Kelahiran

5 Cara Menyusui yang Benar

5 Cara Menyusui yang Benar

Mengapa ya, ibu-ibu zaman dahulu melahirkan dan menyusui dengan sangat mudahnya? Sementara saat ini, begitu banyak tantangan yang dihadapi para ibu saat akan menjalani proses yang katanya natural ini. Menyusui, misalnya. Nampaknya, menyusui sekadar menyodorkan payudara kepada bayi dan ia akan menyusu dengan semangat. Namun ternyata, menyusui merupakan hal alami yang membutuhkan kemampuan teknis agar bayi maupun ibu merasa nyaman, ASI pun mengalir lancar. Tidak heran, banyak rumah sakit atau klinik bersalin yang mengajarkan cara menyusui yang benar pada ibu setelah persalinan, mengingat pentingnya proses ini untuk kelancaran produksi ASI selama dua tahun ke depan. 

Nah, cara menyusui bayi yang benar meliputi tahap persiapan. Sama seperti kehamilan dan proses persalinan, semakin matang persiapan semakin tenang ibu saat menjalani proses menyusui, dengan atau tanpa kendala. Karena itu, sebelum masuk ke penjelasan tentang cara menyusui yang benar, pastikan ibu melakukan persiapan berikut ini:

  1. Perawatan kehamilan yang baik

    Perawatan kehamilan, baik dari segi nutrisi, aktivitas fisik, istirahat, pemeriksaan kandungan secara rutin, dan memelihara pikiran positif membuat janin Ibu dalam keadaan sehat dan menghindarkan potensi bayi lahir prematur. Kelahiran prematur (di bawah 39 minggu) dapat menjadi penyebab terjadinya ketidaklancaran proses menyusui, baik dari faktor kesehatan bayi, kesiapan kelenjar ASI, kondisi psikis ibu, dan kondisi darurat yang memungkinkan bayi tidak dapat menyusu.

  2. Berkonsultasi dengan dokter/bidan tentang rencana menyusui

    Mengingat kebanyakan rumah sakit dan klinik bersalin sudah memiliki aturan mengenai IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan tidak memberikan susu formula, ada baiknya Ibu tetap menanyakan hal tersebut pada dokter/bidan. Beritahukan rencana Ibu untuk menyusui secara eksklusif, tanyakan apakah fasilitas dan tenaga kesehatan di tempat tersebut dapat memfasilitasi rencana menyusui tersebut. Beberapa rumah sakit memiliki konselor laktasi maupun bidan yang akan mengajari cara menyusui yang benar pasca persalinan. Jadi, ketika terjadi hambatan saat awal menyusui, Ibu bisa lebih tenang dengan arahan konselor ini. 

  3. Mengikuti kelas persiapan menyusui

    Di beberapa kota besar terdapat kelas persiapan menyusui atau kelas laktasi yang bisa Ibu ikuti. Biasanya, kelas laktasi diadakan oleh rumah sakit, organisasi seperti AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), atau menjadi bagian dari kelas senam hamil. Apa saja yang dipelajari dalam kelas persiapan menyusui?

    Sebagai gambaran, kelas edukasi menyusui yang diadakan oleh AIMI membahas materi mengenai tata laksana IMD, manfaat menyusui, pengenalan anatomi payudara, posisi menyusui dan pelekatan yang efektif, tips meningkatkan produksi ASI, masalah pada puting dan payudara, hari-hari pertama kelahiran bayi, dan tantangan menyusui yang sering dihadapi. Bagi Ibu bekerja, kelas edukasi menyusui juga mencakup materi tentang teknik memerah-menyimpan-memberi ASI perah dan persiapan kembali bekerja. Lengkap sekali ya? Beruntunglah ibu-ibu zaman sekarang, informasi mengenai cara menyusui yang benar bukan lagi berasal dari orang tua (yang terkadang disertai mitos) namun dari langsung pakarnya. 

    Untuk mengikuti kelas ini, Ibu bisa mengajak suami atau orang tua (jika beliau akan membantu merawat si kecil) agar mereka juga mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai proses menyusui. Banyak kasus ASI macet karena ibu yang stres menghadapi tekanan dari lingkungan terdekat seperti ibu dan ibu mertua, serta tidak mendapat dukungan dari suami dalam kondisi tersebut.

