Ibupedia

Masturbasi pada Anak, Wajarkah?

Masturbasi pada Anak, Wajarkah?
Masturbasi pada Anak, Wajarkah?

Salah satu tanggung jawab berat orang tua adalah mengajarkan pendidikan seks pada anak. Kenapa berat? Well, selain memang masih menjadi hal yang masih tabu dibicarakan di Indonesia, seks juga merupakan materi yang susah untuk diterangkan. Banyak orang tua yang tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan semacam, "Bagaimana adik bayi bisa lahir, Bun?". Saking kesulitan dalam menjawab pertanyaan seputar seks, sebagian orang tua memilih menerangkan jawaban tersebut saat anak mulai beranjak dewasa. Atau, membiarkan anak agar kelak ia akan tahu dengan sendirinya melalui pembicaraan antar teman, buku biologi, atau internet.

Padahal, pendidikan seks sebaiknya diajarkan sejak dini, mengingat di zaman teknologi seperti sekarang ini, anak mudah terekspos oleh hal-hal yang berbau porno. Misalnya saja saat Bunda dan si kecil melakukan pencarian di internet bersama-sama, hmm pasti ada saja iklan yang mendadak muncul menggunakan model wanita seksi dengan belahan dada terbuka! Belum lagi dari televisi dan film yang anak tonton, pastinya jutaan pertanyaan mengenai seks akan memenuhi kepalanya.

Jika Bunda tidak membuka ruang yang jujur untuk tanya jawab mengenai pendidikan seks, maka jangan salahkan jika anak kemudian mencari sendiri jawaban tersebut melalui tayangan porno. Tak hanya itu, orang tua pun seringkali merasa canggung untuk mendiskusikan perilaku anak yang menuju ke arah pencarian kenikmatan seksual, seperti masturbasi.

Untuk masalah satu ini, mungkin Bunda merasa gemas hendak mengingatkan anak untuk tidak menyentuh alat kelaminnya. Sementara itu, ada juga orang tua yang justru membiarkan anak bermasturbasi karena merasa hal tersebut terlalu tabu untuk dibicarakan. Lalu, bagaimana sikap yang seharusnya Bunda ambil saat mendapati si kecil sedang bermasturbasi?

Pencarian Awal

Seiring sang buah hati belajar untuk berbicara serta berjalan, anak pun akan mulai juga untuk belajar mengenai tubuh mereka. Perlahan-lahan, coba bukalah kesempatan untuk memulai obrolan tentang seks dengan cara menjelaskan nama-nama organ seks saat sedang memandikannya. Jangan hanya mengajarkan sebutan penis sebagai 'burung' atau vagina sebagai 'pipis' karena anak hanya akan menganggap alat kelaminnya sebagai sesuatu yang lucu. Justru, secara jujur Bunda sebaiknya menyebutkan nama-nama asli organ tersebut serta jangan lupa untuk menambahkan bahwa alat kelaminnya tidak untuk ditunjukkan kepada orang lain! Begitu pula dengan payudara, pusar, dan anggota tubuh lainnya yang termasuk pribadi. Pendidikan seks juga termasuk mendidik anak agar memiliki rasa malu dan takut apabila alat kelaminnya dilihat atau disentuh orang lain. Jika hal itu terjadi, maka anak harus memberitahu Bunda secepatnya.

Kemudian, saat si kecil menanyakan banyak hal lainnya yang menyangkut tubuh, jangan sesekali tertawa, tersipu, atau lari dari pertanyaan tersebut karena merasa canggung. Hadapi anak dengan raut muka bersungguh-sungguh, tatap matanya, dan jelaskan jawaban Bunda dengan bahasa yang jelas, tepat sasaran, dan sesuai untuk umur si kecil.

Menstimulasi diri untuk kenikmatan seksual, apa boleh?

Seringkali anak-anak mengekspresikan keingintahuannya perihal seks dengan cara menstimulasi dirinya sendiri. Anak lelaki biasanya mengeluarkan penis dan anak wanita menggosok-gosok alat kelaminnya. Sebagai orang tua, jangan langsung memarahi si kecil karena hanya akan menyebabkan dia malu luar biasa atau merasa berdosa. Cukup katakan bahwa masturbasi itu normal namun hendaknya aktivitas tersebut dilakukan sembunyi-sembunyi dan cukup sesekali saja. Misalnya di kamar mandi atau di kamar tidurnya. Apabila sang buah hati bermasturbasi di depan umum, maka cobalah untuk mengalihkan perhatiannya. Jika masih saja gagal, jangan menyerah dan terus ajarkan konsep privasi dalam masturbasi.

