Balita

Bruxism, Gemeretak Gigi yang Bikin Ngilu

Bruxism, Gemeretak Gigi yang Bikin Ngilu

Aduh, si kecil menggemeratakkan gigi lagi ketika tidur! Krekk... krekk... krekk...  Suara gemeretak gigi ini selain berisik juga bikin ngilu yang mendengarnya, ya Bunda? Jika buah hati Anda termasuk yang sering membuat suasana tidur malam sedikit "heboh" dengan gemeretak giginya, itu berarti balita Anda mengalami bruxism.

Apa penyebab balita menggemeretakkan gigi kala tidur? Para ahli belum mengetahui secara pasti apa penyebabnya, namun mereka meyakini ketegangan atau kecemasan, rasa sakit (bisa karena sakit telinga atau gigi tumbuh, misalnya) adalah beberapa pemicunya.

Tidak hanya itu, penyebab lain aktivitas gemeretak gigi ketika balita tidur malam adalah alergi dan malocclusion (istilah medis untuk gigi yang susunannya mengakibatkan gigi atas dan bawah tidak bertemu dengan semestinya). Sejumlah bukti juga memaparkan bahwa gemeretak gigi kadang kala ada kaitannya dengan cacing kremi lho, Bunda. Selain penyebab-penyebab tersebut, bisa jadi anak menggemeretakkan gigi hanya karena mereka terbiasa dengan sensasi memiliki gigi di mulutnya. Wah, unik juga ya?

Yang patut diperhatikan juga, jika Anda termasuk orang yang menggeretakkan gigi saat tidur, kemungkinan anak melakukan hal yang sama, lebih besar. Selain itu, anak yang sering ngiler atau bicara sendiri dalam tidurnya juga kebanyakan mengalami bruxism.

Wajarkah anak balita menggeretakkan giginya saat tidur dan apakah aktivitas gemeretak gigi ini bisa berhenti? Berdasarkan studi yang dipublikasikan Journal of Dentistry for Children pada 2005 lalu, sekitar 38% anak menggemeretakkan gigi saat tidur. Usia rata-rata anak dalam memulai kebiasaan itu adalah 3,5 tahun dan usia rata-rata anak berhenti melakukannya adalah 6 tahun. Meski begitu, orang dewasa atau orang dengan usia berapapun tetap bisa menggemeretakkan giginya, dan hampir semua kebiasaan menggemeretakkan gigi terjadi pada saat tidur malam.


Apakah bruxism berbahaya?

Dalam sebagian besar kasus, menggemeretakkan gigi tidak berbahaya. Gigi anak jarang yang rusak karenanya dan anak biasanya dapat mengatasi kebiasaannya ini dengan sendirinya. Namun jika Anda khawatir hobi menggemeretakkan gigi anak Anda dapat berdampak buruk pada giginya, tidak ada salahnya, kok jika Bunda memeriksakan gigi si kecil ke dokter gigi. Siapa tahu memang ada masalah yang diakibatkan oleh hobi menggemeretakkan giginya tersebut, seperti gigi berlubang atau gigi patah.

Bruxism pada umumnya memang tidak mengganggu dan cenderung ringan sehingga tidak membutuhkan perawatan khusus. Namun terkadang bruxism yang cukup parah bisa memicu terjadinya gangguan pada rahang, sakit kepala, gigi rusak, atau masalah lain. 


Menghentikan Kebiasaan Anak Menggeretakkan Gigi

Bisakah kebiasaan menggeretakkan gigi dihentikan? Sepertinya hal ini baru akan berhenti dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak.  Meski begitu, sementara menunggu anak berkembang, Anda bisa melakukan hal-hal yang dapat membuat anak Anda tidur dengan nyenyak sehingga kebiasaan menggemeretakkan gigi berangsur-angsur berkurang.

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk buah hati Anda, misalnya dengan melakukan rutinitas sebelum tidur yang menyamankan anak, seperti mandi air hangat, menggosok-gosok punggungnya, atau memeluk anak hingga tertidur lelap. Jika si kecil  menggemeretakkan gigi karena sedang tumbuh gigi atau mengalami infeksi telinga, Anda dapat memberikan paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi ketidaknyamanannya.

Untuk kasus tertentu, anak yang lebih besar biasanya oleh dokter diberikan pelindung gigi. Pelindung yang dimaksud adalah alat  khusus dari plastik yang dipasang di mulut anak untuk menghindari gemeretak gigi saat tidur. Namun biasanya dokter gigi anak Anda baru akan menawarkan opsi ini jika si kecil setidaknya sudah memiliki gigi permanen, sekitar usia 6 tahun.

(Dini)