Balita

8 Rekomendasi Hewan untuk Anak Sesuai Usianya

8 Rekomendasi Hewan untuk Anak Sesuai Usianya

Orang tua memiliki banyak pertimbangan ketika hendak memilih hewan untuk anak. Mulai dari besar atau kecilnya ukuran hewan, mudah atau sulitnya cara perawatan, hingga ada atau tidaknya alergi tertentu yang diidap oleh anak atau ibu serta ayah.

Memilih hewan untuk anak memang agak tricky. Pemilihan hewan yang tepat disebut-sebut mampu melatih empati serta jiwa tanggung jawab dalam diri anak. Bagi anak tunggal, hewan bahkan bisa dijadikan sebagai teman bermain sehingga si anak tidak lagi merasa bosan.

Sebaliknya, jika hewan tidak cocok dengan perilaku maupun kepribadian anak, kehadiran hewan peliharaan di rumah ibu justru akan menambah masalah baru. Bukannya bisa bersantai, orang tua malah harus ekstra sibuk karena hewan tersebut hanya bisa membuat rumah makin berantakan. 


4 Pertimbangan dalam Memilih Hewan untuk Anak


  1. Alergi

    Hal yang paling penting sebelum memilih hewan untuk anak ialah ada atau tidaknya reaksi alergi terhadap hewan tertentu, terutama kucing dan anjing. Jangan memaksakan diri untuk mengadopsi kedua jenis hewan tersebut jika memang ada anggota keluarga yang memiliki alergi. 

    Tanda-tanda seseorang menderita alergi hewan peliharaan ialah adanya gejala ini ketika ia berada di dekat hewan peliharaan:

    • bersin-bersin
    • hidung berair atau mampet
    • batuk-batuk, dada sesak, napas tersengal-sengal, dan napas mengikik seperti penderita asma
    • sakit di bagian wajah karena kekurangan oksigen
    • mata berair, merah, dan gatal
    • gatal-gatal hingga mengakibatkan ruam hingga bengkak
  2. Anak betul-betul siap 

    Orang tua juga harus mempertimbangkan kesiapan anak sebelum memilih hewan untuk anak. Jangan sampai, memberi hewan untuk anak hanya merupakan ambisi orang tua atau jalan pintas untuk memperbanyak waktu untuk diri sendiri alias me time. Interaksi anak dan hewan harus selalu termonitor, terutama dalam masa-masa awal tinggalnya hewan tersebut di rumah barunya.

    "Orang tua harus selalu memantau interaksi anak dengan binatang peliharaan maupun calon binatang peliharaannya," kata Konsultan Perilaku Hewan, Sherry Woodard.

  3. Kedekatan anak dengan hewan tertentu

    Sebelum memberikan hewan untuk anak, ada baiknya anak diajak berkunjung ke tempat di mana ia bisa berinteraksi langsing dengan hewan, misalnya memegang, memberi makan, hingga bermain dengan hewan. Jika anak menunjukkan sikap positif, itu bisa menjadi sinyal bahwa sudah saatnya orang tua memberikan hewan untuk anak. 

    Anak pun biasanya menunjukkan ketertarikan yang berbeda-beda terhadap binatang tertentu. Ada yang puas hanya dengan melihat ikan di akuarium, namun ada pula anak yang lebih suka ikut lari-larian bersama anjing. Preferensi anak seperti ini bisa jadi pertimbangan orang tua dalam memilih hewan untuk anak.

    "Jangan lupa untuk mengajarkan kepada anak mengenai keamanan dan kepantasan dalam memelihara hewan," lanjut Sherry.

  4. Bersabar

    Ketika ibu sudah memiliki keputusan terhadap pilihan hewan untuk anak, ajari juga anak untuk bersabar dalam membangun ikatan dengan hewan tersebut. Ada hewan peliharaan yang mudah dekat dengan pemilik barunya, namun ada pula yang butuh waktu lebih lama untuk membangun bonding.

    "Pengenalan pertama bisa dilakukan di ruangan yang luas dan suasana tenang serta berlangsung tidak lebih dari 15 menit. Ibu bisa mengawasi dari jarak yang agak jauh, tetapi masih bisa menjangkau anak seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Konsultan Senior di Pusat Adopsi American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA), Pamela Barlow.

    Ibu harus segera memisahkan anak dengan hewan peliharaan jika hewan peliharaan terlihat agresif maupun sebaliknya tidak merespon panggilan dari anak. Proses ini bisa diulang lagi beberapa jam kemudian dengan prosedur yang sama.

  5. Sesuaikan dengan umur anak

    Safety is first. Keselamatan adalah hal utama dalam memilihkan hewan untuk anak.

    Di sosial media, ibu mungkin banyak melihat ada anak bayi yang sudah akrab dengan anjing atau kucing. Tetapi ternyata bayi di bawah usia 6 bulan belum disarankan memiliki hewan peliharaan lho!

