Balita

Berbahayakah Bila Si Kecil Memiliki Kebiasaan Membenturkan Kepala?

Berbahayakah Bila Si Kecil Memiliki Kebiasaan Membenturkan Kepala?

Pernahkah Bunda melihat si kecil membentur-benturkan kepalanya sendiri secara sengaja ke sisi ranjang tidurnya atau menggerak-gerakan badannya tiba-tiba? Hal ini mungkin akan terdengar sedikit mengejutkan bagi Anda, tapi sebenarnya membentur-benturkan kepala dan menggerakkan badan secara tiba-tiba terbilang normal. Hal tersebut merupakan cara alami yang biasa dilakukan bayi untuk menenangkan dirinya di saat ia merasa tertekan, bahkan bisa jadi salah satu kebiasaan agar buah hati Anda dapat segera tidur.

Perilaku membenturkan kepala pada bayi beragam macamnya. Beberapa bayi terkadang juga sangat suka membenturkan jidat mereka atau kepala belakangnya ke tempat tidur anak. Sedangkan yang sering umum terlihat yaitu di mana si kecil sering menggelindingkan kepala mereka dari satu sisi ke sisi lainnya sampai-sampai terdapat daerah kapalan di belakang kepala si kecil, karena saking seringnya si kecil berbenturan dengan benda tumpul seperti lantai atau sisi ranjang tidur.

Memang tak bisa dinalar dengan logika, mengapa membenturkan kepala bisa menjadi salah satu hal yang dapat memenangkan buah hati Anda. Hal yang tak kalah mengejutkannya lagi bahwa ternyata ada lebih dari 20% bayi serta batita yang memang mengalami hal tersebut yaitu membentur-benturkan kepala dengan sengaja.

Penelitian pun membuktikan bahwa bayi laki-laki lebih sering melakukan hal tersebut dibandingkan dengan bayi perempuan. Menurut para ahli, kegiatan membenturkan kepala secara sengaja ini biasanya dimulai pada saat buah hati Anda berusia sekitar 12 bulan dan meningkat intensitasnya pada usia 18-24 bulan. Pada usia ini diketahui sebagai puncak perilaku membenturkan kepala. Tapi pada sebagian anak, kebiasaan tersebut baru muncul pada saat mereka mulai menginjak usia 3 tahun.

Kebiasaan membentur-benturkan kepala ini biasanya akan bertahan cukup lama yaitu sekitar 2 atau 3 bulan atau bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Namun Anda tak usah khawatir, karena kegiatan membentur-benturkan kepala ini tak ada hubungan dengan kelainan mental dan tidak mengganggu perkembangan si kecil. Namun bila intensitas si kecil membenturkan kepalanya sangat sering dan si kecil terlihat menahan sakit, mungkin Anda harus waspada dan segera memeriksakannya pada dokter. Bisa jadi si kecil mengalami infeksi pada telinga atau sedang mengalami tumbuh gigi pertamanya.

Penyebab anak membenturkan kepala 

Membenturkan kepala menjadi perilaku yang umum terjadi pada anak. Hingga 20 persen bayi dan batita membenturkan kepala, meski anak laki-laki tiga kali lebih mungkin melakukan ini dibanding anak perempuan. Membenturkan kepala bermula di pertengahan usia pertama dan memuncak pada usia antara 18 sampai 24 bulan. Kebiasaan membenturkan kepala pada anak berlangsung selama beberapa bulan, bahkan tahun meski kebanyakan tidak lagi terjadi pada anak saat usianya 3 tahun.

Berikut ini beberapa sebab yang membuat anak membenturkan kepala:

  1. Menenangkan diri

    Memang terdengar aneh, tapi kebanyakan anak yang membenturkan kepala melakukannya agar merasa rileks. Anak bisa membenturkan kepala secara ritmis ketika ia akan tidur, saat terbangun di tengah malam, atau bahkan saat ia tidur. Para ahli meyakini gerakan yang ritmis, seperti gerakan pada kursi goyang, membantu bayi dan anak kecil menenangkan diri.

  2. Meredakan rasa sakit

    Anak lebih mungkin membenturkan kepala ketika ia mengalami infeksi telinga atau mengalami rasa tidak nyaman fisik lainnya. Membenturkan kepala bisa membuat anak merasa lebih baik, mungkin karena membenturkan kepala mengalihkannya dari rasa sakit.

