Balita

Ini Alasan Orang Tua Tidak Berikan Vaksin Ke Anak, Pakar Beberkan Fakta Sebenarnya!

Ini Alasan Orang Tua Tidak Berikan Vaksin Ke Anak, Pakar Beberkan Fakta Sebenarnya!

Sebagian besar Parents pasti sudah tahu banget tentang pentingnya imunisasi untuk anak. Yup, imunisasi sering disebut sebagai investasi kesehatan buat anak. Dengan imunisasi, kita bisa mencegah penyakit serius dialami oleh si kecil. Tak hanya bermanfaat untuk si kecil, tapi juga untuk keluarga, dan lingkungan sekitarnya.

Namun, sayangnya tidak semua orang percaya kalau vaksin dapat melindungi kita dari berbagai penyakit berbahaya. Ditambah lagi dengan terjadinya pandemi selama beberapa tahun ke belakang, makin banyak anak yang telat imunisasi atau telat diberikan vaksin.

Di acara bertajuk "Pekan Imunisasi Dunia 2023 : Kejar Imunisasi, Lindungi Generasi Emas" yang diselenggarakan GSK Indonesia, Manishkumar Munot selaku President Director & General Manager mengingatkan bahwa butuh sinergi kolaborasi antara pemerintah, komunitas, serta masyarakat untuk memastikan setiap anak di Indonesia mendapatkan haknya untuk diberikan vaksin.

Sudah terbukti jika imunisasi bisa mencegah penyakit yang dapat menimbulkan kematian atau komplikasi serius. Belajar dari pandemi yang lalu, kita juga sudah menyaksikan sendiri kalau imunisasi bisa menciptakan kekebalan komunitas. 

"Maka dari itu, masyarakat harus betul-betul memahami bahwa hanya dengan Imunisasi Rutin Lengkap (IRL) anak-anak Indonesia terlindungi secara optimal dari PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), sehingga dapat tumbuh jadi generasi emas dimasa mendatang,” jelas dr. Prima Yosephine, MKM di acara yang sama.

Tapi kenapa yaa masih ada orang tua yang tidak mau memberikan vaksin ke anaknya?


Alasan Kenapa Orang Tua Tak Berikan Vaksin Ke Anak

1. Vaksin Anak Mahal


Tidak bisa dipungkiri, belum semua vaksin anak disubsidi oleh pemerintah. Masih ada vaksin anak yang belum disubsidi dan harganya mahal, seperti vaksin Influenza, Hepatitis A, Tifoid, dan lain sebagainya. 

Namun, jika kita sadari, banyak juga lho vaksin yang sudah disubsidi pemerintah, sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak memberikan vaksin-vaksin tersebut ke si kecil. Apalagi menurut dr. Prima, pemerintah baru menambahkan 3 vaksin dalam Program Imunisasi Rutin, yaitu vaksin Rotavirus, PCV, dan HPV.

Vaksin Rotavirus dapat mencegah diare yang disebabkan oleh rotavirus. Diare sendiri menjadi penyebab nomor dua kematian anak di Indonesia lho menurut Prof dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) yang juga merupakan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di kesempatan yang sama.

Dr. Gunardi menambahkan “Radang paru-paru menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia”. Penyakit tersebut sebenarnya juga dapat dicegah dengan pemberian vaksin PCV.

Belum lagi ada kanker leher rahim alias kanker serviks yang mengintai perempuan Indonesia dan menjadi penyebab nomor dua kematian perempuan di Indonesia. Kabar baiknya, pemberian vaksin HPV bisa meminimalisir risiko terjangkitnya penyakit tersebut.

2. Pemberian Vaksin Bikin Anak Demam


Saat anak diberi vaksin, memang ada efek samping yang kerap terjadi, yaitu demam pada anak. Namun, dr. Gunardi menjelaskan bahwa hal tersebut sangat wajar.

"Memang bisa menyebabkan rewel (ditambah risiko demam), dan itu merupakan istilahnya 'harga' yang harus ditempuh atau harus dibayar untuk mendapatkan manfaat jangka panjang proteksi terhadap penyakit buat anak kita," papar dr. Gunardi di acara tersebut.

Berdasarkan studi yang telah dilakukan, anak yang mengalami demam tinggi di atas 39 derajat akibat KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi) hanya sebesar 1%. Kondisi ini juga tidak selalu terjadi pada setiap anak. Untuk meminimalisir risiko KIPI, kita dapat memastikan anak dalam keadaan sehat sebelum imunisasi.

