Balita

Berbicara Tentang Seks Pada Anak

Berbicara Tentang Seks Pada Anak

Di awal masa-masa SD, anak secara natural memiliki ketertarikan pada tubuh mereka sendiri. Mereka mulai sibuk berteman dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik. Ketertarikan pada seks di usia ini bisa sangat bervariasi bentuknya. Banyak anak usia SD yang hanya merasa penasaran, tapi sebagian anak lain memiliki rasa penasaran yang lebih sehingga mereka menuntut penjelasan yang lebih rinci.


Anak-anak sering kali terpengaruh oleh pendapat, ide, dan konsep yang salah yang datang dari anak-anak lain. Mereka mungkin meyakini “fakta” yang didengar dari teman sebagai sebuah kebenaran, meski hal itu adalah salah. Jika anak Anda berumur 8 tahun dan ia memiliki beberapa teman berusia 10 tahunan, kemungkinan ia akan mengajukan pertanyaan yang menurut Anda belum waktunya ditanyakan. Ketika mendengar jawaban Anda, bisa jadi ia bereaksi menolaknya. Ini merupakan pertanda yang jelas dan sehat bahwa ia belum siap menerima penjelasan lebih rinci mengenai seks.


Kebanyakan anak di usia 8 tahun, tidak bisa dan tidak perlu mendapatkan gambaran sebenarnya tentang mekanisme seks. Pembahasan tentang ereksi, menstruasi, persalinan, dan aspek seksualitas lainnya bisa membuatnya mereka takut. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda terapkan saat berbicara tentang seks pada anak:


Beri Jawaban Sederhana

Jawaban untuk pertanyaan tentang kehamilan dan kelahiran bisa menjadi sedikit lebih rinci untuk anak usia SD. Tapi Anda tidak perlu membuatnya terlalu rinci jika terkait tentang hubungan badan antara pria dan wanita. Anda juga perlu menggunakan kata-kata yang sesuai seperti penis dan vagina, bukan kata-kata yang lain. Penggunaan istilah yang sesuai akan membuat pembicaraan itu tidak lagi menjadi tabu dan memalukan.


Ketika ia bertanya, “Bagaimana bayi dibuat, Bunda?” Beri penjelasan bahwa ayah memiliki benih, namanya sperma. Benih ini dibuat di dalam testis, bentuknya seperti kantong kulit yang bergantung di belakang penis. Jutaan sperma dibuat di sana. Sperma kemudian bercampur dengan cairan putih yang disebut air mani. Ibu memiliki sel telur yang tumbuh di dalam tubuh, namanya ovarium. Tiap bulan ovarium menghasilkan sel telur. Saat orang dewasa membuat bayi, air mani dari penis ayah membawa sperma ke rahim ibu. Hanya satu sperma saja yang membuahi sel telur. Itulah awal mula terbentukya janin yang akan menjadi bayi.


Anak mungkin tidak akan puas dengan jawaban Anda. Tetap berikan jawaban untuk setiap pertanyaannya selama ia terlihat berminat. Tapi jangan memberinya terlalu banyak informasi hingga akhirnya ia beralih ke topik lain dengan tiba-tiba bertanya, “Nanti kita makan malam pake apa, Bun?”


Bersikap Tenang dan Rileks

Mungkin Bunda akan mengernyitkan dahi saat buah hati Anda bertanya apa yang dimaksud ereksi. Lakukan yang terbaik untuk bisa berbicara padanya dengan tenang. Anda harus menghormati rasa penasaran si kecil tanpa menunjukkan sikap menghakimi. Setiap kali Anda berhasil mengatasi topik yang sensitif, tingkat kecemasan Anda berdua akan semakin menurun. Jika Anda menghindari pembahasan ini, ia tidak akan memahami nilai-nilai yang Anda tanamkan tentang seks. Ia akan membentuk opininya sendiri yang ia dapat dari teman sepermainannya dan media seperti majalah dan tontonan televisi.


Banyak orang dewasa merasa aneh saat berbicara seks dengan anak karena mereka tidak cukup latihan untuk melakukannya. Orangtua juga kadang merasa khawatir mereka akan berbicara terlalu banyak saat diskusi berlangsung. Strategi terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan mencoba menjawab pertanyaan yang ia ajukan dengan tenang meski hal itu terasa tidak biasa dan memalukan. Jika berbicara tentang seks merupakan hal yang sulit bagi Anda, cobalah latih jawaban Anda terlebih dulu baik pada saat Anda sendirian atau bersama pasangan.