    Seiring dengan peningkatan usia anak, kenalkan terlebih dahulu dengan hewan yang berjalan lambat sesuai dengan sifat motorik anak yang memang belum memiliki kecepatan seperti orang dewasa. Baru ketika ia menginjak usia sekolah (di atas 5 tahun), anak dianggap sudah matang untuk memilih sendiri hewan peliharaannya asalkan tetap berada di bawah pengawasan orang tua.


4 Tahapan Memilih Hewan untuk Anak Sesuai Umurnya

Memilih hewan untuk anak ternyata tidak bisa dilakukan dengan sembarang pertimbangan. Ada baiknya orang tua juga mempertimbangkan kematangan anak sesuai usianya demi menjaga keamanan seluruh anggota keluarga di rumah.

ASPCA mengeluarkan panduan dalam memilih hewan untuk anak sesuai usia, sebagai berikut:

  1. Bayi (usia 0-1 tahun)

    Seperti telah disebutkan di atas, bayi tidak direkomendasikan untuk memiliki hewan peliharaannya sendiri. Namun, jika orang tua sudah terlebih dahulu memiliki peliharaan seperti anjing atau kucing sebelum memiliki bayi, tidak apa-apa untuk memperkenalkan hewan peliharaan itu kepada bayi.

    Orang tua mungkin harus lebih intens untuk mengajarkan kepatuhan kepada hewan peliharaan agar lebih berhati-hati saat berada di dekat bayi. Terkadang, ada hewan peliharaan yang mudah beradaptasi dengan bayi dan akhirnya membangun bonding serta menjadi semacam penjaga bayi, namun ada juga hewan peliharaan yang justru merasa teritorinya terganggu dengan kehadiran bayi yang baru lahir sehingga bisa bertingkah agresif terhadap bayi.

    Hal terpenting adalah orang tua jangan lengah dalam mengawasi interaksi antara bayi dengan hewan peliharaan, terutama di masa-masa awal adaptasi.

  2. Batita (usia 1-3 tahun)

    Di usia 1 hingga 2 tahun, anak masih belajar mengkoordinasikan tubuhnya sendiri, tapi suka sekali mengeksplorasi hal-hal baru yang ia temui. Jika orang tua ingin mulai memperkenalkan hewan peliharaan, sebaiknya pilih hewan yang memiliki kecepatan relatif lambat atau yang membutuhkan wadah sebagai lingkungan hidupnya seperti ikan.

    Ikan relatif aman untuk anak-anak dengan tingkat ingin tahu yang tinggi, tapi belum bisa menyaring ilmu tentang apa yang baik untuk hewan maupun tidak. Pemilihan hewan untuk anak ini dimaksudkan agar anak terhindar dari resiko seperti tergigit, tercapit, atau tercakar hewan peliharaan mengingat toddler relatif belum bisa membedakan baik dan buruk. 

    Orang tua harus terus mengawasi anak ketika berinteraksi dengan hewan yang bisa jadi merupakan peliharaan pertamanya ini. Ajari anak mengenai cara memegang binatang, memberi makan, atau mengajak main yang aman. Orang tua juga harus siap ketika anak melontarkan pertanyaan yang menandakan rasa ingin tahunya, jika anak sudah dapat berbicara.

  3. Anak yang mulai memasuki usia persiapan sekolah (3-5 tahun)

    Usia 3 hingga 5 tahun merupakan umur yang ideal bagi orang tua untuk mengenalkan anak kepada hewan peliharaan. Di usia ini, cara berkomunikasi anak kepada lingkungan sudah mulai matang sehingga bisa ditanamkan nilai baik-buruk oleh orang tua.

    Anak pun sudah bisa dikenalkan dengan konsep disiplin dalam memelihara hewan peliharaan. Orang tua tetap merupakan perawat hewan peliharaan yang utama, tetapi ibu dan ayah mulai bisa membagi tanggung jawab dengan anak lewat pembuatan jadwal kapan anak harus memberi makan hewan peliharaannya, kapan harus mengganti botol minumnya, ataupun kapan sekedar mengelus-elusnya.

    ASPCA merekomendasikan hamster atau guinea pig (tikus belanda) sebagai hewan peliharaan di usia ini. Selain tidak membahayakan anak, mereka juga relatif mudah perawatannya sehingga cocok untuk anak yang sedang belajar memelihara makhluk hidup pertamanya.

  4. Anak yang sudah memasuki usia sekolah (di atas 5 tahun)

    Di usia ini, anak sudah mulai bisa diberikan tanggung jawab untuk secara rutin merawat hewan peliharaannya. Sama seperti tugas di sekolah, anak dituntut untuk melakukan tugas harian, seperti memandikan hewan peliharaan, memberi makan, membersihkan kandang, dan lain-lain.