  4. Mempersiapkan perlengkapan menyusui

    Ibu yang tidak memerah ASI mungkin bingung, apa saja perlengkapan menyusui yang diperlukan. Setidaknya, Ibu wajib memiliki bra menyusui, breast pad, dan nursing cover atau celemek menyusui mengingat ibu milenial gemar bepergian dengan bayinya. Bantal menyusui bisa dimiliki jika dirasa perlu. Bagi ibu bekerja, perlengkapan menyusui tentu mencakup perlengkapan memerah ASI, seperti breast pump, botol/kantong untuk menyimpan ASI perah, cooler bag beserta ice pack, dan alat sterilisasi. 

  5. Membersihkan payudara

    Saat mengikuti senam hamil, biasanya bidan akan memberikan informasi tambahan mengenai cara membersihkan payudara. Meskipun tidak semua bidan atau dokter menekankan pentingnya hal ini, namun tidak ada salahnya mempersiapkan payudara agar kelak mampu “bertugas” dengan baik. Yang Ibu perlu lakukan adalah membersihkan puting menggunakan minyak kelapa (bisa VCO atau minyak goreng), asalkan bukan minyak telon.

    Pertama, kompres kedua puting termasuk areola dengan kapas yang sudah dibasahi minyak kelapa selama 2-3 menit, hingga kerak pada puting melunak. Setelah itu, bersihkan puting dengan lembut, hingga kotoran-kotoran yang tersembunyi di lipatannya keluar. Lakukan pembersihan ini pada trimester ketiga, namun tidak disarankan untuk memijatnya karena dapat menimbulkan kontraksi.

Nah, setelah tahap persiapan di atas selesai dilakukan, Ibu tentu merasa lebih percaya diri dan tenang untuk menghadapi proses menyusui yang sesungguhnya. Kini saatnya Ibu belajar cara menyusui yang benar. Beberapa kelas laktasi menggunakan boneka untuk mempermudah praktek menyusui. Jika tidak pun tidak masalah, mengetahui informasinya saja mungkin sudah cukup. Bisa juga, Ibu mencari video di YouTube agar mendapatkan visualisasi yang lebih jelas. 

Berikut adalah cara menyusui yang benar:

  1. Pelekatan yang benar

    Langkah paling penting dalam menyusui dan tidak bisa ditawar adalah pelekatan yang benar antara mulut bayi dan payudara. Jika pelekatan tidak sempurna, bukan saja bayi yang akan selalu rewel, seolah tidak pernah kenyang, Ibu pun merasa kesakitan saat menyusui. Bagaimana ciri pelekatan yang benar?

    • Pertama, posisikan kepala bayi menghadap payudara, badan bayi dan kepala membentuk garis lurus menghadap tubuh ibu. Jangan sampai badan bayi menghadap ke atas seperti saat ibu dalam posisi menimang, namun wajah menengok ke arah payudara. Posisi ini akan membuat bayi merasa tidak nyaman karena seperti “terpelintir” dan tidak dapat menelan ASI dengan baik.

    • Kedua, untuk membuat bibir bayi terbuka, sentuh pipi bayi di sisi yang menghadap payudara. Ibu bisa juga menyentuhkan puting ke bibirnya. Jika bibir bayi masih menutup (mungkin karena begitu nyenyaknya ia tidur), pencet sedikit puting hingga ASI menetes. Kemudian, oleskan ASI tersebut ke bibir bayi agar mulutnya refleks mencecap ASI.

    • Ketiga, setelah mulut bayi berada di puting, pastikan dagunya menempel pada payudara dan bibirnya terlihat dari luar seperti bibir ikan (tidak masuk ke dalam). Untuk memastikan bayi tidak menghisap bibirnya sendiri,  Ibu bisa menarik sedikit dagu bayi ke arah bawah sehingga bibir bawahnya terlihat. Jika payudara Ibu terlalu besar, boleh kok menekan bagian atas puting sedikit agar bayi bisa leluasa bernafas.

    • Keempat, pastikan bayi menyusu, bukan mengempeng. Bedanya, bayi yang menyusu memiliki pola sedot-telan-nafas, dengan gerakan teratur pada pipi, rahang, dan telinga. Bayi yang hanya mengempeng biasanya menimbulkan suara mencecap, dimana pipi menjadi kempot saat menyedot ASI. Jika ini yang terjadi, segera koreksi pelekatan.