  3. Frustasi

    Anak kecil bisa membenturkan kepala selama tantrum sebagai cara melampiaskan emosi yang kuat. Ia belum tahu bagaimana mengekspresikan kemarahan melalui kata-kata, sehingga ia menggunakan tindakan fisik. Anak mungkin juga melakukan ini untuk menenangkan diri selama momen yang membuatnya stres.

  4. Mencari perhatian

    Membenturkan kepala terus-menerus bisa jadi cara anak untuk mendapat perhatian. Bisa dimengerti bila Anda menjadi cemas ketika melihat buah hati melakukan sesuatu yang sepertinya destruktif. Dan karena anak menyukai respon Anda ketika melihat perilakunya, ia terus membenturkan kepala untuk mendapat perhatian yang ia inginkan.

  5. Masalah perkembangan

    Membenturkan kepala bisa berhubungan dengan autisme dan gangguan perkembangan lainnya. Tapi pada kebanyakan kasus, ini hanya satu dari sekian banyak perilaku yang perlu diwaspadai. Membenturkan kepala saja jarang menjadi tanda untuk masalah yang serius.

Diagnosa untuk perilaku membenturkan kepala

Tiga tanda utama berikut menjadi tanda kunci untuk membedakan antara anak yang membenturkan kepala karena autisme dan perilaku membenturkan kepala yang normal:

  • Tidak menunjuk. Di usia 14 bulan kebanyakan anak akan menunjuk benda untuk membuat orang lain melihat ke arah yang ditunjuk.
  • Tidak mengikuti pandangan. Di usia 14 bulan, bayi sering kali menoleh ke arah yang sama yang dilihat orang dewsa.
  • Tidak bermain pura-pura (pretend play). Di usia 14 bulan, anak mulai bermain menggunakan benda pengganti, seperti pura-pura menyisir rambut dengan mainan balok.

Ketiga perilaku ini biasanya tidak ada pada anak dengan autisme. Bila anak memiliki, meski satu saja dari perilaku ini di usia 18 bulan, kemungkinan mengalami autisme sangat kecil.

Usia berapa anak membenturkan kepala?

Hingga 20 persen anak yang sehat membenturkan kepala. Biasanya perilaku membenturkan kepala muncul di pertengahan usia 1 tahun dan umumnya berakhir spontan di usia sekitar 4 tahun. Anak laki-laki tiga atau empat kali lebih mungkin membenturkan kepala dibanding anak perempuan.

Membenturkan kepala juga lebih umum terjadi pada anak autis, anak dengan keterbelakangan perkembangan, dan anak yang mengalami kekerasan. Anak mengarahkan kepala ke benda keras seperti dinding atau sisi tempat tidur. Pada kebanyakan anak, ini terjadi di saat tidur atau ketika marah. Perilaku ini berlangsung selama beberapa menit atau kadang berjam-jam. Bahkan bisa terus berlangsung ketika anak tertidur.

Mencegah anak membenturkan kepala

Apa yang bisa Anda lakukan untuk mencegah si kecil terus-menerus melakukan kebiasaan membenturkan kepalanya?

Tentu akan tidak baik jika Anda terus menerus membiarkan kebiasaan si kecil membentur-benturkan kepalanya. Walaupun kebiasaan ini tidak ada hubungannya dengan kelainan mental dan tidak mengganggu perkembangan fisik si kecil, Anda pasti tetap merasa khawatir.

Agar Anda tidak cemas dan tenang, mungkin Anda harus mulai memastikan bahwa baut-baut dan skrup-skrup yang ada di ranjang tidurnya tidak akan membahayakan buah hati Anda. Jika memang suara benturan si kecil mengganggu Anda dan membuat Anda khawatir, lebih baik keluarkan si kecil dari ranjangnya dan biarkan ia tidur bersama dengan Anda, sehingga anak merasa nyaman dan aman serta terhindar dari kebiasaan buruknya tersebut.

Anda harus ingat bahwa kebiasaan membentur-benturkan kepala tersebut adalah cara yang biasa si kecil lakukan untuk menenangkan dirinya bila ia merasa khawatir, cemas, atau mencari kenyamanan ketika akan tidur. Maka ada baiknya jika Anda selalu menciptakan suasana yang tenang dan nyaman ketika si kecil mulai merasa cemas apalagi ketika buah hati Anda akan tidur.

