Balita

Anak Suka Berbohong, Bagaimana Menghadapinya?

Anak Suka Berbohong, Bagaimana Menghadapinya?

Setiap orang tua tentu mendambakan buah hatinya tumbuh sehat, cerdas, dan memiliki budi pekerti yang baik. Betapa bahagianya kita jika tumbuh kembang anak berjalan mulus, lancar, tanpa masalah yang berarti. Idealnya memang begitu, ya Bunda?

Namun namanya juga anak, tentu ada pasang surut dalam perkembangan maupun perilakunya. Salah satu problema yang kerap dihadapi para bunda adalah anak suka berbohong. Hmm... apakah anak Bunda termasuk salah satunya?

Problema berdusta pada anak bisa terjadi pada usia berapa pun. Bahkan anak usia 2 tahun pun sudah mulai bisa berbohong pada Anda, lho Bunda. Tentu saja, bohong pada anak usia 2 tahun berbeda dengan balita maupun anak di atasnya. Seperti apa perbedaannya dan bagaimana menghadapinya?

Anak 2 Tahun

Sebelum anak berusia 3 atau 4 tahun, dia belum bisa membedakan dengan pasti apa itu fantasi, apa itu realita. Ini berarti si kecil pada usia tersebut belum paham konsep berbohong dan konsep berkata jujur. Jadi Bunda jangan langsung kaget dan panik ketika Anda merasa anak usia 2 tahun sedang mengarang cerita ketika berbicara, ya?

Mengapa anak usia 2 tahun tampak seperti berbohong ketika bicara? Bisa jadi karena imajinasinya sedang aktif-aktifnya, Bunda. Pada usia ini kreativitas si kecil sedang berkembang sangat pesat sehingga terkadang ia berpikir apa yang ada dalam kepalanya adalah kenyataan. Misalnya, si kecil bercerita bahwa dia melihat ikan berenang di bak mandinya, atau ada superhero di bawah tempat tidurnya. Terkesan seperti berbohong memang, namun sebenarnya itu adalah cara anak mengembangkan imajinasinya.

Penyebab lain mengapa anak usia 2 tahun berbohong adalah lupa. Jadi, ketika Anda melihat si kecil mencoret-coret tembok dan kemudian marah namun ia bersikukuh mengatakan bukan dia yang melakukannya, percayalah bahwa dia tidak sedang berbohong. Dia hanya lupa telah melakukannya.

Lalu, bagaimana menghadapi anak usia 2 tahun yang Anda pikir sedang berbohong? Ada beberapa cara, namun pada intinya tidak boleh menyakiti perasaannya. Berikut langkah-langkahnya.