    Hampir semua binatang bisa dikenalkan dalam periode ini, termasuk anjing dan kucing. Tidak jarang dalam fase ini, anak membentuk ikatan (bonding) dengan hewan peliharaannya sehingga ibu jangan kaget ketika hewan peliharaannya sakit atau mati, atau si anak menangisinya berhari-hari.


8 Pilihan Hewan untuk Anak

  1. Ikan

    Ikan bisa menjadi pilihan hewan untuk anak yang paling aman dan bisa dikenalkan sejak dini. Perawatannya yang relatif mudah, pakannya terjangkau, pergerakannya bisa dibatasi, bentuknya pun bervariasi sehingga memanjakan mata anak.

    Ikan mas yang mungil mungkin menjadi pilihan awam bagi sebagian orang tua, namun para ahli justru lebih menyarankan agar anak lebih dulu memelihara ikan cupang. Pasalnya, ikan lokal Asia Tenggara ini tidak butuh ventilator dalam akuariumnya sehingga relatif tidak cepat mati.

    Ikan yang memiliki sirip seperti bendera ini pun bisa memakan jentik-jentik nyamuk jika terdapat di permukaan air akuarium. Namun perlu diingat untuk menempatkan satu ikan cupang dalam satu akuarium ya, karena mereka adalah ikan tipe petarung yang akan langsung menyerang satu sama lain jika ditempatkan dalam kolam yang sama.

  2. Burung

    Mendengar suara burung di pagi hari memiliki efek menenangkan dan menghadirkan suasana nyaman di rumah. Sama seperti ikan, burung pun relatif mudah dikontrol karena memiliki ruang gerak terbatas ketika berada di sangkarnya sehingga cocok dipilih sebagai hewan untuk anak.

  3. Anak ayam dan bebek

    Mudah didapat, perawatannya pun relatif mudah. Orang tua bahkan bisa membuat rumah bagi anak ayam atau bebek dari kardus bekas yang diberi lubang untuk pintu maupun jendela serta bila perlu memberikan lampu kecil di atasnya untuk dinyalakan pada malam hari.

    Hanya saja, orang tua harus sering membersihkan kandang anak ayam ini ya. Jangan lupa juga untuk memastikan bahwa si anak ayam bebas dari penyakit seperti virus flu burung.

  4. Anjing

    Anjing merupakan hewan paling populer dipilih sebagai hewan untuk anak di seluruh dunia. Mereka memang terkenal memiliki perangai yang menyenangkan serta bisa membangun bonding yang kuat dengan pemiliknya.

    Meskipun demikian, orang tua perlu berkonsultasi dengan praktisi atau dokter hewan mengenai jenis anjing yang cocok untuk anak. Sebabnya, ada beberapa jenis anjing yang temperamen, suka menggigit atau mencakar pemiliknya sehingga amat berbahaya ketika berada di dekat anak-anak. 

  5. Kucing 

    Memelihara kucing juga menjadi favorit sebagian besar anak karena mereka lucu dan cantik. Hanya saja, orang tua harus memastikan kebersihannya karena kotoran kucing merupakan salah satu perantara penyebaran parasit toksoplasma.

  6. Binatang pengerat

    Hamster, marmut, dan tikus belanda merupakan hewan untuk anak yang banyak direkomendasikan oleh dokter hewan. Mereka jarang menggigit dan relatif aman dari penyakit berbahaya.

    Perawatannya pun cukup sederhana, hanya saja binatang pengerat ini suka suasana berantakan dan kerap menimbulkan bau tak sedap dari tubuhnya.

  7. Kelinci

    Terlihat imut-imut, kelinci butuh adaptasi yang cukup lama terhadap sentuhan manusia sehingga mereka suka menggigit bila merasa tertekan. Namun begitu mereka terbiasa dengan pemiliknya, kelinci bisa jadi makhluk yang menggemaskan.

  8. Kura-kura 

    Ingin mengadopsi hewan untuk anak yang bisa menjadi temannya hingga dewasa? Kura-kura pilihannya!

    Hewan bercangkang ini dikenal dengan umur panjangnya sehingga bisa hidup hingga beberapa generasi keluarga. Namun, para ahli menyarankan bagi anak-anak yang ingin memelihara kura-kura agar berusia di atas 5 tahun. Pasalnya, kura-kura merupakan salah satu perantara penyebaran bakteri salmonella.


5 Tips Mengajarkan Anak Merawat Hewan Peliharaan

Jangan cuma suka mengadopsi hewan peliharaan, anak juga harus bisa merawatnya hewan peliharaannya sendiri. Berikut 5 tips yang bisa diterapkan:

  1. Tanamkan rasa memiliki

    Sebelum memilih hewan untuk anak, tanamkan dalam diri anak bahwa binatang itu ialah tanggung jawabnya. Orang tua sebisa mungkin tidak terlibat dalam perawatan hewan tersebut dan menjalankan peran sebatas mengawasi.

