Keluarga

7 Cara Mengatur Keuangan Keluarga Yang Tepat

7 Cara Mengatur Keuangan Keluarga Yang Tepat

Mengatur keuangan keluarga merupakan sebuah tanggung jawab yang sangat besar bagi setiap Ibu. Ya, selain mengurus anak Ibu juga harus pandai mengatur keuangan keluarga. Tapi, hal ini justru menjadi beban tersendiri terutama bagi pasangan yang baru menikah dan baru memiliki anak. Terlebih bagi ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan sampingan.

Apalagi godaan online shop dan promo-promo beli 2 gratis 1 merupakan hal yang sulit di hindari belakangan ini. Hayooo, siapa yang setuju? Yup, perlu diakui bahwa godaan seperti inilah yang menimbulkan sifat boros pada diri kita.

Namun, sejatinya kita tetap bisa mengatur keuangan keluarga meski banyak godaan yang melambai-lambai kok. Bagaimana caranya? Jawabannya tak lain adalah dengan berhemat. Eits, tak sekadar berhemat kita juga harus pandai memilah milih mana yang dibutuhkan dan mana yang hanya diinginkan.

Dengan berhemat kita bisa menabung dan menyimpan uang untuk pendidikan anak serta kebutuhan mendadak lainnya. lho! Nah, berikut tips mengatur keuangan keluarga yang tepat bagi keluarga baru

7 Cara Mengatur Keuangan Keluarga Dengan Baik

  1. Atur dana darurat

    Menurut Jane Nowak, seorang perencana keuangan asal Georgia, Amerika Serikat, sangat penting bagi pasangan baru untuk memikirkan dan mengatur dana darurat setelah berkeluarga dan memiliki anak. Dana darurat ini merupakan tabungan khusus yang boleh digunakan pada saat keadaan darurat, seperti anak sakit, maintenance rumah secara mendadak, Ayah kehilangan pekerjaan dan pengeluaran tak terduga lainnya.

    Dana darurat ini sangat penting diterapkan dalam cara mengatur keuangan keluarga. Dana darurat ini juga harus memiliki rekening khusus yang terpisah dengan dana kebutuhan sehari-hari lainnya termasuk rekening Ibu dan Ayah. Tujuannya tak lain agar tidak terpakai dan tercampur. Jangan lupa untuk selalu mendiskusikan pada pasangan, berapa jumlah yang harus disisihkan setiap bulan untuk mengisi rekening dana darurat.

  2. Susun anggaran tiap bulan

    Sebagai seorang perencana keuangan keluarga, Ibu harus tahu dan hafal betul pengeluaran pasti yang akan dikeluarkan tiap bulan. Sesuaikan dengan uang yang setiap bulan diberikan oleh Ayah. Termasuk untuk biaya tagihan listrik, telepon, air internet, belanja, cicilan rumah, cicilan kendaraan tagihan kartu kredit, biaya sekolah anak dan lain sebagainya.

    Ibu harus realistis menerima jumlah uang yang ada setiap bulan. Sikap ini, ternyata dapat membantu kita bersikap objektif terhadap pengeluaran yang berlebihan, lho! Tetapi tenang saja ya Bu, bersikap objektif tak berarti kita harus melupakan kebutuhan diri sendiri kok.

    Kebutuhan diri sendiri boleh masuk ke dalam susunan anggaran setiap bulan. Misalnya seperti merawat diri ke salon dan sebagainya. Asalkan jumlahnya tetap harus realistis dan jangan memaksa ya Bu. Terlebih, tampil cantik di depan suami tak perlu harus membeli kosmetik dan baju bermerk mahal, kan?.

    Namun, jika memang bulan ini tidak ada anggaran lebih untuk Ibu me time jangan gundah gulana ya, Bu hihihi. Tetap bersyukur dan berdoalah agar bulan depan ada dana lebih untuk anggaran me time Ibu nantinya.

