Balita

Melatih Si Kecil Agar Tak Lagi Gagap

Melatih Si Kecil Agar Tak Lagi Gagap

Salah satu masalah yang  paling sering terjadi ketika batita atau balita berbicara adalah gagap (stuttering). Dan biasanya, orang tua cenderung mengoreksi, meminta anak untuk santai atau pelan-pelan saat akan menyampaikan sesuatu.

Namun Bunda, menurut Patricia McAleer-Hamaguchi --ahli patologi bicara dan bahasa di Amerika-- orang tua sebenarnya belum perlu memberi tahu si kecil bahwa gagap bicaranya itu dapat membuat frustrasi dan mengkhawatirkan. Wajar, kok, jika anak berusia 30 bulan hingga 5 tahun masih kesulitan menggabungkan kata-kata dan mengucapkannya dengan lancar.

Hal itu dikarenakan otak si kecil masih seperti komputer. Dia tengah berusaha memilih kata-kata yang tepat dan menggabungkannya dalam susunan yang tepat pula. Jika komputer memiliki tahapan searching, si kecil juga memiliki tahapan berhenti sejenak, lho, Bunda (yang sebenarnya otak sedang mencari kata-kata yang tepat dan menggabungkannya). Itu sebabnya Anda sering mendengar si kecil berucap gagap seperti, “Bunda... Bunda... aku... aku... mau... mmm... mau... boneka Teddy Bear.”

Bunda, anak biasanya gagap dan mengulangi keseluruhan kata atau suku kata awal saja, bukan keseluruhan bunyi. Anda tidak perlu khawatir, karena ini adalah fase normal dalam perkembangan kebanyakan anak. Anda biasanya akan lebih sering mendengar anak gagap saat ia lelah, terlalu senang, marah, atau sedih.

Karena termasuk normal dalam fase perkembangan bicara anak, Anda tidak perlu mengatakan pada si kecil untuk pelan-pelan berbicara. Anda dapat mengajari si kecil tanpa harus mengoreksi. Cukup dengan memberi contoh berbicara yang benar (pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa) si kecil akan terbiasa melihat dan kemudian mencontohnya.

Tentu saja gagap bicara yang dimaksud di sini berbeda dengan gagap bicara yang sesungguhnya (the real stuttering), yang hanya dialami 5% anak-anak dan sangat jarang terjadi pada balita. Gagap di sini hanyalah persoalan “tersandung” saat berbicara (disebut juga dysfluency).

Sedangkan gagap yang sesungguhnya, si kecil biasanya berhenti dan menahan bunyi pertama sebuah kata cukup lama, seperti “s-s-s-soda.” Dia juga membuka mulutnya untuk mengungkapkan sesuatu namun terhenti sebelum mengeluarkan suara.

Selain kondisi tercekat seperti itu, anak yang mengalami gagap sebenarnya juga tampak memiliki tekanan pada bagian rahang atau pipinya, selain kerap memalingkan wajah dan mengepalkan tangannya seperti berusaha melawan tekanan-tekanan tersebut.

Apa sebenarnya penyebab gagap pada batita dan balita? Belum diketahui secara pasti, Bunda. Banyak riset menyebutkan gagap diakibatkan oleh otak si kecil yang “ikut campur” saat ia bicara sehingga mempengaruhi waktu dan ritme bicara. Sama seperti anak-anak yang kesulitan menangkap bola, gagap pada anak adalah akibat tidak adanya koordinasi verbal untuk berbicara dengan jelas.

Gagap biasanya lebih banyak dialami anak laki-laki. Menurut riset, gagap empat kali lebih umum pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Meski begitu, orang tua tidak perlu terlalu cemas, karena kondisi bicara seperti ini tidak ada kaitannya dengan tingkat kecerdasan anak maupun masalah psikologis anak atau bahkan sinyal parenting yang buruk. Memang benar, terkadang hal-hal yang membuat stres --seperti pindah rumah atau anak masuk daycare pertama kali-- dapat membuat gagap si kecil lebih parah, namun hal itu bukanlah penyebab utama.

Gagap bicara pada batita dan balita memang normal, namun tentu Anda ingin si kecil makin lancar berbicara, bukan? Tenang, Bunda, Anda bisa melatih si kecil agar mengurangi kebiasaannya berbicara gagap. Apa saja langkah-langkahnya? Simak kiat berikut, yuk!

