Balita

Pahami 10 Kepribadian Anak dan Tips Pola Asuh yang Tepat

Pahami 10 Kepribadian Anak dan Tips Pola Asuh yang Tepat

Setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Tidak satu pun anak yang memiliki kepribadian sama persis dengan anak lainnya. Saat masih bayi, kepribadian anak yang terlihat lebih cenderung merupakan cerminan kepribadian bawaan dari gen yang diwariskan orangtuanya. Namun, saat anak sudah bisa berinteraksi dan mulai meniru, akan terbentuk kepribadian anak yang baru atau mengubah kepribadian anak bawaan.

Beberapa psikolog mengkategorikan jenis kepribadian anak berdasarkan faktor tertentu. Dr. Kevin Leman, seorang psikolog asal Amerika, membagi kepribadian anak berdasarkan urutan kelahiran yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “The Birth Order Book: Why You Are The Way You Are”. Sementara psikolog Sigmund Freud menyebut id (bawaan), ego (perilaku yang dikontrol), dan superego (karakter akhir yang menjadi kebiasaan) yang akan menentukan pembentukan kepribadian seseorang. 

Dari pemikiran beberapa psikolog tentang pembentukan kepribadian anak, sebenarnya ada faktor-faktor dasar yang menjadi benang merahnya. Melansir dari Encyclopedia of Children’s Health, faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya kepribadian anak tersebut di antaranya: kondisi lingkungan atau sosial dalam lingkup kecil yaitu keluarga inti dan lingkungan dalam lingkup besar seperti teman sebaya dan keluarga besar; temperamen dasar atau kadar emosi (yang bisa berupa sedih, senang, kecewa, antusias, dan lainnya); dan kepribadian bawaan. Ketiga faktor ini saling memengaruhi dan tidak bisa dipisahkan dan harus orangtua pahami jika ingin kepribadian anak terbentuk dengan baik.

Lantas, mengapa memahami kepribadian anak dan faktor-faktor yang memengaruhinya sangat penting untuk orangtua? Saat Ibu telah memahami kepribadian anak, akan lebih mudah bagi Ibu untuk menjalin komunikasi dengannya. Anak pun akan merasa dimengerti dan dihargai oleh orangtuanya. Ibu tentu saja ingin si kecil tumbuh dan berkembang dengan baik dari segi emosional, fisik, maupun intelektualnya.

Tumbuh kembang ini bisa diupayakan dengan optimal apabila Ibu dapat mengenali kepribadian anak. Upaya mengoptimalkan potensi dan kepribadian anak yang baik ini membutuhkan pola asuh yang tepat. Jika orangtua tidak mengenal kepribadian anak terlebih dahulu, bagaimana bisa menentukan pola asuh yang cocok untuk si kecil?

Misalnya, orangtua yang memiliki anak cenderung pemalu tidak bisa menggunakan pola asuh yang terlalu mengekspos anak ke lingkungan luar. Bukan berarti sama sekali tidak boleh memperkenalkan anak ke lingkungan sosial yang lebih luas, akan tetapi memerlukan tahapan berbeda dengan kepribadian anak yang suka bersosialisasi. Anak pemalu membutuhkan penanganan yang berbeda dengan anak yang mudah bergaul.

Begitu pula kepribadian anak yang berkemauan keras akan membutuhkan jenis pola asuh yang tidak sama dengan kepribadian anak yang dominan peduli. Untuk itulah penting mengakrabi tipe kepribadian anak agar orangtua bisa mendampingi tumbuh-kembang anak dengan cara yang tepat.

Tipe Kepribadian Anak dan Tips Pola Asuh yang Tepat

Mungkin banyak orangtua yang sudah familier dengan istilah kepribadian seperti sanguinis, koleris, melankolis, dan plegmatis. Kepribadian tersebut sebenarnya juga bisa digunakan untuk mengkategorikan tipe kepribadian anak, sama seperti menggunakan urutan lahir untuk menentukan sifat anak. Sebagai tambahan untuk memberikan pemahaman lebih detail tentang kepribadian dominan pada anak, berikut beberapa tipe kepribadian anak yang bisa orangtua pahami agar bisa menerapkan pola asuh yang sesuai.