    • Membacanya memang mudah ya, Bu. Sayangnya tidak semua orang langsung bisa mempraktekkan cara menyusui bayi yang benar di atas. Jangan berkecil hati jika pelekatan yang pas tidak kunjung didapatkan. Kepanikan Ibu dapat dirasakan oleh bayi, karenanya tetaplah tenang. 
      Meskipun rasa nyeri saat menyusui merupakan salah satu tanda pelekatan yang kurang tepat, proses pertama kali (dan mungkin hingga kali ketiga) menyusui menimbulkan rasa sakit. Hal ini wajar. Jika rasa sakit tidak kunjung hilang, maka cari penyebabnya. Ibu bisa meminta bantuan bidan maupun konselor laktasi.

  2. Pastikan bayi berada pada posisi yang tepat

    Setelah bayi sukses melakukan pelekatan, Ibu harus memastikan bahwa posisi menyusu bayi cukup nyaman. Dalam situs What to Expect, cara menyusui yang benar meliputi pemilihan posisi menyusu bayi. Mengingat terdapat banyak pilihan cara untuk memosisikan bayi, maka Ibu bisa memilih mana yang dianggap paling nyaman. Tidak ada satu cara yang paling benar karena setiap Ibu memiliki standar kenyamanan masing-masing, begitu pula dengan bayi. Ibu akan mendapatkan posisi menyusui yang paling tepat setelah mencoba beberapa cara. Inilah posisi bayi saat disusui yang bisa Ibu pilih:

    • Cradle hold (posisi buaian)
      Ini adalah posisi klasik saat menyusui, yaitu ibu duduk sambil menyangga kepala bayi dengan lengan yang menyiku. Kepala bayi diletakkan di lipatan lengan, pastikan badan bayi lurus, tidak membentuk sudut dengan kepalanya. Jika bayi menyusu di payudara kiri, maka kepala bayi diletakkan di tangan kiri Ibu. Tangan kanan bisa membantu memosisikan payudara agar pelekatan bayi tidak terganggu.

    • Cross-cradle hold (posisi buaian menyilang)
      Posisi ini sama dengan posisi buaian, hanya saja tangan yang menyangga bayi adalah tangan yang berlawanan sisi dengan payudara. Jika bayi menyusu di payudara kiri, maka telapak tangan kanan Ibu menyangga kepala bayi dengan jempol di belakang telinga kanan dan jari-jari lain di belakang telinga kiri. Jika posisi buaian masih memungkinkan Ibu untuk melakukannya sembari duduk, berdiri, bahkan berjalan, posisi menyilang ini sebaiknya dilakukan sambil menyangga bayi dengan bantal.

    • Clutch hold (posisi mengepit dompet)
      Ibu tentu tahu posisi mengepit clutch bag/tas berbentuk dompet tanpa tali, yaitu menggunakan lengan atas dan sisi tubuh. Nah, menyusui dengan posisi clutch hold dilakukan dengan meletakkan bayi di samping Ibu, dengan posisi bayi di bawah ketiak serta telapak tangan menyangga kepala bayi. Posisi ini cocok untuk ibu yang melahirkan secara caesar karena bayi tidak akan bersentuhan dengan bekas jahitan. Ibu yang memiliki bayi kembar juga paling cocok menyusui dengan posisi clutch hold karena antara bayi satu dan lainnya tidak akan saling menimpa. 

    • Laid back position (posisi bersandar)
      Posisi bersandar atau setengah berbaring cocok untuk ibu dengan payudara kecil atau bayi yang memiliki masalah perut kembung setelah menyusu. Meski sambil berbaring dengan bantal pengganjal yang cukup tinggi di punggung, posisi ini tetap merupakan cara menyusui yang benar selama bayi terlihat nyaman. Bayi diletakkan berbaring tengkurap saat menyusu, perut bayi menempel pada perut ibu. Ibu bisa melakukannya sambil memegang bayi, kemudian rileks bersandar jika bayi telah menyusu dengan baik. 

    • Side-lying position (posisi berbaring miring)
      Salah satu posisi favorit kebanyakan ibu adalah posisi berbaring miring. Posisi ini paling sedikit membutuhkan energi karena bayi dapat diletakkan di kasur dan tangan Ibu hanya harus menyangga kepala Ibu sendiri. Bayi yang sudah besar cocok untuk menyusu dengan posisi ini, namun bayi baru lahir rentan untuk tertimpa tubuh Ibu jika Ibu tertidur. 

