Balita

Gejala dan Penanganan Sensory Processing Disorder

Gejala dan Penanganan Sensory Processing Disorder

Sensory processing disorder adalah kelainan proses berpikir yang dapat dialami baik oleh anak maupun orang dewasa. 

Otak manusia bekerja dengan cara menerima dan menginterpretasi informasi yang diterima oleh sistem saraf seperti gerakan, sentuhan, dan cahaya. 

Interpretasi tersebut berperan sebagai input bagi otak yang nanti akan diterjemahkan. Namun, bagaimana jika otak manusia salah menginterpretasikan informasi yang diterima?

Mengenal sensory processing disorder (SPD)

gejala-dan-penanganan-sensory-processing-disorder-1

Sensory processing disorder adalah kondisi neurologis yang kompleks karena otak mengalami kesulitan menerima dan merespons informasi yang diterima oleh sistem saraf. SPD yang kerap disebut sebagai disfungsi integrasi sensorik mengakibatkan penderitanya salah menerjemahkan informasi dari hal yang diterima oleh panca indera. 

Jadi kurang lebih penyebab sensory processing disorder adalah salah tafsir dari penangkapan informasi.

Penyebab sensory processing disorder adalah hal yang belum diketahui hingga sekarang. Penderita SPD cenderung bersikap terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap suatu hal yang terjadi disekitarnya. Mereka suka bersikap emosional atau bahkan tidak menyadari bahaya yang ada di sekitarnya.

Beberapa penderita SPD sangat sensitif terhadap sesuatu yang dirasa biasa saja oleh masyarakat umum. Misalnya, mereka merasa suatu suara menjadi menyakitkan atau dirasa berlebihan. Sentuhan ringan pun bahkan dapat melukai kulit mereka. Penderita SPD juga bisa jadi:

  • Tidak terkoordinasi;
  • Menabrak benda; dan
  • Sulit untuk terlibat dalam percakapan dan permainan.

Masalah SPD ini dapat diidentifikasi pada masa kanak-kanak, namun lebih sering kepada orang dewasa. Masalah proses sensorik ini lebih umum ditemukan dalam kondisi perkembangan seperti gangguan spektrum autisme.

Sensory Processing Disorder tidak diakui sebagai sebuah gangguan yang berdiri sendiri. Namun, banyak juga ahli yang beranggapan bahwa gangguan ini dapat berdiri sendiri.

Penyebab sensory processing disorder adalah suatu yang belum diketahui sampai sekarang.

Penyebab processing sensory disorder

gejala-dan-penanganan-sensory-processing-disorder-2

Penyebab pasti processing sensory disorder sebenarnya belum jelas. Tapi, studi yang dilakukan terhadap anak kembar pada tahun 2006 mencatat bahwa anak-anak dengan sensory processing disorder memiliki aktivitas otak yang abnormal saat mereka secara terus-menerus terpapar cahaya dan suara.

Percobaan lain juga menunjukkan bahwa anak-anak dengan masalah SPD sering merespon dengan kuat terhadap sentuhan di tangan atau suara keras saat anak lain dengan cepat terbiasa dengan sensasi tersebut.

Gejala Sensory Processing Disorder

gejala-dan-penanganan-sensory-processing-disorder-3

Kondisi SPD dapat dialami oleh salah satu atau beberapa indera spesifik seperti sentuhan, pendengaran, dan penglihatan. Jenis gangguan dapat bersifat terlalu sensitif (hipersensitif) atau kurang sensitif (hiposensitif) terhadap lingkungan sekitar.

Hipersensitif

Beberapa gejala SPD hipersensitif meliputi:

  • Mudah mendengar atau terdistraksi suara latar ataupun suara yang biasanya tidak dapat didengar oleh orang lain;
  • Takut terhadap sentuhan, menghindari kontak fisik bahkan dengan orang yang ia kenal;
  • Memberikan respons ekstrem seperti merasa terlalu takut terhadap suara tertentu yang biasanya tidak memberikan efek tertentu pada orang biasa;
  • Takut terhadap keramaian atau berdiri terlalu dekat dengan orang lain;
  • Menghindari aktivitas yang mengharuskan mengangkat kaki dari permukaan lantai atau tanah karena takut terjatuh; dan
  • Memiliki keseimbangan yang kurang baik sehingga sering terjatuh.

Hiposensitif

Beberapa gejala SPD hiposensitif meliputi:

  • Kurang dapat mengontrol gerakan atau kekuatan;
  • Memiliki toleransi yang tidak biasa terhadap rasa sakit;
  • Tidak bisa duduk dalam keadaan diam dan sangat menyenangi permainan yang melibatkan banyak gerakan;
  • Cenderung bersikap mencari tantangan namun ternyata bisa membahayakan dirinya sendiri;
  • Kurang dapat menjaga jarak dengan orang lain; dan
  • Memiliki dorongan untuk selalu menyentuh atau memainkan suatu benda.

Penanganan Sensory Processing Disorder

gejala-dan-penanganan-sensory-processing-disorder-4

Sebenarnya kriteria diagnostik perihal SPD ini belum diterima dengan luas. Para terapis biasa menemukan dan mengobati anak-anak dan orang dewasa dengan masalah proses sensorik.

Penanganan SPD juga dapat berbeda-beda tiap anak. Meski demikian, secara umum pengobatannya berfokus untuk membantu anak-anak dalam melakukan aktivitas yang biasanya tidak mereka kuasai. Pengobatan juga membantu mereka untuk terbiasa dengan hal-hal yang tidak terbiasa mereka toleran.

Integrasi sensorik adalah pengobatan untuk anak yang dinilai memiliki masalah proses sensorik. Tujuan dari terapi integrasi sensori adalah untuk menantang anak-anak dengan cara yang menyenangkan sehingga mereka bisa belajar untuk merespons seperti yang seharusnya dan berfungsi dengan lebih normal.

Developmental, Individual Difference, Relationship-based (DIR) model adalah salah satu jenis terapi untuk gangguan ini. Sebagian besar dari terapi ini mencakup metode “floor-time” yang melibatkan beberapa sesi bermain dengan anak-anak dan orangtuanya. Biasanya sesi bermain berlangsung selama 20 menit.

Selama menjalani terapi “floor-time”, orangtua diminta untuk mengikuti arahan anak meskipun perilakunya ketika bermain tidak umum. Tindakan ini bertujuan agar orangtua masuk ke “dunia” sang anak.

Kemudian, metode tersebut diikuti dengan fase kedua, yaitu saat orangtua menggunakan sesi bermain untuk membuat tantangan bagi anaknya.Tantangan membantu menarik anak masuk ke dunia yang “dibagi” bersama orangtuanya, disebut juga dengan “Greenspan”.

Setiap sesi dirancang sesuai dengan kebutuhan anak. Misalnya, saat anak-anak cenderung kurang bereaksi terhadap sentuhan dan suara, orangtua harus energetik selama fase kedua sesi bermain. 

Jika anak cenderung bereaksi berlebihan terhadap sentuhan dan suara, orangtua harus lebih menenangkan. Interaksi ini akan membantu anak bergerak maju dan membantu anak untuk masalah sensoriknya.

Ibu tidak perlu khawatir jika anak mengalami sensory processing disorder. Dengan terapi yang tepat, masalah sensori anak dapat kembali normal.

Editor: Dwi Ratih