Menyadur dari laman moms.com, berikut 10 tipe kepribadian anak yang sering ditemui:

  1. Si Pemalu

    Anak yang pemalu biasanya cenderung diam saat melihat banyak orang. Tidak heran jika si kecil selalu nempel dan apa-apa maunya sama Ibu atau Ayah. Kepribadian anak tipe ini biasanya membuat si kecil kesulitan beradaptasi dengan hal-hal di luar zona nyaman, termasuk sulit membaur dengan teman sebaya dan orang dewasa yang belum dikenalnya. Tetapi bukan berarti anak sama sekali tidak bisa bersosialisasi ya, Bu.

    Kepribadian anak tipe ini lebih suka menyendiri dan memerlukan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan hal baru maupun orang asing. Tak jarang si kecil dengan tipe kepribadian ini akan mudah menangis saat tiba-tiba ibu atau ayahnya tidak berada di sekitarnya. Mereka memiliki separation anxiety lebih besar daripada anak-anak lainnya.

    Tips Menghadapi Si Pemalu:

    Menangani si kecil dengan tipe kepribadian anak pemalu akan menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Tipe kepribadian ini bukan seperti vonis mati yang tidak memiliki sisi positif ya, Bu. Kepribadian anak tipe ini justru memiliki alarm lebih kuat daripada anak lain yang membuatnya lebih berhati-hati saat berinteraksi dengan orang lain dan memilih dengan siapa dia akan berteman.

    Untuk membuatnya tetap bisa beradaptasi dengan lingkungan, Ibu disarankan untuk lebih sering mengajaknya bertemu dengan orang di luar lingkaran keluarga inti. Namun jangan sampai memaksa anak agar langsung mau saat diajak bersalaman ya. Jelaskan pelan-pelan kepadanya siapa yang sedang dia hadapi dan siapa saja yang boleh mendekatinya. 

    Ibu juga bisa mengajak anak main di playground yang banyak dikunjungi anak seusianya. Ibu bisa membiarkan dia bermain dengan menjaga jarak namun tetap waspada kalau-kalau anak terjatuh atau panik mencari Ibu. Yakinkan bahwa Ibu akan tetap di sana selagi dia bermain bersama teman-temannya. Hindari memaksa atau berpisah dengan anak secara tiba-tiba karena justru akan membuat mereka trauma dan semakin takut ditinggal. Memang perlu kesabaran ekstra dalam menghadapi kepribadian anak yang pemalu, namun percayalah bahwa si kecil akan bisa beradaptasi dengan bertahap.

  2. Si Pemikir

    Kepribadian anak tipe ini biasanya akan berpikir terlebih dahulu sebelum bereaksi atau menjawab situasi. Pernahkah Ibu menghadapi si kecil yang banyak bertanya ketika diberi 1 instruksi? Misalnya, “Kak, ayo mandi”, tetapi si kecil tidak lantas bangkit dan mengikuti instruksi. Alih-alih, dia memberondong Ibu dengan pertanyaan, “kenapa aku harus mandi?”, “apa yang terjadi jika aku tidak mandi?” dan sebagainya.

    Kadang kala, kepribadian anak si pemikir ini memuat orangtua gemas dan melatih kesabaran karena harus menjawab pertanyaan anak terlebih dahulu meski dalam keadaan terburu-buru. Namun, di sisi lain, kepribadian anak tipe ini ternyata merupakan kelebihan yang patut disyukuri lho. Kepribadian ini menunjukkan tanda-tanda bahwa si kecil memiliki kemampuan nalar yang bagus.

    Tips Menghadapi Si Pemikir:

    Ibu tidak harus menjadi orang yang selalu tahu jawaban dari semua pertanyaan kepribadian anak pemikir. Saat anak mulai banyak bertanya sementara dia harus segera mandi dan berangkat sekolah, Ibu bisa menjawab pertanyaannya sambil melakukan hal-hal lain. Ibu bisa mengatakan, “Yuk, kita bahas sambil mandi” atau “Hm, nanti Ibu akan berikan jawaban rahasia setelah Kakak selesai makan.”

    Ibu bahkan bisa menunda memberikan jawaban saat Ibu tidak yakin dengan jawaban Ibu. Ibu bisa mengajak si kecil mencari jawabannya bersama-sama. Anak pemikir juga sangat suka dengan puzzle, building blocks, dan buku. Ibu bisa terus menstimulasi si kecil dengan permainan interaktif yang mengasah kreativitas dan pikirannya seperti menyusun balok, berkarya dengan playdough, dan membaca buku.

