Balita

Menyusui Bayi Adopsi Melalui Induksi Laktasi

Menyusui Bayi Adopsi Melalui Induksi Laktasi

Menyusui adalah salah satu pengalaman berharga yang dirasakan oleh para Ibu ketika buah hati mereka terlahir di dunia. Meski begitu, ternyata menyusui bukanlah hanya menjadi keistimewaan para Ibu kandung.

Apabila Bunda berencana mengadopsi anak, maka Anda bisa loh mencicipi pengalaman menyusui si kecil. Bahkan, American Academy of Pediatrics sangat menyarankan para orang tua asuh untuk mencoba menyusui. Loh, tapi bagaimana caranya wanita memproduksi ASI kalau ia sendiri tidak pernah hamil?

Well, kabar baik bagi Anda yang tidak pernah mengandung atau bahkan hampir mencapai menapouse karena kini ada alternatif menyusui yang dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa batasan umur. Yakni, melalui proses induksi laktasi.

Di Amerika Serikat, induksi laktasi sudah menjadi suatu cara untuk mendekatkan hubungan antara Ibu asuh dan bayi adopsinya. Kedekatan spesial yang terjalin saat proses menyusui akan menentramkan hati baik ibu dan anak. Banyak wanita yang selama ini berjuang dengan masalah kesuburan telah merasakan manfaat dari program menyusui ini, meskipun jumlah air susu yang diproduksi terbilang sedikit.

Setiap wanita memproduksi air susu dalam jumlah yang berbeda-beda, jadi cukup sulit untuk memprediksi hasil dari induksi laktasi. Di Amerika Serikat sendiri sangatlah jarang kita bisa menemukan seorang wanita yang mampu memproduksi ASI dalam jumlah banyak, namun juga jarang ditemui wanita yang tidak mengeluarkan ASI sama sekali.

Apabila Bunda adalah tipe orang tua yang percaya bahwa bayi memerlukan suplemen berupa susu formula, maka Anda akan cenderung lebih rileks, menghayati pengalaman menyusui, dan tidak dihinggapi ketakutan akan tumbuh kembang si kecil. Sedikit apapun jumlah ASI yang Anda produksi, pasti air susu tersebut sangatlah berharga bagi bayi. Oleh karena itu, para konsultan laktasi selalu menekankan aspek positif dari proses menyusui itu sendiri, bukan dari banyak tidaknya volume ASI yang Bunda produksi.

Bagaimana cara kerja Induksi Laktasi?

Penting untuk dicatat bahwasanya prolactin dan ocytocin (kedua jenis hormon yang mengatur soal laktasi) adalah kalenjar pituitari, atau disebut juga hipofisis, yakni kelenjar yang dirangsang oleh hipotalamus dan berfungsi mengontrol semua fungsi hormonal. Itu artinya, kedua hormon tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan hormon ovarium. Sehingga, meskipun seorang wanita mengalami histerektomi, ia masih bisa menyusui asalkan kondisi kesehatannya bagus.

Sekedar info, estrogen yang terkandung dalam pil KB atau untuk terapi sulih adalah penekan laktasi. Jadi, usahakan jangan mengonsumsi pil pengontrol kehamilan jika ingin menyusui si kecil. Baik prolaktin (hormon pembuat susu) dan oksitoksin (hormon pelepas susu) sama-sama diproduksi sebagai respon atau rangsangan pada puting.

Kini makin banyak wanita yang memilih menggunakan terapi hormon agar payudaranya dapat mengeluarkan ASI. Namun, sebagian wanita masih memilih induksi laktasi dengan cara menstimulasi diri sendiri. Misalnya saja dengan memijat payudara, manipulasi puting, menghisap puting payudara baik menggunakan mulut bayi maupun pompa payudara elektrik yang dapat ditemukan di rumah sakit.