Jika orang tua khawatir, kita bisa menyiapkan paracetamol atau obat penurun panas dan diberikan ke anak saat mengalami demam pasca imunisasi. Demam yang terjadi biasanya muncul selama 24-48 jam saja. 

Namun, dr. Gunardi mengingatkan pemberian paracetamol sebelum anak mengalami demam sangat tidak disarankan karena ini dapat berpengaruh dalam proses pembentukan antibodi setelah vaksin. Antibodi yang terbentuk tidak akan maksimal jika orang tua memberikan paracetamol sebelum anak mengalami demam.

Lalu bagaimana mengatasi demam saat anak mengalami KIPI? Orang tua bisa mengompres anak, memastikan anak terhidrasi dengan baik, dan memastikan anak agar tidak memakai pakaian atau selimut tebal selama demam.

3. Vaksin dianggap haram karena mengandung babi


Anggapan ini masih banyak menjadi alasan kenapa banyak masyarakat tidak memberikan vaksin ke anaknya. Dalam kesempatan ini, dr. Gunardi menjelaskan bahwa memang betul beberapa vaksin memanfaatkan enzim dari babi, namun enzim tersebut sebenarnya sudah tidak ditemukan di produk akhir vaksin.

Hal ini karena dalam proses pembuatannya, setiap vaksin sudah melalui sterilisasi yang sedemikian rupa, sehingga zat dari babi sama sekali tidak terkandung dalam hasil akhir vaksin. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah mengeluarkan fatwa imunisasi pada dasarnya diperbolehkan sejak tahun 2016.

 

Dari penjelasan dr. Gunardi bisa kita pahami bahwa stigma-stigma soal imunisasi yang beredar di masyarakat sesungguhnya tidak benar. Kita harus fokus ke manfaatnya karena imunisasi menjadi salah satu ikhtiar agar anak bisa menjadi Generasi Emas Indonesia yang bertumbuh dan berkembang secara optimal tanpa hambatan kesehatan yang dikarenakan oleh PD3I.

 

Bagaimana Jika Anak Telat Imunisasi?

Telat memberikan imunisasi ke anak tentu menjadi hal yang tidak diharapkan, mengingat efeknya dapat membuat anak semakin berisiko terpapar PD3I. Tapi kabar baiknya, tidak ada kata terlambat untuk imunisasi.

Jika Parents memeriksa buku KIA anak dan menyadari ada sejumlah vaksin yang terlewat, misalnya vaksin Rotavirus / DTP / Influenza / Hepatitis A, Parents bisa mengonsultasikannya dengan dokter anak. Si kecil tidak perlu mengulang pemberian vaksin dari awal, cukup dikejar saja ketertinggalannya.

Namun, ada satu vaksin yang memiliki usia maksimal untuk diberikan, yaitu rotavirus. "Jadi kalau dia (rotavirus) sudah lewat waktunya itu ada risiko. Risiko untuk menderita KIPI-nya," tutur dr. Gunardi. Untuk itulah sangat penting untuk selalu mencatat serta memasang reminder pemberian vaksin agar orang tua tidak terlambat memberikan imunisasi ke anaknya.

Saat mengejar ketertinggalan pemberian vaksin mungkin si kecil akan dihadapi pada momen di mana ada beberapa vaksin yang harus disuntikkan pada waktu yang sama. Dr. Gunardi menjelaskan kalau hal tersebut lazim dilakukan. 

“Setiap anak dapat memperoleh lebih dari satu suntikan sekaligus, misalnya dengan pemberian vaksin hexavalent, yaitu kombinasi vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DPT) haemophilus influenzae tipe B (HIB), hepatitis B, dan polio,” kata dr. Gunardi.

Penting untuk kita ketahui, vaksin merupakan hak setiap orang dan juga anak agar terhindar dari berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Sebab, vaksin telah terbukti mencegah 4-5 juta nyawa setiap tahunnya  dan merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling sukses, aman dan hemat biaya.

Dalam rangka memperingati Pekan Imunisasi Dunia, GSK mengajak semua pihak untuk terus berkolaborasi dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi lengkap guna melindungi Generasi Emas Indonesia. Pencegahan merupakan langkah yang lebih baik serta lebih ekonomis daripada mengobati, dan imunisasi merupakan pencegahan primer.

Yuk Parents, kita cek jadwal imunisasi anak kita dan pastikan tidak ada vaksin yang terlewat pemberiannya yaa!