sebelum persalinan:

  • Ibu hamil mengalami kontraksi di sepanjang kehamilan.

    Banyak ibu hamil merasa tidak mengalami kontraksi hingga waktunya melahirkan. Padahal, Ibu sebenarnya mengalami kontraksi di sepanjang kehamilan lho. Pada tahap awal, rahim terlalu kecil sehingga ibu tidak bisa merasakan apa yang terjadi. Bila kehamilan Ibu berumur sekitar 6 minggu dan mengalami kram seperti kontraksi, ini jadi tanda peringatan ada  sesuatu yang salah dan sebaiknya segera hubungi bidan atau dokter. Sering kali, sakit punggung ringan yang wanita alami di awal kehamilan sebenarnya adalah efek samping dari kontraksi yang sangat ringan.


  • Kontraksi awal tidak terasa sakit.

    Kontraksi persalinan awalnya terasa sangat ringan, bisa jadi bahkan tidak terasa selama berjam-jam, hari, atau bahkan minggu. Ketika kontraksi terjadi dalam waktu lama, dikenal dengan kontraksi persalinan prodromal. Sangat normal bila wanita hamil mengalami kontraksi persalinan awal yang konsisten, berjarak dekat, dan progresif.


  • Pembukaan tidak akan terjadi tanpa kontraksi.

    Jauh lebih mudah menjalani proses persalinan ketika Ibu memahami kenapa itu terjadi dan cara untuk melakukannya. Nah, jangan menganggap kontraksi adalah masalah. Kita membutuhkan kontraksi persalinan untuk membuat serviks terbuka selebar ukuran mulut toples agar bayi bisa keluar. Ruang yang tercipta saat serviks melebar di sekitar bayi akan membuatnya turun ke bawah ke panggul Ibu. Gerakan Ibu saat kontraksi persalinan terjadi dapat memberi tekanan pada serviks dan membuatnya terbuka. Proses pembukaan sangat dibutuhkan saat ibu melakukan persalinan normal. Serviks juga perlu melunak agar kepala bayi bisa melewatinya. Dua proses ini terjadi secara simultan. Pada beberapa kasus, kontraksi persalinan gagal membuka serviks untuk kelahiran normal sehingga intervensi dibutuhkan untuk membantu Ibu.


  • Kontraksi pasca persalinan.

    Jangan salah, kontraksi belum berakhir meski Ibu telah melahirkan. Beberapa Ibu juga mengalami kontraksi pasca persalinan lho. Kontraksi ini menjadi cara tubuh untuk kembali seperti semula dengan membuat ukuran rahim mengerut. Kontraksi ini akan mereda setelah beberapa hari, tapi akan butuh 4 hingga 6 minggu untuk rahim kembali ke ukuran seperti sebelum hamil.


Jenis Kontraksi Selama Kehamilan 

Kontraksi yang teratur bisa berarti otot rahim menjadi kencang (kontraksi Braxton Hicks) atau mengindikasikan Ibu sedang dalam tahap persalinan. Kadang sulit membedakan antara kontraksi Braxton Hicks dan persalinan sebenarnya. Bila ragu, hubungi dokter ya, Bu!

  1. Kontraksi Palsu

    Bila Ibu merasakan otot di rahim mengencang dari waktu ke waktu, jangan langsung menuju rumah sakit. Bisa jadi Ibu hanya mengalami kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini terjadi secara acak, tidak menimbulkan rasa sakit, dan berlangsung sekitar 30 detik.

    Di beberapa hari atau minggu sebelum persalinan, kontraksi Braxton Hicks menjadi lebih ritmis, jarak antar kontraksi makin dekat, dan bahkan terasa sakit. Kondisi tersebut mungkin membuat Ibu berpikir sedang mengalami proses persalinan. Tapi tidak seperti proses persalinan yang sebenarnya, kontraksi ini tetap dikatakan sebagai kontraksi palsu jika kontraksi tidak terjadi secara konsisten, tidak terasa makin kuat, dan  jarak antar kontraksi tidak semakin dekat.

    Kontraksi Braxton Hicks bisa terjadi kapan saja, tapi paling terasa di malam hari, saat bumil dehidrasi, ketika kandung kemih penuh, selama beraktivitas fisik, atau kala berhubungan intim.

    Kontraksi Braxton Hicks biasanya tidak menimbulkan sakit, tapi Ibu bisa merasa tidak nyaman. Untuk meredakan rasa tidak nyaman dari kontraksi Braxton Hicks, lakukan hal berikut:

    • Ubah posisi atau aktivitas Ibu. Kadang berjalan kaki bisa meredakan kontraksi ini. Di lain waktu, istirahat dapat meredakannya. Namun juga kontraksi semakin intens meski sudah melakukan berbagai  cara, maka kemungkinan Ibu sedang mengalami kontraksi persalinan.