  3. Hindari hutang!

    It’s not about your husband salary is not enough, ya Bu! Coba pikirkan lagi bagaimana gaya hidup kita selama ini. Yes it is! Menurut Farnoosh Torabi, konsultan keuangan dari Moms Clinic Amerika, kebiasaan hidup konsumtif merupakan salah satu alasan utama untuk berhutang. Sebisa mungkin hindari membeli barang dengan cara berhutang, baik dengan menggunakan kartu kredit maupun dengan meminjam uang dari bank atau orang lain.

    Cobalah untuk selalu bersyukur dengan penghasilan suami. Ya, meski sederhana pada kenyataannya bersyukur merupakan salah satu cara mengatur keuangan keluarga yang cukup ampuh, lho! Penting untuk tidak terlalu banyak mengeluh tentang keuangan keluarga yang mungkin sedang pas-pasan.

    Sebaiknya, berikan pijatan lembut pada pundak Ayah setelah lelah seharian bekerja. Katakan dalam hati bahwa Ibu sangat bersyukur memiliki seperti Ayah yang rela bekerja siang-malam hanya untuk menghidupi keluarga.

    Sebab, sebesar apapun penghasilan suami tidak akan pernah cukup jika kita masih berperilaku konsumtif. Jika memang terpaksa harus membeli barang dengan cara kredit, pilihlah barang dengan harga murah namun tetap berkualitas.

    Hal ini untuk menghindari proses cicilan yang terlalu lama sehingga menjadi beban bagi keuangan keluarga. Selain itu, kita juga bisa memulai mengurangi hutang dengan cara membayar tagihan yang paling kecil terlebih dahulu.

    Budayakan untuk hidup dengan keuangan yang sehat agar terhindar dari hutang yang konsumtif. Last but not least, usahakan untuk menghindari berhutang uang dengan bank. Sebab, biasanya bunga yang dikeluarkan sangat besar sehingga otomatis dapat membebani pengeluaran keluarga setiap bulannya.

  4. Sisihkan untuk dana pendidikan dan kesehatan keluarga

    Menyisihkan dana untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan keluarga sangat penting di terapkan, bahkan sejak awal pernikahan dan belum memiliki anak. Mengapa demikian? Seperti yang kita tahu, biaya pendidikan dan kesehatan setiap tahunnya terus meningkat semakin mahal.

    Diperlukan perencanaan yang matang agar anak kelak bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan seluruh anggota keluarga mendapatkan fasilitas kesehatan yang mumpuni. Tentunya sebagai Ibu dan istri, kita jelas selalu berusaha untuk memberikan segala yang terbaik untuk mereka, bukan?

    Karenanya, dana pendidikan dan kesehatan ini harus memiliki rekening terpisah dari anggaran dana lainnya. Beberapa bank juga sudah menyediakan fasilitas rekening yang diperuntukan bagi dana pendidikan anak. Sehingga kita tak perlu khawatir untuk mengurus pencairan dana, jika diperlukan suatu saat nantinya.

    Khusus untuk dana kesehatan, kita bisa gunakan jasa asuransi kesehatan gratis yang disediakan pemerintah seperti BPJS. Apalagi dana BPJS yang perlu dibayar setiap cenderung terjangkau.

    Namun jika ingin menjamin dana kesehatan keluarga yang lebih besar, bisa juga menggunakan jasa asuransi swasta yang banyak tersedia di Indonesia. Akan tetapi, kita perlu menyisihkan uang yang sedikit lebih banyak jika menggunakan jasa asuransi ini. Jangan lupa untuk memasukkan biaya-biaya ini ke dalam catatan anggaran yang perlu dikeluarkan setiap bulannya.

  5. Menabung dan menabung

    Seperti yang telah diketahui sebelumnya, menabung dan berhemat merupakan cara mengatur keuangan keluarga yang paling baik. Bahkan meskipun saat ini gaji suami naik 2 kali lipat tak berarti kebiasaan menabung dan berhemat menjadi kita abaikan.

    Minimalkan kegiatan belanja yang cenderung konsumtif seperti bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe setiap minggunya. Tak dipungkiri, terkadang bercengkrama dengan teman lama memang perlu, tapi tak berarti menjadi sebuah kewajiban yang harus melakukannya di setiap minggu. Alangkah lebih baik anggaran ini kita gunakan untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.