  1. Dengarkan dia. Anda ingin si kecil terbiasa berkata jujur sejak kecil? Boleh-boleh saja, tapi jangan terlalu reaktif. Tetaplah rileks, dengarkan dongeng ala anak usia 2 tahun, dan yakinkan diri bahwa khayalan anak pada usia tersebut tidak apa-apa dan normal dalam perkembangannya. Anda jangan panik ketika si kecil bercerita tentang teman khayalannya karena memiliki teman khayalan pada anak usia 2 tahun adalah sinyal bahwa perkembangan si kecil baik dan normal. Bahkan jika si kecil menyalahkan “temannya” ketika Anda merasa dia berbuat salah, Anda tidak perlu khawatir. Dan dari sudut pandang emosional, teman khayalan biasanya merupakan wujud keinginan sang anak akan jadi apa dan seperti apa dia kelak.
  2. Jangan menyalahkan. Jika Anda ingin menegur, tegurlah dengan lemah lembut. Jangan menggiring pertanyaan yang terkesan menyalahkan karena anak justru bukannya malah mengaku, namun malah menampiknya. Buat kata-kata yang tampak menyenangkan bagi anak, misalnya, “Bunda bingung deh, kok bisa ya krayonnya berserakan kayak gini? Ada yang mau bantu rapikan, nggak?”
  3. Rangsang kejujuran si kecil. Ketika anak mengakui bahwa dia yang menumpahkan kue, misalnya, jangan sekali-kali membentaknya. Jika Anda menyambut kejujurannya dengan teriakan atau ketidaksetujuan, anak merasa kejujurannya tidak berarti.  Ucapkan terima kasih seraya mengatakan dengan lembut, “Kalau adik mau ambil kue lagi, bilang Bunda ya?”  Dengan begitu anak akan merasa kejujuran penting dan berharga.
  4. Jangan bebani si kecil. Jangan terlalu berharap atau memberikan peraturan berlebihan. Anak usia 2 tahun belum paham betul perkataan Anda.
  5. Tekankan bahwa Anda sangat mencintainya. Saat si kecil tidak sengaja memecahkan lampu hias kamar, dia mungkin mengatakan bukan dia yang melakukannya karena takut Anda tidak lagi mencintainya. Daripada Anda memarahi dan memaksanya untuk jujur, lebih baik peluk dan katakan padanya bahwa Anda tetap menyayanginya meskipun dia sudah memecahkan lampu kesayangan Anda. Toh barang bisa dibeli lagi, kan Bunda?
  6. Bangun kepercayaan. Meski masih 2 tahun, Anda boleh kok memberi sinyal pada si kecil bahwa Anda mempercayainya, begitu pun sebaliknya, Anda bisa dia percaya. Jangan segan-segan berterima kasih dan memuji anak ketika dia berkata jujur, ya?

Anak Balita dan TK

Sama seperti pada anak usia 2 tahun, ketika Bunda mendapati anak balita atau TK Anda berbohong atau menampik apa yang telah dia perbuat, bukan berarti si kecil mencoba jahat pada Anda. Bisa jadi dia memang lupa. Meski sudah TK, dia masih anak-anak lho Bunda, sehingga memorinya masih pendek. Maka jangan heran ketika Anda mendapat laporan dari guru kelas bahwa si kecil di sekolah membuat ulah dengan merebut mainan temannya, namun dia menyangkalnya. Ada kemungkinan ia benar-benar tidak mengingat kejadian tersebut, bukan berupaya membohongi Anda.

Berbohong pada anak balita atau TK bisa juga disebabkan oleh imajinasinya yang masih aktif-aktifnya. Bahkan pada usia-usia ini, kreativitas anak sedang pada puncaknya sehingga dia berpikir apa yang ada dalam pikirannya adalah kejadian sesungguhnya.

Penyebab lain si kecil berbohong adalah ia sebenarnya berharap tidak melakukan kesalahan. Jadi ketika dia bersikukuh mengatakan tidak memecahkan vas bunga favorit Anda, sebenarnya dia justru sedang berharap kejadian ini tidak terjadi. Anak sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa hal ini tidak terjadi sehingga dia menyangkalnya di depan Anda.

Faktor lain mengapa si kecil berbohong adalah dia tidak ingin mengecewakan Anda. Dia paham bahwa perbuatannya akan membuat Anda sedih, sehingga dia memilih berkata tidak jujur daripada melihat Anda menderita.

Mencari perhatian juga merupakan salah satu alasan mengapa si kecil berbohong. Terkadang anak merasa menceritakan kisah-kisah bohong adalah cara menarik perhatian Anda. Dia belum memahami bahwa kebohongan itu negatif. Yang dia tahu hanyalah bagaimana mengeksplorasi kisah-kisah palsu sehingga dia berhasil mencuri perhatian Anda.

Kadang kala anak juga merasa menciptakan kisah khayalan adalah penting. Dia mencoba memikat Anda dengan prestasi khayalannya. Misalnya, mengatakan dia bisa berenang seperti pemain Olimpiade. 