    • Minum air karena kontraksi kadang bisa disebabkan oleh dehidrasi.

    • Lakukan relaksasi atau bernafas dalam-dalam secara perlahan. Meski tidak akan menghentikan kontraksi Braxton Hicks, tapi bisa membantu Ibu mengatasi rasa tidak nyaman.

    • Segera hubungi dokter bila kontraksi terjadi sering, misalnya lebih dari 4 kali dalam satu jam meski tidak terasa sakit.  Jika Ibu mengalami perubahan pada cairan vagina seperti lebih banyak lendir atau darah, mengalami kram, nyeri perut, dan peningkatan tekanan panggul atau nyeri punggung bawah, maka bisa jadi tanda persalinan prematur.


  2. Kontraksi pada kelahiran prematur

    Usia kandungan yang normal sebelum dilahirkan biasanya sekitar 37 sampai 42 minggu, dihitung dari tanggal menstruasi terakhir. Persalinan prematur terjadi sebelum usia kandungan 37 minggu. Sebelum usia kandungan 20 minggu, persalinan prematur yang memicu kelahiran bayi dinamakan keguguran (aborsi spontan).

    Persalinan prematur dapat terdiagnosis pada ibu hamil dengan usia kandungan 20 hingga 37 minggu yang sering mengalami kontraksi teratur. Ini berarti Ibu mengalami kontraksi sebanyak 4 kali atau lebih dalam 20 menit atau sekitar 8 kali kontraksi atau lebih dalam satu jam. Hubungi dokter segera bila Ibu mengalami kontraksi teratur selama satu jam ketika di usia kandungan 20-37 minggu.


  3. Kontraksi di persalinan awal

    Persalinan awal sering menjadi fase proses kelahiran bayi yang paling lama, kadang berlangsung 2 sampai 3 hari. Ibu dikatakan mengalami kontraksi persalinan apabila:

    • Ibu merasakan adanya kontraksi yang terasa ringan hingga menengah dan berlangsung sekitar 30 hingga 45 detik. Biasanya Ibu masih bisa berbicara selama mengalami kontraksi ini.

    • Kontraksi bisa terjadi dengan tidak teratur. Jarak antar kontraksi bisa sekitar 5 hingga 20 menit dan bahkan bisa berhenti selama beberapa saat.

    • Di persalinan awal, serviks hanya terbuka sekitar 3 cm. Ibu baru hamil untuk pertama kalinya bisa menjalani persalinan awal selama berjam-jam tanpa kondisi serviks terbuka. Jika ini terjadi, biasanya pihak rumah sakit akan meminta Ibu pulang dan bisa kembali lagi saat persalinan aktif dimulai atau saat ketuban pecah.


  4. Kontraksi pada persalinan aktif

    Tahap awal kontraksi persalinan aktif dimulai ketika serviks terbuka sekitar 3 hingga 4 cm. Tahap ini akan berjalan lengkap setelah serviks sudah sepenuhnya terbuka dan bayi siap didorong keluar. Selama tahap akhir, kontraksi akan terasa sangat intens. Dibandingkan kontraksi persalinan awal, kontraksi selama tahap persalinan cenderung lebih aktif, berikut ciri-cirinya

    • Nyerinya lebih intens

    • Terjadi lebih sering, sekitar tiap 2 sampai 3 menit

    • Berlangsung lebih lama, sekitar 50 sampai 70 detik.

    • Kalau sudah ada tanda-tanda kontraksi persalinan seperti di atas, maka persiapkan diri untuk ke rumah sakit ya. Besar kemungkinan ketuban akan pecah di kondisi tersebut. Bila Ibu mengikuti kelas persiapan melahirkan dan belajar tentang teknik pernafasan selama kontraksi, saat ini jadi waktu yang tepat untuk mempraktikkannya.


Menghitung Kontraksi Persalinan

Biasanya proses persalinan bagi Ibu yang baru pertama kali hamil memakan waktu sekitar 8 hingga 14 jam, durasinya akan jadi lebih pendek pada kelahiran berikutnya. Pada kebanyakan Ibu hamil, duduk di kursi goyang selama kontraksi persalinan membantu mereka menjadi lebih rileks.

Kontraksi biasanya terjadi sebentar-sebentar dengan diselingi periode istirahat untuk Ibu, bayi, dan rahim. Ketika menghitung kontraksi, mulailah dari awal kontraksi ke awal kontraksi selanjutnya.

