Balita

6 Tips Meningkatkan Kemampuan Berpikir Si Kecil

6 Tips Meningkatkan Kemampuan Berpikir Si Kecil

Semua ibu ingin memiliki anak yang cerdas. Tidak heran jika institusi pendidikan prasekolah berkembang pesat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan orangtua untuk mengasah kemampuan berpikir anak sejak dini. Seminar, workshop, kuliah online dengan topik perkembangan anak dan ilmu parenting pun semakin banyak diminati karena orangtua sekarang tidak hanya ingin anaknya pintar secara kognitif, namun juga memiliki kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual.

Sebenarnya, cerdas saja tidak cukup. Pada abad ke 21 di mana informasi sangat mudah didapatkan, kemampuan berpikir kritis merupakan pencapaian yang sangat penting dalam tahap perkembangan anak. Ketika anak dapat berpikir kritis, ia dapat membedakan informasi yang benar dan yang tidak, menganalisis dan membandingkan berbagai jenis informasi, membuat kesimpulan, yang mana kesemuanya akan menjadi fondasi cara berpikirnya ketika dewasa.

Maraknya kasus berita hoax akhir-akhir ini amat erat hubungannya dengan ketidakmampuan orang dewasa untuk mengkritisi informasi. Hal ini bisa disebabkan oleh sistem pendidikan satu arah, yang menyediakan informasi namun tidak memberikan ruang untuk mencari dan membangun sendiri kemampuan berpikirnya.

Oleh karena itu, ibu bisa mulai untuk meningkatkan kemampuan berpikir si kecil sejak dini dengan berbagai macam aktivitas yang mudah dilakukan dan menyenangkan. Ingat, ibu harus sabar ya karena tidak semua kegiatan stimulasi yang dilakukan langsung direspon sesuai dengan ekspektasi ibu. Sebaiknya, setiap aktivitas dilakukan dengan mengikuti tahap perkembangan anak.

Berikut ini adalah cara yang bisa dicoba untuk melatih kemampuan berpikir kritis anak:

  1. Beri kesempatan bermain

    Bermain adalah cara si kecil untuk belajar. Melalui kegiatan bermain. ia akan melatih kemampuan berpikir dan kreativitasnya. Tidak harus dengan mainan edukatif, anak bisa belajar dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Misalnya, saat menuang air ke gelas, ia belajar bahwa air yang terlalu banyak bisa tumpah.

    Kemudian, anak belajar untuk menuang dengan lebih pelan atau mengambil air lebih sedikit. Dari sini, anak belajar mengenai aksi dan reaksi. Di kesempatan yang lain, anak akan berani mencoba kemungkinan baru untuk melihat reaksi yang akan terjadi.

    Begitu juga ketika anak bermain petak umpet, lama kelamaan ia akan dapat mengira-ngira ukuran tempat bersembunyi yang sesuai dengan tubuhnya, kecepatan berlari untuk mencapai tempat persembunyian, atau sekadar belajar untuk tidak bergerak selama beberapa saat.

    Hal-hal tersebut tentu sangat sederhana bagi orangtua, yang rentan dianggap kurang edukatif karena tidak berhubungan dengan angka, alfabet, maupun bahasa asing. Padahal, bermain bebas seperti contoh di atas sangat efektif bagi perkembangan anak.

  2. Jangan buru-buru membantu 

    Reflek seorang ibu adalah membantu anaknya ketika mengalami kesulitan. Namun, ada kalanya membiarkannya mencari jalan keluar sendiri akan berdampak positif bagi perkembangan anak. Kebanyakan orangtua merasa tidak sabar karena menggunakan kacamata orang dewasa yang kecepatan berpikirnya sudah jauh di atas anak. Orangtua yang selalu memberikan bantuan akan menumpulkan kemampuan problem solving anak.

    Jika ia terbiasa dibantu, anak akan mudah putus asa ketika menemui masalah. Tentu saja, pada kondisi tertentu ibu bisa memberikan bantuan, petunjuk, atau pertanyaan pancingan untuk memudahkan anak berpikir dan memecahkan masalah sendiri.

  3. Beri si kecil waktu untuk menjawab atau merespon pertanyaan

    Pernahkah ibu merasa “gemas” ketika si kecil tidak kunjung menjawab pertanyaan, padahal pertanyaan tersebut sangat mudah? Jangan buru-buru membantu menjawab atau malah mendesaknya ya.