    Segera setelah kita menerima gaji baik dari suami maupun yang kita hasilkan sendiri, sebaiknya langsung disisihkan dan ditabung. Menabunglah sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang diharapkan dalam finansial keluarga. Jangan lupa untuk selalu membuat rekening terpisah pada setiap kebutuhan dan kepentingan keluarga.

  6. Pandai mengatur anggaran belanja

    Nah! Cara mengatur keuangan keluarga yang harus memiliki mental baja adalah ketika hendak berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sayangnya hal ini justru seringkali dilanggar oleh kita ya, Bu. Alih-alih tergoda dengan diskon, namun ketika hendak membayar di kasir…Zonk! Lewat dari batas, nih.

    Sejatinya, diskon bisa jadi penolong yang sangat membantu ketika kita hendak berbelanja, lho Bu. Asalkan kita pandai memilah milih mana kebutuhan yang mendesak dan mana yang hanya ‘lapar mata’ saja. Pikirkan pula dengan seksama mengenai pengertian butuh dan ingin.

    Namun, pada beberapa tawaran diskon, kita tetap perlu menghitung harga persatuan dari satu barang. Apalagi jika tawarannya berupa pembelian 2 gratis 1. Penting untuk tidak mudah tergoda dengan tawaran seperti ini.

    Kalkulasikan setiap barang yang masuk ke dalam keranjang belanja, hitung kembali sebelum bayar ke kasir agar perkiraan dana tidak meleset. Sebaiknya sebelum berbelanja usahakan untuk selalu mencatat apa saja kebutuhan yang harus dibeli. Upayakan pula untuk selalu mengutamakan kebutuhan yang sudah di catat, agar jumlah yang dibayarkan nantinya tidak melebihi anggaran.

    Kecuali jika setelah di kalkulasi, di dalam anggaran masih ada sisa. Namun, tak berarti sisa anggaran belanja ini harus dihabiskan pada saat itu juga ya, Bu. Pikirkan lagi apakah barang yang diinginkan oleh kita sangat diperlukan atau tidak. Sebab, sisa lebihan anggaran ini bisa kita simpan dan manfaatkan untuk kebutuhan belanja bulan depan.

  7. Atur dana liburan

    Meski sedang berhemat, tak berarti kita harus selalu mengurung diri di rumah setiap menjelang weekend, kok Bu. Agar keluarga tetap bisa mendapatkan kesempatan untuk berlibur, maka dana liburan pun harus selalu di buat. Liburan itu penting lho bu untuk keluarga.

    Tak perlu berlibur ke luar negeri dengan biaya yang mahal, kita bisa menyisihkan dana kecil untuk sekadar makan malam sebulan sekali di luar bersama keluarga, berjalan-jalan di mall terdekat atau pergi ke taman kota.

    Jika hendak liburan menggunakan pesawat, kereta dan bus kita harus rajin membuka online travel agent. Menjelang hari libur, biasanya mereka akan banyak menawarkan promo tiket murah.

    Tiket-tiket murah ini biasanya juga berkisar pada keberangkatan pagi dan malam hari. Sehingga agar lebih hemat usahakan untuk mengambil jadwal keberangkatan pertama yakni pagi sekali atau tengah malam.

    Saat hendak bepergian ke luar negeri, kita harus pandai memilih negara tujuan. Jangan lupa untuk selalu memantau pergerakan dollar. Sebab, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pengeluaran harian kita saat di negara tersebut.

    Pilihlah negara dengan cost dan penginapan yang tidak terlalu mahal. Misalnya hanya berkisar ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam maupun Vietnam.

    Usahakan pula untuk membawa perlengkapan yang nyaman untuk Si Kecil jika mengambil jadwal keberangkatan malam hari. Jangan lupa untuk selalu membawa bekal dari rumah untuk menghemat pengeluaran saat liburan.  Jika perlu dana liburan ini pun juga harus memiliki rekening terpisah

5 Langkah Mengatur Keuangan Keluarga Yang Realistis

  1. Bayar cicilan tepat waktu

    Yup, menurut Moms Clinic dengan kita membayar cicilan setiap bulan tepat waktu, hal ini dapat membantu membuka pikiran kita lebih realistis, bahwa kita memiliki kewajiban untuk membayar hutang. Tidak ada alasan untuk tidak berhemat.