Cara paling mudah menghitung kontraksi adalah dengan menulisnya pada kertas tiap kali kontraksi dimulai beserta durasi atau jumlah detik kontraksi berlangsung. Menulis waktu dan panjang kontraksi sangat membantu untuk menggambarkan pola kontraksi pada dokter atau bidan.

Menghitung kontraksi persalinan dapat membantu Ibu mengetahui tahapan persalinan yang sedang Ibu alami dan kapan waktu yang tepat menuju rumah sakit. Kontraksi persalinan memang bukan hal menyenangkan, tapi tiap kram yang Ibu alami selama kontraksi adalah menit-menit menuju pertemuan dengan malaikat kecil Ibu.


Kapan Mulai Menghitung Kontraksi Persalinan?

Mulailah menghitung kontraksi ketika Ibu mengalaminya dua atau tiga kali dalam beberapa menit secara teratur. Bila Ibu mengalami satu atau dua kontraksi, tunggu yang ketiga kali, dengan begitu Ibu akan tahu kalau itu bukan kontraksi palsu.

Kontraksi persalinan akan terasa seperti campuran antara nyeri menstruasi dan konstipasi. Rasa sakit dimulai di punggung bawah dan bergerak ke perut, tapi rasa sakit kontraksi persalinan bisa juga hanya berada di area punggung. Awalnya kontraksi berlangsung sekitar satu menit dan terjadi tiap 15 menit. Tapi tidak ada pola standar untuk kontraksi kok Bu, jadi jangan cemas bila mengalami kontraksi persalinan yang tidak teratur.


Cara Menghitung Kontraksi

Ada banyak aplikasi yang bisa Ibu download untuk menghitung kontraksi, tapi bila Ibu ingin cara lama dan menggunakan stopwatch, libatkan suami dan siapkan kertas serta pulpen.

Ibu tidak perlu menghitung semua kontraksi hingga menuju proses persalinan karena tujuan utama menghitung kontraksi adalah untuk menentukan kalau Ibu benar-benar sudah ada di tahap persalinan. Jadi ketika sudah mengetahui jawabannya, tak perlu lagi menghitungnya.

Ibu bisa gunakan stopwatch, detik jam, atau aplikasi smartphone untuk menghitung frekuensi dan durasi kontraksi. Sediakan pensil dan kertas agar Ibu bisa mencatat jumlah serta mengenali polanya. Oh ya, gunakan alat hitung yang tepat ya, bukan jam digital tanpa detik. Sebab, kontraksi sering berlangsung kurang dari satu menit, jadi Ibu perlu menghitungnya dalam detik.

Buat grafik untuk memudahkan dalam merekam data. Buat kolom dengan judul kontraksi, satu kolom untuk “waktu dimulai” dan kolom untuk “waktu berakhir.” Sertakan kolom untuk “durasi” untuk menghitung berapa lama tiap kontraksi berlangsung dan kolom berikutnya untuk “waktu jeda kontraksi” untuk menghitung panjang waktu antara awal satu kontraksi dan awal kontraksi selanjutnya.


  1. Mulai menghitung awal kontraksi

    Jangan mulai di tengah atau akhir kontraksi yang sedang terjadi. Bila Ibu baru mau menghitung durasi kontraksi di pertengahan terjadinya kontraksi, lebih baik tunggu kontraksi selanjutnya muncul.


  2. Tulis waktu kontraksi dimulai

    Ketika Ibu merasa perut mengencang, mulai pasang timer atau lihat jam dan tulis waktu di kolom “waktu dimulai.” Semakin akurat catatan Ibu, tentunya akan semakin baik. Misalnya, daripada hanya menulis jam 10, tulis lebih spesifik dengan jam 10:03:30. Bila kontraksi dimulai tepat jam 10, maka tulis 10:00:00.


  3. Tulis waktu kontraksi berakhir

    Ketika rasa sakit mereda dan kontraksi berakhir, jangan lupa tulis waktu berakhirnya. Sekali lagi, sertakan informasi seakurat mungkin.

    Setelah kontraksi pertama selesai, Ibu bisa isi kolom durasi. Misalnya bila kontraksi dimulai pada 10:03:30 dan berakhir pada 10:04:20, durasi kontraksi berarti 50 detik.

    Catat juga informasi lain tentang kontraksi, seperti di mana rasa sakit dimulai, seperti apa rasanya, dan sebagainya. Informasi ini akan bermanfaat ketika kontraksi berlanjut dan Ibu mulai melihat polanya.