Anda juga bisa mulai membiasakan beberapa kegiatan rutin yang bisa merelaksasi si kecil seperti mandi dengan menggunakan aroma terapi, memberikan pijatan lembut, atau mendengarkan lagu-lagu pengantar tidur yang menenangkan agar si kecil merasa rileks dan segera tertidur tanpa khawatir akan sesuatu hal apapun.

Beri perhatian ke anak, tapi bukan saat ia membenturkan kepala

Pastikan anak mendapat banyak perhatian positif dari Anda ketika ia tidak membenturkan kepala. Bila anak masih membenturkan kepala untuk mendapat perhatian Anda, coba untuk tidak menganggapnya sebagai hal besar. Meski Anda tidak bisa sepenuhnya mengabaikan perilaku ini, jangan memberi hukuman karenanya. Ekspresi tidak setuju Anda bisa membuat perilaku anak menjadi lebih parah.

Lindungi anak dari cedera

Bila anak masih tidur di tempat tidur bayi, periksa baut serta skrup tempat tidurnya setiap bulan untuk memastikan goncangan tidak membuatnya longgar. Anda bisa gunakan karet pada kaki tempat tidur dan menggantung selimut di antara tempat tidur dan dinding untuk mengurangi bising serta mengurangi kerusakan pada dinding dan lantai. Bila anak tidur di tempat tidur biasa, pindahkan posisinya menjauh dari dinding untuk mengurangi akses ke permukaan yang keras.

Jangan cemas

Anak mungkin mengalami memar, tapi jangan cemas, membenturkan kepala biasanya perilaku yang bisa dikendalikan anak. Ini berarti anak tidak mungkin membenturkan kepala sangat keras sehingga menyebabkan luka serius. Ia akan mengurangi kekuatan benturan bila merasakan sakitnya.

Tunjukkan alternatif untuk membenturkan kepala

Bantu anak menemukan bentuk alternatif dari ekspresi yang ritmis, seperti menari atau memukul alat musik drum. Anda bisa juga menggunakan metronome (alat yang dapat mengeluarkan suara dengan interval yang stabil) di kamar anak untuk memberinya kenyamanan dari ritme yang stabil. Pastikan juga ia melakukan latihan fisik yang cukup untuk membantunya merasa lelah dan mengurangi energi untuk membenturkan kepala.

Lakukan rutinitas menjelang tidur yang menenangkan

Bila anak membenturkan kepala karena menjalani hari yang berat, rutinitas yang membuat rileks bisa membantu mengatasinya. Coba mandikan si kecil dengan air hangat, ayun lembut tubuhnya di pangkuan, bacakan buku cerita, atau bernyanyi sebelum tidur. Musik yang lembut di tempat tidur juga bisa menenangkan anak.

Perlukah merasa khawatir tentang perilaku membenturkan kepala?

Bila anak normal dan sehat dan hanya menunjukkan perilaku ini selama malam hari atau waktu tidur, Anda tidak perlu cemas, ini jadi cara umum bagi anak untuk bisa tidur. Perilaku ini terlihat pada banyak bayi dan anak kecil yang sehat mulai dari rata-rata usia 6 sampai 9 bulan.

Perilaku membenturkan kepala biasanya mereda di usia 2 atau 3 tahun dan di usia 5 tahun hanya terlihat pada 5 persen anak yang normal dan sehat. Perilaku ini bisa juga turunan dalam keluarga dengan gangguan gerakan.

Membenturkan kepala hanya dianggap gangguan bila mengganggu tidur atau menyebabkan cedera tubuh. Orangtua dari anak dengan masalah kesehatan, termasuk perkembangan yang terlambat, masalah psikologis dan neurologikal, gangguan spektrum autisme, atau kebutaan, perlu mewaspadai perilaku ini, karena bisa memicu cedera. Perilaku membenturkan kepala yang ritmis pada anak dengan masalah kesehatan bisa terjadi baik di siang maupun malam hari.