  3. Si Petualang

    Si kecil yang suka berpetualang menganggap segala hal di sekitarnya memiliki daya tarik yang membuat mereka selalu merasa penasaran. Mulai dari gantungan baju, lampu kamar, gagang pintu, hingga pohon dan hewan di sekitar. Mereka ingin melihat, merasakan, menyentuh, menghidu, dan tak jarang bereksperimen sendiri dengan apa pun yang mereka temukan. Tipe kepribadian anak yang satu ini menunjukkan bahwa si kecil selalu antusias saat menemukan hal-hal baru, apalagi saat dia bisa menjelajah banyak hal di ruang bebas seperti taman dan alam terbuka.

    Tips Menghadapi Si Petualang:

    Si kecil yang suka bereksplorasi ini tak jarang membuat Ibu kewalahan. Namun, ternyata kepribadian anak tipe ini justru cenderung membuat mereka lebih mandiri lho, Bu. Mereka akan berusaha mencari tahu dan mencoba sendiri segala hal yang menarik minatnya.

    Untuk itu, Ibu harus ekstra waspada dan terus mengawasi si kecil. Jauhkan dari benda tajam dan berbahaya, namun hindari terlalu mengontrol dan membatasi ruang gerak mereka. Jika rumah berantakan, Ibu bisa mengajari si kecil membereskan mainannya dengan permainan mencari harta karun yang harus dikembalikan ke tempat semula. 

  4. Si Peduli

    Tanda-tanda si kecil memiliki tipe kepribadian ini adalah kecenderungan mereka untuk berempati pada orang lain. Si kecil takkan segan berbagi mainan maupun makanan dengan teman sebayanya, menawarkan bantuan kepada Ibu saat memasak atau membantu ayah saat menjemur pakaian. Saat pretend play, kepribadian anak tipe ini biasanya menyukai bermain merawat boneka kesayangannya atau menjadi petugas pemadam kebakaran yang menolong banyak orang. 

    Tips Menghadapi Si Peduli:

    Meski kelihatannya sangat baik, bukan berarti tidak ada tantangan dalam mengasuhnya. Ibu harus berhati-hati karena anak akan berpotensi dimanfaatkan kepeduliannya oleh orang lain dan rentan menjadi target penipuan. Tidak masalah jika si kecil suka menolong, namun jelaskan kepadanya batasan-batasan mana yang dianggap wajar dan mana yang berlebihan agar anak terhindar dari eksploitasi.

  5. Sang Seniman

    Meski kemampuan seni bisa dilatih, anak dengan bakat bawaan ternyata bisa dilihat sejak kecil. Kepribadian anak tipe ini akan menunjukkan kebolehannya dalam mewarnai, menggambar, membuat kerajinan tangan, bahkan melukis dengan memukau daripada anak-anak seusianya.

    Tips Menghadapi Sang Seniman:

    Anak-anak yang memiliki jiwa seni cukup tinggi biasanya selalu bereksperimen dengan prakarya untuk menyalurkan kemampuan artistiknya. Tak jarang dinding dan lantai rumah menjadi sasaran dalam menumpahkan kreativitasnya. Daripada buru-buru memarahi anak karena membuat dinding dan lantai “indah”, Ibu bisa mulai dengan memberi anak ruang atau kanvas sangat besar khusus untuk bereksplorasi dengan bebas. Biarkan anak menentukan warna dan gambar yang dia ingin lukiskan ke dalam tempat tersebut. Sehingga Ibu tetap bisa mewadahi kemampuan anak tanpa terlalu membatasinya.

  6. Si Penampil

    Seorang anak yang mampu menjaga performa dalam interaksinya dengan orang banyak, tentu memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi. Kepribadian anak tipe ini cenderung suka menjadi pusat perhatian, pandai bergaul, dan memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara di hadapan umum. Karena kepercayaan dirinya itulah, anak dengan kepribadian ini sangat senang jika dilibatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan penampilan seperti berakting, menyanyi, story telling, dan bahkan kelak bisa jadi pemandu acara.

    Tips Menghadapi Si Penampil:

    Salah satu cara terbaik untuk menangani kepribadian anak tipe ini adalah dengan tidak menghentikan semangatnya untuk terus mengasah kemampuannya. Karena anak dengan kepribadian ini memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi, orangtua sebaiknya tidak lupa untuk selalu mengingatkan anak agar selalu menjaga kerendahan hati.