  4. Tulis waktu kontraksi selanjutnya dimulai

    Kurangi waktu kontraksi sebelumnya dari awal waktu kontraksi ini dan Ibu akan tahu berapa lama kontraksi terpisah. Misalnya, bila kontraksi sebelumnya terjadi pada 10:03:30 dan kontraksi ini dimulai pada 10:13:30, maka kontraksi Ibu terpisah selama 10 menit..


Mitos Seputar Kontraksi Yang Perlu Anda Tahu

Ada banyak mitos berhubungan dengan kelahiran, terutama karena pengalaman tiap orang berbeda. Baik melahirkan melalui operasi caesar atau persalinan normal, melahirkan di lingkungan yang tenang terencana atau dalam kondisi darurat, tiap ibu hamil akan sepakat dalam satu hal, yaitu melahirkan bukan perkara gampang! Meyakini mitos tentang kontraksi berikut ini mungkin hanya akan membuat Ibu bertambah cemas.

Kontraksi memang terdengar cukup menakutkan. Dan Ibu mungkin tahu beberapa hal tentang kontraksi, seperti kontraksi bisa semakin intensif, kontraksi pada dasarnya mendorong bayi keluar, dan sebagainya. Tapi ada beberapa konsepsi dan mitos yang keliru tentang kontraksi yang membuat persalinan dan kelahiran lebih terasa menakutkan.

Pengetahuan jadi kunci untuk mengatasi rasa takut ini. Coba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh apa yang dikatakan keluarga atau teman, karena tiap kehamilan itu berbeda. Baca info lebih banyak tentang kontraksi, bagaimana terjadinya, dan apa artinya. Lalu hilangkan mitos berikut dari otak Ibu agar rasa khawatir jadi berkurang.


  • “Jika mengalami kontraksi, berarti proses persalinan sedang terjadi”

    Merasakan kontraksi di saat hamil membuat Ibu ingin tahu apa yang terjadi. Tapi kontraksi tidak selalu berarti bahwa persalinan sudah dekat. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak bisa diprediksi yang bervariasi intensitas dan panjangnya, dan bisa hilang ketika Ibu berganti posisi atau meningkatkan aktivitas dianggap sebagai kontraksi palsu. Ibu juga bisa mengalami kontraksi bila mengalami dehidrasi, jadi pastikan minum banyak air ya, Bu!


  • “Kontraksi terjadi ketika kantung ketuban pecah”

    Kelahiran tidak selalu seperti yang ada di film. Bila Ibu berharap ketuban pecah sebelum terjadinya kontraksi persalinan, Ibu akan kecewa dengan harapan tersebut. Kontraksi bisa lho dimulai 12 hingga 24 jam setelah ketuban pecah. Kontraksi juga bisa terjadi sebelum ketuban pecah, bahkan satu atau dua hari sebelumnya.


  • “Mengalami kontraksi setelah berhubungan intim berarti pertanda buruk”

    Ketika berhubungan intim dan mengalami orgasme, Ibu bisa saja bisa merasakan kontraksi. Jangan panik, orgasme dan prostaglandin pada air mani sangat wajar menyebabkan kontraksi rahim. Tapi hubungi dokter bila kram bertambah buruk atau diikuti bercak atau pendarahan.


  • “Kontraksi dengan Pitocin lebih terasa sakit dibanding kontraksi alami”

    Kontraksi dengan Pitocin tidak selalu lebih terasa sakit. Bedanya, Pitocin mendorong Ibu berada di pertengahan persalinan yang intens agar Ibu bisa melahirkan. Pitocin memberi kontraksi yang sangat kuat, tapi sama seperti persalinan alami.


  • “Anda bisa menginduksi kontraksi secara alami tanpa menimbulkan masalah”

    Ibu pernah mendengar tentang induksi alami? Contohnya minum minyak kastor, makan makanan pedas, dan banyak berhubungan intim agar mulai terjadi kontraksi. Semua metode ini tidak dianjurkan meski bisa berhasil pada beberapa ibu hamil, karena bisa memicu dehidrasi, diare berlebihan, kontraksi yang terlalu kuat, kontraksi terlalu berdekatan, serta efek samping lainnya. Cara paling baik adalah membiarkan tubuh melakukan apa yang dibutuhkan dan kontraksi persalinan akan terjadi semestinya.   


Itu dia beberapa tips, fakta, dan mitos terkait kontraksi persalinan yang bisa mempersiapkan mental dan psikis Ibu dalam menghadapi persalinan. Tetap tenang dan selalu positif ya, Bu!

(Ismawati, Yusrina / Dok. Pixabay)