    Pada fase perkembangan anak tersebut, anak sedang berlatih untuk mempertimbangkan kembali atau mengkritisi jawabannya sendiri sehingga saat dewasa nanti ia bisa lebih berpikir panjang dan tidak reaktif saat dihadapkan pada situasi yang mendesak.

  4. Gunakan pertanyaan terbuka

    Pertanyaan terbuka (open-ended questions) adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab hanya dengan “ya” atau “tidak”. Menurut Jenni Rice, direktur dan pemilik Halsey Schools California, pertanyaan terbuka pertanyaan terbuka dapat mengakomodir ide anak yang beragam, mendorong kemampuan berpikir kreatif, menyadarkan anak bahwa satu masalah dapat memiliki banyak solusi, serta mengasah perkembangan anak di bidang bahasa. Jangan lupa untuk memberi perhatian penuh pada anak ketika ia mengutarakan jawabannya dan tidak menginterupsinya. 

  5. Bantu si kecil membuat hipotesis

    Tidak harus selalu kita yang bertanya dahulu lho, Bu. Ketika anak bertanya tentang sesuatu, ibu bisa bertanya balik, misalnya, “Menurutmu, mengapa bisa begitu?”. Membantu si kecil untuk membuat hipotesis juga dapat dilakukan dengan pertanyaan semacam, “Kalau kita melakukan ini, kira-kira apa ya yang akan terjadi?”

    Hargai jawaban anak meskipun kurang tepat dan beri penjelasan pada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti. Belajar membuat hipotesis seperti ini dapat mengasah aspek kognitif perkembangan anak.

  6. Melihat dari sudut pandang berbeda

    Cara lain untuk mengasah kemampuan berpikir si kecil adalah dengan mengajaknya melihat dari sudut pandang berbeda. Pertanyaan seperti, “Bisa nggak ya kita mencoba cara yang lain?” dapat melatih kreativitasnya dalam melakukan sesuatu dan mengajarkan ia bahwa selalu ada berbagai macam cara untuk melakukan sesuatu.

Pada prinsipnya, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan ketika anak diberi kesempatan untuk membuat pilihan, merencanakan waktu mereka, dan membuat sesuatu dari nol, seperti yang dimuat dalam laman brighthorizons.com.

Karena itu, ibu harus jeli mencari waktu bagi anak untuk bermain bebas serta membekali diri dengan referensi seputar STEM (science, technology, engineering, math) agar perkembangan anak terjadi secara simultan di berbagai aspek. Ibu juga perlu belajar mengenai tahap perkembangan otak dan aktivitas yang dapat merangsang perkembangan otak pada fase bayi, batita, dan anak prasekolah.

Selain melalui sejumlah aktivitas stimulasi di atas, mengasah kemampuan berpikir anak dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhannya akan nutrisi yang membantu perkembangan otak. Beberapa gizi yang dapat membantu perkembangan pola pikir anak adalah Omega 3 dan DHA.

Omega 3 bertugas untuk memastikan semua fungsi tubuh anak berjalan normal, misalnya koordinasi mata dan tangan, kemampuan untuk berkonsentrasi, kemampuan bersosialisasi, dan kecerdasan otak. Asam lemak omega 3 juga berhubungan dengan kinerja saraf, yaitu dengan cara memengaruhi senyawa khusus pada sistem saraf. Hal ini akan membantu memelihara kondisi psikis anak.

Sementara itu, DHA adalah asam lemak yang termasuk dalam kelompok omega 3. DHA terkenal akan fungsinya dalam membantu perkembangan otak anak di mana DHA ditemukan sebagai salah satu komponen penyusun sel-sel saraf. DHA ini pula yang membantu menyampaikan informasi ke otak dengan cepat dan akurat. Karena itu, pastikan si kecil terpenuhi kebutuhan DHA nya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang manfaat susu PUREGROW Organic bagi perkembangan anak dan kemampuan berpikirnya, kunjungi situsnya di sini.

Untuk memenuhi asupan tersebut, Ibu dapat memilih PUREGROW Organic. Susu pertumbuhan organik pertama di Indonesia yang dihasilkan dari sapi yang bebas suntikan antibiotik dan hormon pertumbuhan, diternakkan di lahan bebas pestisida, dan hanya mengkonsumsi pakan organik, menghasilkan komposisi nutrisi yang lengkap untuk perkembangan anak yang optimal.  Tidak hanya kaya akan kalsium, PUREGROW Organic juga kaya akan vitamin A, D, E, zat besi, DHA, FOS & GOS, serta omega 3 & 6 secara alami, tanpa zat-zat kimia tambahan.

(Menur)