  3. Mencari posisi yang nyaman

    Cara menyusui yang benar tidak hanya melihat pada pelekatan dan posisi bayi, namun juga ibu. Bisa bayangkan ya, jika Ibu menyusui dalam waktu yang lama namun punggung dan tangan pegal, begitu juga tengkuk, yang dikarenakan posisi menyusui Ibu kurang nyaman. Ada yang harus menyusui sambil duduk, ada yang harus berbaring, ada yang harus menggunakan bantal tertentu. Apapun itu, Ibu harus bisa menemukan posisi yang pas agar menyusui menjadi momen yang menyenangkan dan mampu mengendurkan urat syaraf.

    Ibu bisa menonton video Nancy Mohrbacher, seorang konselor laktasi dari Natural Breastfeeding, untuk melihat bagaimana cara mencari posisi menyusui yang nyaman. Mengganjal bagian bawah tangan dengan bantal bisa menjadi salah satu solusi agar tangan tidak terlalu lelah menyangga bayi. Seberapa tegak punggung juga akan mempengaruhi kenyamanan Ibu. 

  4. Melepas puting dengan teknik yang benar

    Cara menyusui yang benar tidak melulu mengenai posisi dan pelekatan. Saat melepas puting pun, Ibu harus melakukannya dengan benar. Ada kalanya isapan bayi terlepas dengan sendirinya kala bayi tertidur. Namun, saat posisi menyusui kurang pas sehingga Ibu harus berganti posisi atau mendadak ada keperluan yang membuat Ibu harus menyudahi sesi menyusui, mau tidak mau Ibu harus melepaskan puting dari mulut bayi. 

    Agar tidak melukai puting, Ibu bisa memasukkan satu jari ke sudut bibir bayi hingga ia melepaskan isapannya. Selain itu, Ibu juga bisa menjepit hidung bayi dengan jari selama beberapa saat hingga bayi melepaskan isapan karena jalan nafasnya Ibu tutup. Lakukan dengan perlahan dan tidak terlalu lama agar bayi tidak kaget.

    Ingat, jangan coba menarik langsung puting Ibu karena bayi akan refleks mencegah hal tersebut terjadi. Reaksi pertama bayi bisa jadi menggigit dan ini bisa melukai puting Ibu. Tidak ada rasa yang lebih “nikmat” daripada menyusui dengan puting terluka. Jadi, lakukan dengan teknik yang benar.

  5. Menyendawakan bayi

    Tahap terakhir dari cara menyusui yang benar adalah menyendawakan bayi. Setelah bayi kenyang, puting pun terlepas dengan aman, kini saatnya menyendawakan bayi. Mengapa bayi harus disendawakan? Karena saat menyusu, ada udara yang tertelan. Menyendawakan bayi akan membantu mengeluarkan udara tersebut sehingga tidak mengganggu proses pencernaan seperti terjadinya kembung dan gumoh.

    Bagi Ibu baru, memosisikan bayi untuk bersendawa mungkin sedikit menegangkan, sama ketika memandikannya untuk pertama kali. Tidak perlu takut, Ibu bisa melakukannya dengan perlahan. Caranya, gendong bayi dalam posisi tegak di badan sebelah kiri, posisi dagu bayi ada di bahu Ibu. Untuk mencegah gumoh, Ibu bisa melapisi bahu dengan saputangan. Kemudian, dengan lembut, tepuk-tepuk punggungnya hingga ia bersendawa. Mengerucutkan telapak tangan seperti mangkuk akan lebih nyaman bagi punggung bayi daripada menepuknya dengan telapak tangan. 

    Sebagai alternatif, Ibu bisa coba dua cara menyendawakan bayi:

    • Dudukkan bayi di pangkuan Ibu. Satu tangan Ibu menyangga bagian depan tubuh bayi, tangan yang lain menepuk punggungnya.

    • Tengkurapkan bayi di pangkuan Ibu dengan posisi kepala lebih tinggi dari perutnya. Tepuk punggungnya perlahan.

Nah, proses menyusui pun selesai. Tentu saja, prosesnya tidak akan sepanjang penjelasan di atas. Semakin lama Ibu akan semakin terbiasa hingga bisa menyusui sambil melakukan aktivitas lain. Yang penting, pastikan selalu gunakan cara menyusui yang benar, ya, demi keamanan dan kenyamanan Ibu dan bayi.

(Menur)