Anda pusing menghadapi anak usia balita atau TK yang berbohong? Santai saja, Bun. Anda bisa mencoba beberapa langkah berikut ini.

  1. Sekali lagi, tetaplah tenang. Anak TK sudah mulai memahami perbedaan antara khayalan dan kenyataan, namun belum sepenuhnya mengerti. Sikapi kebohongan anak dengan mengingatkan diri sendiri bahwa anak berbohong merupakan bukti bahwa dia sedang belajar memahami mana yang baik, mana yang buruk sekaligus semakin mengembangkan kemampuannya memahami fakta dan khayalan.
  2. Cari tahu alasannya berbohong. Jika kebohongan anak Anda disebabkan karena ia ingin merasa penting dan dihargai, coba penuhi keinginannya tersebut. Buat anak merasa lebih istimewa dan dihargai dengan selalu memuji upayanya berkata jujur atau ketika ia berbuat baik. Dengan begitu, anak akan terpacu untuk melakukan hal baik sekaligus berkata jujur agar mendapat penghargaan dari Anda, orang yang disayanginya.
  3. Jelaskan mengapa jujur itu penting. Anak TK mungkin sudah paham mengapa berbohong itu tidak baik, tapi dalam kenyataannya ia masih sulit mempraktikkannya. Anda bisa membantu proses ini dengan menjelaskan mengapa jujur itu penting dan berbohong bisa menimbulkan masalah serius ke depannya. Anda bisa mencari bacaan anak-anak tentang anak berbohong dan konsekuensinya.
  4. Bersimpatilah. Anda melihat si kecil makan cokelat namun dia tidak mau mengaku sudah memakannya? Jangan marah. Dia anak kecil, bukan anak nakal. Kebohongannya ini sebenarnya merupakan upaya dia mempelajari bahwa tidak semua yang diinginkan boleh dilakukan. Dia tahu Anda membatasinya makan cokelat karena giginya sedang sakit, misalnya. Daripada ngomel-ngomel --karena toh hal ini sudah terjadi-- apa tidak lebih menentramkan jika Anda bersimpati padanya? “Bunda tahu adik ingin sekali makan cokelat. Tapi adik tahu kalau makan ini gigi adik kenapa, kan?” Dengan cara lembut seperti ini, di kemudian hari anak akan mencoba bertanya dulu kepada Anda apakah ia boleh melakukan ini atau tidak.
  5. Beri konsekuensi. Anda boleh memberi konsekuensi pada anak yang berbohong, tapi tidak boleh terlalu kasar dan tidak berupa hukuman fisik. Misalnya ketika anak berbohong hanya menonton 1 tayangan, padahal dia nonton sejak pagi (sementara Anda memberi peraturan hanya boleh menonton 1-2 kali program TV) , Anda mematikan TV sehari penuh. Dengan begitu anak akan terbiasa berpikir akan ada konsekuensi jika tidak patuh atau berbohong.
  6. Tetap positif. Jangan beri hukuman atau marah ketika anak mencoba berkata jujur. Jika Anda melakukannya, mana mungkin dia akan berkata jujur ke depannya, Bunda? Si kecil justru takut berkata sebenarnya jika pada akhirnya dia hanya akan menerima omelan atau hujatan dari Anda. Anak pada usia ini jika sering dimarahi atau mendapat hukuman fisik cenderung akan menjadi pemberontak ketika dewasa, lho! Anda tidak mau ini terjadi pada buah hati Anda, bukan?
  7. Beri tahu apa yang Anda harapkan darinya. Ungkapkan bahwa Anda menghendaki si kecil berperilaku yang baik, misalnya izin jika ingin meminta makanan di piring orang lain. Beri tahu batasan-batasan mana yang boleh, mana yang tidak. Anda pun harus melakukan hal serupa sehingga anak akan merasa dihargai. Dan jangan lupa, selalu ucapkan terima kasih atau beri pujian setiap kali si kecil berkata jujur.

(Dini)