Terkadang, masturbasi yang dilakukan terus menerus dapat mengindikasikan bahwa anak sedang menghadapi suatu permasalahan dalam hidupnya. Barangkali si kecil merasa cemas atau tidak mendapatkan cukup perhatian di rumah. Atau, bisa jadi masturbasi yang anak lakukan adalah pertanda bahwa Ia pernah mengalami pelecehan seksual. Itulah mengapa penting sekali bagi Bunda untuk menegaskan pada anak bahwa orang lain tidak boleh melihat apalagi memegang alat kelaminnya. Jika hal itu terjadi, buatlah janji bahwa si kecil harus menceritakannya pada Bunda. Tapi, jangan ucapkan hal tersebut dengan nada ancaman seakan-akan anak pasti akan dimarahi ya, Bun. Buat ia merasa bahwa Anda adalah orang yang tepat untuk menceritakan segala permasalahannya.

Sebenarnya, apa sih masturbasi itu?

Masturbasi adalah kegiatan menstimulasi alat kelamin demi mencari kenikmatan seksual serta kenyamanan diri. Kebanyakan anak menggosok organ vitalnya dengan tangan atau obyek lainnya. Masturbasi tentunya lebih dari sekedar melihat-lihat alat kelamin dalam waktu lama seperti yang biasa dilakukan anak umur 2 tahun ketika mandi. Selama bermasturbasi, anak akan terlihat melayang-layang, tersipu malu, dan sangat menikmati dirinya sendiri. Biasanya anak akan melakukan kegiatan ini selama beberapa kali dalam sehari atau bahkan hanya sekali seminggu. Masturbasi biasa terjadi saat anak merasa bosan, mengantuk, stres, atau ketika menonton televisi.

Mengapa anak melakukan masturbasi?

Well, masturbasi sebenarnya perilaku yang normal dilakukan oleh anak-anak loh, Bun. Kebanyakan beralasan melakukan kegiatan ini karena rasanya enak. Ada juga yang bermasturbasi karena sedang sedih atau lepas dari pengawasan orang tua atau pengasuh. Kegiatan ini tidak memiliki penyebab medis, jadi iritasi di area kelamin yang menyebabkan rasa sakit ataupun gatal tentunya tidak menjadi penyebab anak melakukan masturbasi.

Sampai kapan si kecil akan bermain-main dengan organ seksualnya?

Setelah melakukan masturbasi, biasanya anak tidak akan menghentikan kegiatan tersebut sepenuhnya. Seiring anak tumbuh, ia akan menemukan aktivitas lain yang lebih memberikan kepuasan diri seperti olahraga atau prestasi belajar. Anak pun akan mulai jarang melakukan masturbasi saat ia mulai lepas dari stres dan menemukan kebahagiaan dari perhatian orang-orang di sekitarnya. Ketika anak berusia 5 atau 6 tahun, ia akan belajar bagaimana melakukan masturbasi di tempat yang lebih sepi.

Bagaimana cara menghindarkan anak dari masturbasi?

Cara paling tepat adalah dengan tidak memarahi si kecil! Kebanyakan orang tua memakai dalih agama atau norma sosial untuk menghukum perilaku masturbasi sebagai aktivitas kotor dan berdosa. Orang tua pun memaksa anak untuk berhenti masturbasi sepenuhnya dengan cara memberikan ceramah panjang lebar atau bahkan mengikat tangan si kecil sebagai hukuman agar ia tak menyentuh alat kelaminnya lagi. Padahal, reaksi marah hanya akan memicu pemberontakan dan keingintahuan yang lebih besar dalam diri sang buah hati.

Untuk pelan-pelan menghentikan anak bermasturbasi, Bunda harus jeli membaca alasan mengapa anak melakukan kegiatan tersebut. Jika alasannya bosan, maka sering-seringlah mengajak anak keluar rumah atau beri ia kegiatan-kegiatan baru seperti memasukkannya ke klub renang. Namun, apabila alasan si kecil adalah kurang kasih sayang dari Bunda, maka sediakan waktu sejam sebelum ia tidur bersama-sama. Peluk anak Anda dan ajak ia bicara dari hati ke hati. Siapa tahu anak memiliki suatu masalah yang selama ini ia pendam karena tidak mengerti bagaimana caranya memberitahu Bunda.

(Yusrina)