    Sebab, jika telat membayar dan jatuh tempo justru hanya akan menghasilkan denda, which is, denda tersebut menjadi biaya tambahan yang harus kita keluarkan akibat telat membayar cicilan. Secara otomatis akan mempengaruhi anggaran setiap bulan, meskipun biaya denda tersebut tidak terlalu besar.

  2. Sisihkan 10% gaji untuk dana pensiun

    Tidak semua perusahaan di Indonesia menjamin adanya dana pensiun bagi tiap karyawannya, terutama bagi mereka yang bekerja di perusahaan swasta. Untuk itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk menyiapkan dana pensiun sendiri yang disisihkan dari 10% gaji kita maupun suami.

    Bicarakan hal ini dengan pasangan, agar mendapatkan kesepakatan bersama. Setidaknya kelak saat pensiun dan tua nanti kita sudah memiliki uang simpanan untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendesak lainnya.

  3. Hemat dalam membeli baju dan kebutuhan anak lainnya

    Pakaian dan perlengkapan anak merupakan sebuah pengeluaran yang harus diberikan budget tertentu setiap bulannya. Terlebih jika anak masih harus menggunakan popok sekali pakai, sedang tahap MPASI, minum susu formula maupun ketika anak sudah mulai sekolah.

    Untuk itu, cara mengatur keuangan keluarga dalam hal ini biasanya dengan membelikan baju satu size lebih besar dari ukuran badannya. Hal ini semata-mata bertujuan agar baju tersebut bisa digunakan sedikit lebih lama, sehingga bulan depan tidak perlu membeli baju lagi.

    Sementara itu, cara mengatur keuangan keluarga dalam hal membeli popok, makanan instant MPASI serta susu formula kita pun bisa memanfaatkan kehadiran e-commerce atau online shop yang ada. Biasanya mereka cenderung menjual dengan harga yang jauh di bawah harga toko. Nah, lumayan bisa berhemat, kan?.

    Lalu bagaimana untuk membeli mainannya? Perlu digaris bawahi ya, Bu bahwa sejatinya membeli mainan anak tidak perlu mahal-mahal, kok. Di beberapa pasar mainan lokal sudah banyak yang menjual mainan dengan logo SNI (Standar Nasional Indonesia), lho. Kualitasnya pun tak kalah dari mainan yang di jual dalam mall. Psttt…soal harga jelas terjangkau bahkan bisa di tawar dengan harga yang ramah di dompet hihihi.

  4. Rajin mengajak anak ikut kelas gratis di luar rumah

    Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti berlatih sepak bola, taekwondo, tari balet dan lain sebagainya tidak harus mahal. Ada banyak kelas yang ditawarkan oleh institusi tertentu secara gratis, lho! Namun, untuk mengetahui kelas pengembangan diri secara gratis ini orang tua harus aktif mencari informasi melalui sosial media maupun lainnya.

    Selain dapat mengetahui bakat anak, kelas pengembangan diri ini juga bermanfaat agar anak mudah bersosialisasi dengan teman sebayanya. Sementara dari segi finansial keluarga, kelas gratis ini cukup menguntungkan karena gratis.

  5. Anggaran makan di luar

    Sisihkan anggaran dana keluarga untuk makan di luar selama satu bulan sekali. Tidak perlu pergi ke restoran yang mahal, yang terpenting murah dan makanan terjamin higienis. Anggaran ini tidak perlu menjadi anggaran wajib yang sengaja harus disisihkan, ya Bu.

    Semampunya saja, dan tak lupa harus serealistis mungkin. Jika bulan ini tidak ada dana lebih untuk makan di luar rumah, maka tak perlu memaksakan kehendak. Beri pengertian pada anak, ajak mereka makan malam di rumah dengan konsep selayaknya seperti di restoran.

    Sebab, yang terpenting dari hal ini bukan dari seberapa mewahnya makanan yang tersaji. Melainkan kebersamaan keluarga dalam menyantap makanan bersama dalam satu meja.

(Aprilia / Dok. Freepik)