Akan menjadi sebuah keuntungan bagi Anda jika menjawab pertanyaannya di saat  Anda sedang santai bersama di ruang keluarga atau ketika menemaninya tidur. Di dalam mobil juga menjadi tempat yang baik untuk membicarakan hal ini. Dengan tetap mengarahkan pandangan mata ke jalan membuat Anda menghindari kontak mata dengannya, sehingga membuat Anda menjadi lebih santai. Yang terpenting adalah orangtua menjelaskan topik yang sulit tanpa terlihat cemas. Anak akan menangkap nada dari cara bicara Anda bukan kata-kata yang Anda keluarkan.


Benar-Benar Mendengarkan

Jangan berbicara panjang lebar saat anak Anda mengajukan sebuah pertanyaan tentang seks. Orangtua kadang melontarkan pembicaraan yang bertele-tele tentang proses kehamilan dan kelahiran padahal anak hanya mengajukan pertanyaan yang sangat sederhana. Untuk memastikan Anda memahami pertanyaannya, Anda bisa mencoba menjawab pertanyaan anak dengan pertanyaan lain. Misalnya saat ia bertanya, “Bunda, bagaimana bayi bisa tumbuh?” Anda dapat menjawabnya dengan pertanyaan, “Apa maksud Kakak bagaimana laki-laki dan perempuan menciptakan bayi? Atau bagaimana bayi mendapat makanan saat ia tumbuh di dalam perut ibu?”


Manfaatkan Kesempatan yang Ada

Anda tak perlu menunggu anak mengajukan pertanyaan seputar seks. Anda bisa jadi sudah mulai berbicara tentang seks padanya dengan membahas induk kambing yang menyusui anaknya di kebun binatang atau mengamati telur burung yang pecah yang ia dapati di pinggir jalan. Tetap gunakan momen seperti itu untuk memulai pembahasan tentang seks. Anda bisa menggunakan tayangan acara keluarga di televisi untuk berbicara tentang hubungan dan seks. Buku juga menjadi rujukan bagus untuk berbicara seks dan kelahiran.


Ajarkan Privasi

Anak usia SD mulai memahami arti privasi. Anak Anda perlu tahu bahwa ia harus mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar Anda saat pintu tertutup. Pastikan Anda mengikuti aturan yang sama saat ia menutup pintu kamarnya. Terangkan padanya bahwa bagian pribadinya adalah privasi. Namun merupakan hal yang biasa untuk anak usia 6 tahun bermain dokter-dokteran, jadi Anda tidak perlu mengomelinya saat ia melakukan ini. Ia bisa belajar bahwa tidak ada orang lain yang boleh menyentuh bagian pribadinya kecuali orangtua atau dokter. Ajarkan ia untuk mengatakan tidak pada siapapun yang mencoba menyentuh bagian pribadi diluar kemauannnya.


Dukung Rasa Ketertarikannya

Apapun pertanyaan anak Anda, hindari memberi komentar seperti “Dapat pertanyaan darimana kamu? Atau “Kita gak ngomongin hal-hal seperti itu”. Jangan pula mengarahkan percakapan ke topik yang lain. Jika Anda melakukannya, anak akan beranggapan pertanyaannya yang sebenarnya normal itu merupakan hal yang tabu dan ia merasa buruk karena mengajukan pertanyaan tersebut.


Anak harus tahu bahwa Anda menyukai percakapan ini. Ia secara konstan membentuk gambaran di pikirannya mengenai realita yang ada meski tidak selalu akurat. Anda harus siap memberinya kebenaran dan meredakan kekhawatiran yang ada. Jadi jawab pertanyaannya dan berikan pujian saat ia bertanya dengan berkata “Pertanyaan yang sangat bagus, Kak. Tanyakan Bunda lagi kapanpun kamu merasa perlu ya.” Jika Anda tidak mengetahui jawaban untuk pertanyaannya, katakan dengan jujur “Bunda gak yakin deh, tapi ayo kita cari jawabannya bersama.”


(Ismawati)