  7. Sang Visioner

    Anak dengan kepribadian ini biasanya memiliki ide dan rencana yang dia susun untuk dirinya sendiri. Mereka tahu apa yang mereka inginkan dan tentu tidak akan segan untuk mengatakannya kepada orangtuanya. Dengan kepribadian anak seperti ini, Ibu bisa mengembuskan napas lebih lega karena tidak perlu terlalu khawatir harus membuat jadwal khusus untuknya. Si kecil dengan sendirinya akan lebih sadar apa yang dibutuhkan dan apa yang harus dilakukan setelah kegiatan A, B, dan C.

    Tips Menghadapi Sang Visioner:

    Ibu dan Ayah bisa terus mendampingi anak berkepribadian visioner ini dalam mewujudkan rencana-rencananya. Meski si kecil kedengarannya sangat cerewet, bersabarlah dan upayakan untuk selalu mendengarkan gagasan-gagasannya. Dengan demikian, si kecil akan merasa selalu mendapat dukungan dan bahwa apa yang dia rencanakan berharga. 

  8. The Zen Child

    The Zen Child biasanya dikaitkan dengan kepribadian anak yang tenang dan terkesan dewasa. Anak-anak yang memiliki kepribadian ini biasanya lebih mudah menerima dan beradaptasi dengan keadaan. Bukan berarti anak tidak pernah rewel atau tantrum ya, Bu. Anak dengan kepribadian ini bisa diajak bernegosiasi dan mencari solusi daripada berlarut-larut merengek minta dipenuhi keinginannya.

    Tips Menghadapi The Zen Child:

    Menghadapi The Zen Child bukan berarti tanpa tantangan. Ibu dan Ayah harus menjelaskan dengan masuk akal kondisi yang terjadi sehingga anak bisa menerima alasan yang dilontarkan. Orangtua pun harus pandai bernegosiasi karena si kecil tentu punya solusi dari hasil pemikirannya sendiri yang belum tentu sejalan dengan orangtua.

  9. The Strong Willed Child

    The stong willed child, atau bisa disebut dengan anak berkemauan kuat, biasanya dianggap paling sulit untuk ditangani. Mereka akan berusaha mewujudkan keinginannya dan terkadang kemauannya yang tak bisa ditolak membuatnya terlihat seperti anak yang keras kepala dan suka menentang instruksi Ibu atau Ayah. Padahal, sebenarnya anak berkemauan kuat ini memiliki optimism yang cukup tinggi dan dia selalu penasaran dengan hal baru. Ini berpotensi membuat si kecil menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan bertekad untuk melakukan hal dengan kemampuannya sendiri.

    Tips Menghadapi The Strong Willed Child:

    Menghadapi anak yang berkemauan kuat memang susah-susah gampang. Ibu bisa mulai dengan mengajak si kecil membicarakan perasaannya dan mengkomunikasikan konsekuensi maupun batasan-batasan yang harus disepakati bersama. Terlalu sering melarang anak juga sebaiknya dihindari dan cobalah memberinya kesempatan saat si kecil ingin belajar melakukan kegiatannya sendiri.

  10. The Sensitive Child

    Tipe kepribadian anak yang satu ini memang jelas terlihat dari emosinya. Anak yang sensitif lebih mudah merasakan emosi di sekitarnya, entah itu senang, sedih, antusias, kecewa, dan sebagainya. Jangan heran jika si kecil mudah menangis saat sedikit saja Ibu menegurnya atau merasa senang hanya karena hal sepele yang Ibu berikan kepadanya. Tapi jangan salah, anak yang perasa ini sesungguhnya menunjukkan bahwa empatinya cukup besar.

    Tips Menghadapi The Sensitive Child:

    Karena perasaannya yang sangat sensitif, Ibu tentu perlu mengajarkan si kecil bagaimana mengelola emosinya agar tidak mudah terbawa arus. Jelaskan saat dalam kondisi tenang bahwa meski menangis bukanlah hal buruk, masih ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan emosinya.

Tipe kepribadian anak di atas tidak selalu menunjukkan bahwa 1 anak hanya memiliki 1 jenis kepribadian. Bisa saja si kecil memiliki kepribadian pemalu sekaligus pemikir, memiliki bakat seni sekaligus sensitif. Meski demikian, biasanya selalu ada kepribadian dominan yang akan terlihat oleh orangtua. Untuk itulah, penting memahami kepribadian anak agar orangtua bisa mengoptimalkan potensi di balik kepribadian anak yang berbeda-beda.

(Dwi Ratih)