Terapi hormon untuk menginduksi laktasi umumnya terdiri dari pengambilan estrogen untuk mensimulasikan level ketinggian estrogen selama masa kehamilan. Estrogen tersebut kemudia tiba-tiba dihentikan untuk meniru perubahan hormon yang begitu cepat terjadi menjelang persalinan. Obat-obatan yang mampu meningkatkan prolaktin seperti metaclopromide (Reglan) biasanya menjadi pilihan dokter. Nah, baru setelah itu Anda bisa menstimulasi payudara dengan cara membiarkan si kecil menghisap puting maupun dengan cara dipompa.

Produksi ASI biasanya terjadi antara minggu pertama sampai minggu keempat setelah stimulasi di atas dilakukan. Sebuah studi di tahun 1994 terkait induksi laktasi yang dipublikasikan oleh The Journal of Tropical Pediatrics menyebutkan bahwa induksi laktasi yang menggunakan obat-obatan sebagai penunjangnya akan membuat payudara wanita menghasilkan ASI antara 5 sampai 13 hari. Penelitian tersebut sama seperti kasus induksi yang hanya menggunakan cara menstimulasi puting.

Awalnya Bunda akan merasakan adanya ASI yang menetes meski cuma beberapa tetes saja. Selama proses produksi ASI tersebut berjalan, Anda mungkin akan mendapati puting payudara dan jaringan aerola berubah warna. Payudara pun terasa semakin penuh dan lunak. Beberapa wanita melaporkan bahwa mereka lebih cepat haus dan siklus menstruasi berubah disertai libido yang juga kian meningkat.

Apakah susu hasil induksi laktasi memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak?

Penelitian yang sama di tahun 1994 telah meneliti kesehatan bayi di Papua Nugini yang diberikan ASI hasil induksi laktasi. Kemudian, didapatkan fakta bahwa 89% dari mereka ternyata berkembang dengan baik serta tercukupi kebutuhan nutrisinya. Studi lain yang dilakukan oleh R.Kleinman di tahun 1980 dengan judul “Protein Values of Milk Samples from Mothers without Biological Pregnancies,” telah berhasil menemukan komposisi kandungan kimia dalam ASI yang diproduksi oleh Ibu non-biologis.

Dua dari wanita yang diteliti pernah melahirkan bayi sebelumnya, sementara 3 wanita lainnya belum pernah hamil sama sekali. Kelima wanita tersebut menyusui bayi adopsi tanpa tambahan obat-obatan apapun selama 11 hari lamanya. Contoh ASI yang dikumpulkan pada 5 hari pertama dari para Ibu adopsi tersebut kemudian dibandingkan dengan kandungan ASI pada kelima Ibu kandung bayi. Ternyata, kandungan protein utama pada wanita dengan induksi laktasi sama persis dengan ASI yang dari Ibu biologis.

Hanya saja, ASI hasil induksi laktasi kekurangan albumin (antibodi immunoglobulin A), lactalbumin, serta kolostrum. Ibu kandung ternyata memproduksi colostrum dalam jumlah yang lebih tinggi. Ternyata, teknik menghisap puting saja tidak terlalu berdampak terhadap produksi kolostrum. Dengan kata lain, ASI yang dimiliki Ibu adopsi atau non-biologis telah melewati fase colostral dan lebih menyerupai ASI yang sudah matang.

Nah, kalau ASI hasil induksi laktasi tidak memiliki kolostrum dan volume air susu itu sendiri sedikit, lantas bagaimana dengan pemenuhan nutrisi bayi? Itulah mengapa banyak wanita yang menggunakan alat tuba khusus untuk menyusui. Alat ini berupa botol atau kotak khusus yang dipakai pada dada Ibu.

Alat tersebut tipis dan tuba silikon untuk menyusuinya hanya dilekatkan pada puting dengan selotip khusus hipoalergenik. Saat bayi menghisap puting, maka air susu mengalir dari tuba dan kemudian mengalirkan ASI atau susu formula langsung ke payudara.


(Yusrina)