Namun bila Anda melihat kebiasaan si kecil membenturkan kepala disertai beberapa keterlambatan dalam tumbuh kembangnya, mungkin ada baiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Hubungan antara kebiasaan membenturkan kepala dan autisme

Membenturkan kepala sangat umum terjadi pada anak yang terdiagnosa autis. Dari perspektif biomedikal, membenturkan kepala dianggap tanda atau gejala adanya masalah. Terjadi sesuatu yang memicu kebutuhan untuk membenturkan kepala.

Anak dengan autis memiliki kimia otak yang tidak teratur yang mempengaruhi kemampuan untuk memproses informasi sensori. Masalah pada proses sensori ini menyebabkan rasa sakit. Kadang otak anak terasa tegang atau tidak beraturan. Di lain waktu, input sensori menyebabkan rasa sakit pada otak. Contohnya bila seseorang meletuskan balon di sebelah telinga Anda. Anda akan mengalami kelebihan input sensori karena sistem auditori terganggu oleh suara yang keras dan tak terduga.

Pada anak dengan autisme, keseimbangan kimia otak mengubah cara mereka menerima informasi sensori dan meningkatkan efek stimulasi sensori pada otak. Pada beberapa anak, serangan eksternal terhadap otak sangat mengganggu sehingga mereka akan membenturkan kepala untuk mengurangi informasi yang diterima melalui indera mereka. Pada anak autis, mereka tidak bisa menghindari suara truk yang lewat, bising lalu lintas, 5 percakapan yang berbeda di waktu bersamaan, serta suara ketikan pada keyboard. Suara-suara ini menyerang otak dan menyebabkan rasa tidak nyaman juga rasa sakit. Membenturkan kepala jadi strategi yang anak lakukan untuk mengatasinya.

Penelitian menunjukkan kalau orang dengan spektrum autis memiliki lebih banyak aktivitas pada otak, meski saat mereka beristirahat. Banyak perilaku autistik menjadi cara untuk mengatasi stimulasi berlebihan ini. Membenturkan kepala adalah rasa sakit yang bisa anak kontrol. Memang membenturkan kepala menciptakan rasa sakit, tapi ini dapat mengalihkan mereka dari rasa sakit yang lebih sakit yang tidak bisa dihindari. Anak dengan autisme menarik diri karena tidak mampu menghadapi banyaknya data di lingkungannya. Tanpa kemampuan untuk menerjemahkan data ini dengan baik, membenturkan kepala jadi cara anak untuk memperoleh rasa tenang.

Membenturkan kepala juga terkait dengan masalah pencernaan pada anak dengan ASD (Atrial Septal Defect). Nyeri usus menjadi penyebab perilaku autistik. Sebanyak 90 persen serotonin tubuh diproduksi di saluran cerna. Konstipasi dan diare mengganggu produksi serotonin yang kemudian berdampak negatif pada keseimbangan dopamin. Dopamin merupakan  salah satu zat kimia di otak yang membantu memproses informasi sensori.

Kapan perlu berkonsultasi dengan dokter?

Bila anak banyak membenturkan kepala selama siang hari tanpa henti meski ia menyakiti dirinya sendiri, Anda perlu waspada. Meski perilaku ini umum, membenturkan kepala bisa terkait dengan autisme dan gangguan perkembangan lainnya yang kadang terlihat selama usia balita dan pra sekolah.

Anak yang mengalami autis biasanya tidak berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Mereka tidak tertarik melakukan kontak fisik dengan orangtua, bahkan terlihat tidak menatap mata. Bila Anda melihat anak kehilangan kemampuan fisik, bahasa, atau kemampuan lain, atau bila ia terlambat mencapai perkembangan yang seharusnya, periksakan anak ke dokter.

Perlu Anda ingat, Bun, membenturkan kepala merupakan aktivitas normal yang beberapa anak lakukan untuk membantu tidur. Tak banyak yang bisa Anda lakukan dan kebanyakan anak akan menghentikan perilaku ini saat mereka memasuki usia sekolah.

Anda perlu berbicara pada dokter bila:

  • Terjadi cedera atau Anda khawatir perilaku ini akan berpotensi bahaya
  • Gangguan di lingkungan rumah karena suara membenturkan kepala yang berisik
  • Anda merasa anak mengalami gangguan tidur seperti mendengkur atau sleep apnea
  • Anda khawatir tentang perkembangan anak
  • Anda cemas anak mengalami seizure.

(Wati & Ismawati)