Balita

Pentingnya Karakter Resiliensi untuk Masa Depan Si Kecil

Pentingnya Karakter Resiliensi untuk Masa Depan Si Kecil

Serba tidak pasti, itulah kata yang paling menggambarkan kondisi masa depan. Jika kita menilik sebentar ke 5 tahun belakangan ini, kita pasti menyadari kalau perubahan sangat cepat terjadi. Dunia seakan terus bergerak menuju ke arah yang tidak pasti dan ambigu. Itulah tantangan VUCA (Volatility, Uncertain, Complex, Ambiguous) world yang akan dihadapi si kecil nantinya.

Banyaknya ketidakpastian dalam hidup tentu menjadi momok yang menakutkan dan menantang untuk si kecil. Itulah kenapa, kecerdasan dalam bidang akademis saja tidak cukup untuk menyongsong masa depan. Si kecil juga perlu dibekali dengan pengembangan karakter sehingga ia menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan VUCA world.

Mengenal Resiliensi

Bicara tentang pengembangan karakter, ada satu karakter yang dibutuhkan semua anak untuk masa depannya, yaitu resiliensi. Ibu mungkin bertanya-tanya, apa sih sebenarnya resiliensi? Karena memang masih banyak orang tua yang belum familiar dengan karakter penting tersebut.

Di sesi parenting talk show Nutriclub Royal Lounge yang dibawakan oleh Nadya Pramesrani yang merupakan Psikolog Keluarga di Rumah Dandelion dan Celebrity Mama Nadia Mulya pada tanggal 13 Desember 2019 lalu di Pakuwon Mall Surabaya, resiliensi dijelaskan sebagai sebuah kualitas dalam diri seseorang dalam menghadapi kesulitan dan mampu bangkit kembali dari situasi sulit tersebut.

Seseorang yang memiliki karakter resiliensi siap untuk menghadapi emotional emergencies dan mahir serta fleksibel dalam menghadapi tantangan. Wah, siapa coba yang tidak mau memiliki karakter seperti itu?

Karakter Resiliensi Perlu Dilatih Sejak Dini

Sayangnya, karakter resilient bukanlah karakter bawaan lahir yang berasal dari genetik. Karakter ini perlu dipupuk dan diasah sejak dini akan semakin berkembang dan bermanfaat saat si kecil besar nanti.

Lebih lanjut Nadya Pramesrani memaparkan bahwa menurut penelitian dalam 50 tahun terakhir, masa anak-anak usia dini adalah waktu yang paling tepat dalam memahami dan mengembangkan resiliensi.

Hal ini didukung pula oleh Masten & Gewirtz dalam penelitiannya yang dipublikasikan pada tahun 2016. Masten & Gewirtz menjelaskan bahwa dalam 5 tahun pertama kehidupannya, si kecil akan banyak mengembangkan dasar-dasar kepercayaan diri dan sense of competence (keyakinan atas kemampuan dirinya) yang menjadi pondasi dalam menghadapi tantangan-tantangan tumbuh kembangnya. Itulah alasan kenapa karakter resiliensi perlu dilatih sejak dini.

Mengembangkan Resiliensi pada Si Kecil

Jika harus dilatih sejak dini, apa ya yang bisa orang tua lakukan untuk dapat mengembangkan resiliensi pada anak? Masih menurut Masten & Gewirtz, terdapat tiga hal yang perlu kita berikan untuk si kecil, yaitu:

  1. Opportunity for learning

    Ini merupakan kesempatan belajar yang dapat diberikan orang tua untuk anaknya melalui tantangan-tantangan. Saat memberikan tantangan pun, kita harus menyesuaikannya dengan kapasitas dan usia si kecil agar ia tahu batas dirinya sampai mana, kemampuan dirinya sampai mana, dan apa yang ia miliki untuk menghadapi masalah.

  2. Adeque Nutrition

    Nutrisi yang kita berikan untuk si kecil juga memiliki peran penting untuk mengembangkan resiliensinya. Ibu bisa memberikan ASI eksklusif untuk bayi 0-6 bulan menurut anjuran WHO. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI berupa menu lengkap yang terdiri dari lemak, protein, buah, sayur, dan lemak mulai anak usia 6 bulan. Dan tidak lupa asupan susu agar perkembangannya semakin optimal.
    Saat kondisi fisiknya baik berkat nutrisi yang tepat, si kecil dapat menggunakan otak dan kemampuan motoriknya untuk mengembangkan karakter resilient secara maksimal.

  3. Good Quality of Care & Family Support

    Dukungan perhatian yang baik juga diperlukan si kecil untuk berkembang menjadi resilient. Jika Ibu harus bekerja dan tidak bisa berada di rumah sepanjang hari dengan si kecil, Ibu bisa memastikan bahwa pengasuh yang dipercaya  memiliki kualitas baik untuk merawat si kecil. Jangan lupa untuk membekali pengasuh dengan ragam aktivitas yang mengasah otak anak untuk mengisi waktunya selama Ibu sedang tidak ada di rumah.

Jadi selalu pastikan untuk memberikan dukungan yang optimal agar si kecil bisa mengembangkan karakter resilient ya, Bu! Jangan lupa, sebelum melatih anak menjadi resilient, kita sebagai orang tua juga harus punya karakter resilient terlebih dahulu. Yuk kenali resiliensi pada anak lebih jauh lagi di sini.

(Atalya)