1. Tunggu dan lihat perkembangannya. Anak-anak (dan juga orang dewasa) cenderung gagap saat sedang sedih, kecewa, tidak nyaman, marah, atau bahkan saat bahagia. Jika Anda merasa si kecil gagap hanya pada saat-saat seperti itu, dan tingkat kegagapannya ringan-ringan saja, tak perlu buru-buru mengevaluasinya.  Dia mungkin hanya mencoba mengatasi tekanan-tekanan tersebut dan sedang mencoba berbicara dengan nyaman. Usia juga menjadi faktor. Karena banyak anak gagap pada fase berlatih berbicara, mayoritas pakar merekomendasikan orang tua untuk menunggu hingga anak berusia tiga tahun sebelum melatihnya agar tidak gagap.

2. Ketika anak Anda mulai tersandung bicaranya saat akan menggabungkan kalimat, lakukan kontak mata dan tetap tenang. Tunggu sampai ia menyelesaikan kalimatnya. Jangan menyela.

3. Ajari si kecil berbicara dengan benar. Caranya, bicaralah dengan pelan dan dengan nada santai kepadanya. Jika Anda tergesa-gesa saat berbicara, si kecil akan terus belajar untuk berbicara dengan tergesa-gesa.

4. Saat buah hati Anda bicara, pasang wajah senang dan ekspresi santai. Lebih baik lagi jika disertai senyuman. Jika Anda tampak frustrasi, si kecil akan makin gelisah dan tidak percaya diri dengan perkataannya. Tak perlu memberi tahu dia bahwa Anda khawatir dengan cara bicaranya yang gagap.

5. Hindari mengoreksi si kecil. Cukup dengan mengulangi perkataannya dengan santai dan tidak tergesa-gesa sehingga si kecil tahu bahwa cara bicaranya kurang tepat dan dia bisa meniru cara Anda berbicara.

6. Sering-seringlah berbicara pada si kecil dalam suasana santai, bebas stres.

7. Jangan menginterupsi si kecil saat sedang berbicara, dan sebisa mungkin hindari siapa pun menginterupsinya. Jika Anda tampak terburu-buru dan seperti ingin memotong pembicarannya, si kecil akan makin tertekan dan sulit mengeluarkan apa yang ada di otaknya. Akibatnya, ia akan makin gagap berbicara. Lebih baik Anda memberi tahu padanya bahwa Anda tidak bisa diajak berbicara saat sedang masak, misalnya, daripada Anda tidak meresponnya sehingga gagapnya makin parah. Beri tahu si kecil sebelumnya bahwa Anda belum bisa diajak berbicara saat repot. Misalnya dengan kalimat seperti, “Bunda mau masak dulu, ya? Nanti kita ngobrol lagi kalau sudah selesai masaknya. Bunda janji.”

8. Tak perlu koreksi anak dan memintanya untuk bicara pelan-pelan atau ulangi kalimatnya dengan santai. Mungkin maksud Anda baik, tapi sebenarnya Anda justru membuatnya makin gugup dan tidak percaya diri.

9. Katakan pada si kecil bahwa Anda paham dan bersimpati pada masalahnya. Saat ia selesai mengucapkan seluruh kalimatnya, Anda boleh mengatakan, “ternyata ngomong kadang-kadang susah juga, ya, Dek.” Dengan begitu si kecil akan merasa kerja kerasnya menyusun kalimat membuat Anda bangga. 

10. Selalu rangsang anak untuk menceritakan kisah yang Anda tahu dia senang mengungkapkannya.

11. Luangkan waktu menyanyikan lagu-lagu sederhana atau nursery rhymes bersama-sama si kecil. Hal ini dapat membantunya melatih berbicara (karena struktur nursery ryhmes lebih mudah diucapkan).

12. Minta bantuan profesional. Jika si kecil benar-benar berjuang keras saat akan berbicara (lidah seperti tercekat) atau gagapnya tidak berkurang dalam waktu tiga hingga enam bulan, cobalah minta pendapat dokter  (yang nantinya akan merujuk Anda pada pakar terapi bicara untuk dievaluasi).

Jika anak Anda sudah masuk playgroup, Anda bisa meminta bantuan gurunya untuk mengevaluasi apakah di sekolah ia juga gagap atau tidak.  Jika memang iya, Anda bisa bertanya sejauh mana dia gagap.

Jika sekadar dysfluency, tentu tidak masalah. Namun jika sudah cukup parah (seperti gagap sesungguhnya), si kecil tentu butuh bantuan profesional untuk mendapatkan terapi bicara. Anda bisa bertanya pada ahlinya bagaimana saran untuk melatih anak bicara dengan lebih nyaman di rumah.


(Dini)