Balita

Kenali 5 Tanda OCD Pada Anak Sebelum Terlambat

Kenali 5 Tanda OCD Pada Anak Sebelum Terlambat

Ketika anak sering menata mainan secara berurutan, rapi dan sejajar, apakah ini merupakan tanda OCD pada anak?

Pada dasarnya, OCD atau Obsessive Compulsive Disorder merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan munculnya kecemasan tidak terkontrol, sehingga harus melakukan sesuatu secara berulang-ulang. 

Faktanya, tidak hanya orang dewasa yang bisa mengalami gangguan ini. Kasus OCD pada anak juga bisa terjadi, bahkan sejak usia dini.

Dikutip dari Webmd, riset menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 100 anak usia sekolah mengalami gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Lebih lanjut, dilansir dari American Psychiatric Association, tanda OCD pada anak biasanya mulai muncul ketika anak berusia 8-12 tahun. 

Mengetahui tanda OCD pada anak bisa membantu Ayah dan Ibu mengenalinya, sehingga bisa segera memberikan bantuan yang dibutuhkan. 

Pasalnya, jika dibiarkan berlarut-larut OCD pada anak bisa memicu terjadinya gangguan kesehatan lainnya.

Jadi, sebelum terlambat yuk kenali 5 tanda OCD pada anak berikut ini.

1. Gampang jijik

Tanda OCD pada anak yang paling mudah dikenali, yaitu ketika ia gampang jijik atau tidak suka kotor. Kondisi ini menunjukkan bahwa anak memiliki kecemasan terkontaminasi kotoran, kuman, dan bakteri. 

Meski terlihat sepele, ternyata tanda OCD pada anak yang satu ini bisa berakibat fatal jika tidak segera mendapat penanganan yang tepat.

Mengapa demikian? Anak yang gampang jijik biasanya akan mencuci tangan lebih sering. Selain itu, anak yang menderita OCD tidak segan untuk membersihkan tubuh, pakaian, dan benda-benda di sekitarnya secara berulang kali. 

Hal ini dilakukan untuk mengatasi kecemasan berlebih agar terhindar dari kotoran, kuman, serta bakteri. 

Padahal, mencuci tangan atau bagian tubuh lainnya secara berulang kali bisa memicu terjadinya dermatitis atau iritasi pada permukaan kulit. Akibatnya, kulit tubuh akan kemerahan, kering, bersisik, dan terasa gatal.

2. Sering merasa insecure

Sedikit berbeda dari tanda OCD pada anak sebelumnya, gejala yang satu ini membuat anak sering merasa insecure sehingga akan memeriksa suatu hal atau benda yang sama berkali-kali. 

Misalnya, anak akan mematikan lampu yang sama lebih dari satu kali. Ada pula yang akan membuka-tutup pintu berulang-ulang demi memastikan situasi aman.

Tanda OCD pada anak yang seperti ini jelas akan berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Ini dikarenakan OCD menyebabkan anak merasa selalu dalam situasi bahaya, terancam, sehingga tidak mudah tenang. 

Bahkan jika hal buruk atau sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, penderita OCD akan menyalahkan dirinya terus menerus.

3. Perfeksionis

Gangguan OCD pada anak membuatnya harus melakukan segala sesuatu secara sempurna. Untuk itu, sikap perfeksionis bisa menjadi salah satu tanda OCD pada anak. 

Dalam pekerjaan sehari-hari, misalnya, anak memiliki kecenderungan untuk menata benda secara berurutan baik sesuai warna, ukuran, bahkan abjad.

 Anak yang mengalami gangguan OCD bahkan tidak akan berangkat sekolah sebelum kaus kaki atau tali sepatu dipakai secara simetris dan sejajar.

Secara medis tanda OCD pada anak yang seperti ini juga dikenal dengan istilah Symmetry dan Orderliness. Menyukai kerapian tentu bukan hal yang buruk, tetapi jika dilakukan secara berlebihan maka hal ini akan menghasilkan pikiran yang berulang-ulang. 

Anak jadi rentan mengalami depresi karena tekanan pikiran diri sendiri untuk melakukan sesuatu dengan sempurna.

4. Sulit menoleransi ketidakpastian

Tahukah Ibu? Ketika anak sering merasa kesulitan dalam menoleransi ketidakpastian, bisa jadi sebenarnya ia mengidap OCD atau Obsessive Compulsive Disorder. 

Dikutip dari Mayo Clinic, penderita OCD memiliki gangguan kecemasan berlebih terhadap hal-hal yang berada di luar kontrolnya. Tak heran jika tanda OCD pada anak juga ditunjukkan melalui sikapnya yang sulit menerima ketidakpastian atau perubahan secara mendadak. 

Biasanya, penderita OCD akan memiliki rutinitas yang selalu sama dan berulang setiap hari demi memastikan semua berjalan sesuai keinginannya.

Jika tidak segera mendapat pertolongan, kondisi ini akan menjadi kebiasaan buruk yang akan dibawa anak sampai dewasa. Dikatakan kebiasaan buruk, sebab anak akan tumbuh menjadi sosok yang kaku. 

Selain itu, anak yang mengidap OCD sulit beradaptasi dengan lingkungan atau orang-orang baru di sekitarnya. Dengan begitu, anak cenderung tumbuh menjadi sosok yang pendiam dan tertutup.

5. Menghindari keramaian

Terakhir, tanda OCD pada anak bisa diketahui ketika ia selalu menghindari keramaian. Pasalnya, ada banyak hal bisa terjadi secara mendadak di tengah keramaian. 

Jelas, ini menjadi hal yang sangat tidak disukai oleh penderita OCD. Keramaian sulit memberikan peluang bagi orang-orang OCD itu memegang kontrol secara penuh.

Lebih dari itu, penderita OCD bisa merasa frustasi di tengah keramaian karena sulit mengontrol kecemasan pada dirinya. 

Tanda OCD pada anak yang seperti ini bisa berakibat fatal pada kemampuan interaksi sosial anak. Akibatnya, anak sulit  bergaul dan menjalin pertemanan.

Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua?

Jika tanda-tanda OCD pada anak mulai terdeteksi pada perilakunya sehari-hari, sebaiknya tidak terburu-buru melakukan self diagnose atau diagnosa mandiri. Ayah dan Ibu bisa menemui psikolog untuk konsultasi terlebih dulu. 

Kemudian, cobalah untuk memberi penjelasan pada anak tentang kondisinya tersebut. Pastikan Ayah dan Ibu memberi penjelasan dengan bahasa yang sesuai dengan usia anak agar lebih mudah dipahami. 

Berikan keyakinan pada anak bahwa ia bisa sembuh dari gangguan OCD. Jangan lupa, selalu dampingi saat anak menjalankan pemeriksaan atau terapi.

Anak yang mengalami OCD memang membutuhkan perlakuan khusus. Oleh karena itu, semakin cepat tanda OCD pada anak terdeteksi, semakin cepat pula pemeriksaan dapat dilakukan.

Editor: Dwi Ratih