  2. Jangan 'menyelamatkan' anak

    Ketika bermain dengan hewan peliharaannya, anak mungkin akan mengalami luka seperti dicakar kucing, digigit kelinci, atau dipatok ayam. Namun, jangan lantas menyelamatkan anak karena dengan luka tersebut anak akan belajar batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh.

    Anak akan mengerti bahwa menarik buntut kucing akan membuatnya dicakar atau memeluk kelinci terlalu erat akan membuatnya digigit. Orang tua hanya bertugas memberi pengertian agar hal tersebut tidak diulang lagi oleh anak di kemudian hari.

  3. Hukum sebab-akibat

    Hewan tidak punya daya pikir, mereka bertindak sesuai insting saja. Ajarkan hal ini kepada anak dengan memberi contoh. Misalnya, ikan goreng yang diletakkan di bawah meja bisa dimakan kucing sehingga ia harus selalu meletakkan makanan di luar jangkauan kucing peliharaannya tersebut seperti di dalam lemari makan.

  4. Konsisten

    Anak cenderung sangat senang serta semangat merawat hewan peliharaan yang masih baru. Namun seiring berjalannya waktu, kesenangan itu memudar, begitu pula semangatnya untuk, misalnya, memberi makan atau membersihkan kandangnya.

    Orang tua sebaiknya tidak memaklumi hal ini dan tetap menyemangati anak serta mengingatkan bahwa ibu dan ayah tidak akan mengerjakan tugas tersebut.

  5. Berhemat demi hewan peliharaan

    Jika anak sudah besar, ajarkan juga untuk membiayai keperluan hewan peliharaan. Ibu bisa meminta anak untuk menghemat uang jajan atau menyisihkan sedikit 'penghasilan' anak uang didapat ketika hari raya.


4 Manfaat Memiliki Hewan Peliharaan bagi Anak

Merawat hewan peliharaan bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak. Hasil penelitian bahkan menunjukkan bahwa binatang peliharaan juga digunakan kalangan medis sebagai terapi bagi anak dengan autisme agar lebih terbuka secara sosial.

Secara umum, para ahli berpendapat bahwa mayoritas anak juga bisa mendapatkan manfaat dari memelihara binatang, sebagai berikut:

  1. Manfaat fisik 

    Memiliki hewan peliharaan membuat kemampuan motorik anak lebih terasah karena mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan aktivitas fisik dibanding menonton televisi atau bermain dengan gawai.

    Sebuah studi di Inggris menyatakan bahwa anak yang memiliki hewan peliharaan menghabiskan waktu 11 menit lebih lama dengan beraktivitas fisik. Jumlah ini mungkin tidak terlihat signifikan, tapi bisa menjadi 'terapi' kecil bagi orang tua yang anaknya kecanduan gawai alias gadget.

  2. Manfaat sosial

    Pepatah yang mengatakan 'anjing adalah sahabat sejati manusia' mungkin memang ada benarnya. Faktanya, bukan hanya anjing, binatang peliharaan memang bisa menjadi teman baik bagi pemiliknya, plus menjadi jembatan bagi anak untuk mendapatkan teman baru.

    "Kepemilikan hewan peliharaan terbukti merupakan faktor penting dalam memfasilitasi interaksi sosial dan membangun pertemanan di lingkungannya," kata peneliti senior dari University of Western Australia, Dr. Lisa Wood, yang juga dijabarkan dalam studinya yang diterbitkan oleh Harvard Health Publication.

  3. Manfaat emosional 

    Berdasarkan laporan yang dipublikasikan Dewan Kesehatan Hewan Peliharaan di Amerika Serikat, anak-anak yang memiliki hewan peliharaan lebih percaya diri dibanding anak yang tidak memiliki hewan peliharaan. Hal ini dikarenakan anak terbisa ngobrol dengan peliharaannya tersebut, sedangkan si hewan tidak akan mengejek setiap kata-kata si anak sekalipun salah.

    Selain itu, anak yang memiliki hewan peliharaan lebih mudah menunjukkan empati. Ini dikarenakan mereka terbiasa merawat makhluk hidup meski masih kerap dibantu oleh orang tua.

  4. Manfaat kognitif

    Memelihara hewan dengan penuh kasih sayang ternyata juga bisa membuat anak cerdas, lho! Berdasarkan penelitian pada 2011, anak yang sering berkomunikasi dengan hewan peliharaannya lebih pemberani di kelas. Ia juga mungkin menaruh ketertarikan pada pelajaran ilmu pengetahuan alam.

(Asni / Dok. Freepik)