Balita

Perbedaan Anak Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Otak, Benarkah?

Perbedaan Anak Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Otak, Benarkah?

Coba sodorkan aneka mainan kepada sejumlah anak dengan gender berbeda, kemudian cermati mainan apa yang mereka pilih. Pada umumnya, Anda akan melihat kebanyakan anak perempuan lebih memilih boneka Barbie dan pernak-pernik lucu berwarna pink, sedangkan anak laki-laki lebih suka main traktor-traktoran atau robot-robotan.

Memang, tidak semua anak laki-laki atau perempuan seperti itu, ya Bun. Banyak juga, kok, anak perempuan yang justru lebih senang bermain alat-alat pertukangan atau mobil-mobilan. Begitu pun sebaliknya, tidak sedikit anak lelaki yang lebih memilih menggendong boneka daripada bermain truk pengangkut pasir atau balapan motor. Namun pada umumnya, kecenderungan anak perempuan bermain boneka dan anak laki-laki pada mainan otomotif lebih besar. Kok bisa begitu, ya?

Bunda, Anda mungkin sudah paham bahwa beberapa perilaku anak adalah hasil dari mempelajari sekitarnya. Dengan kata lain, perilaku anak dibentuk oleh lingkungan, pola asuh, atau pendidikan. Namun tahukah Anda bahwa penelitian menunjukkan otak anak laki-laki dan perempuan berkembang secara berbeda, bahkan sejak sebelum mereka lahir? Itu sebabnya, pola pemikiran mereka pun berbeda. Setidaknya begitulah yang diungkapkan Sheri Berenbaum, profesor psikologi dan pediatrik di Pennsylvania State University.

Menurut Berenbaum, perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan, seperti soal pemilihan mainan yang disebut di atas, bukan sekadar karena perbedaan pola asuh atau pendidikan atas mereka. Lebih jauh lagi, perbedaan itu terletak pada otak mereka. Perbedaan itu bersumber dari perbedaan otak anak laki-laki dan perempuan.

Hmm... apakah benar ada perbedaan perkembangan otak antara anak laki-laki dan perempuan? Menurut Berenbaum, jawabannya ya. Kita tahu bahwa ada perbedaan fisik antara otak anak laki-laki dan perempuan, baik ketika mereka lahir maupun pada saat mereka tumbuh besar. Namun dampak perbedaan tersebut pada perilaku dan karakteristik anak masih menjadi misteri, setidaknya hingga saat ini.

Misalnya, sejumlah ilmuwan mengatakan ada satu daerah di otak yang kemungkinan mendorong anak laki-laki pada hal-hal yang bergerak sementara pada anak perempuan lebih kepada pengasuhan dan sejenisnya. Meski begitu, pendapat ini belum bisa diidentifikasi.

Bagaimana otak anak laki-laki berkembang saat di dalam kandungan? Menurut Margaret M. McCarthy, profesor fisiologi di University of Maryland yang mempelajari perkembangan dini otak, anak laki-laki dalam kandungan seperti mesin testosteron kecil. Bayi laki-laki lahir dengan kadar testosteron sebanyak pria berusia 25 tahun! Setelah lahir, jumlahnya menurun drastis hingga anak tersebut memasuki masa pubertas.

Di antara sekian banyak “tugasnya,” testosteron juga berfungsi membentuk otak anak laki-laki yang sedang berkembang. Para peneliti meyakini bahwa testosteron dapat menurunkan hubungan di antara sel otak pada beberapa area dan meningkatkannya di beberapa area lain sehingga secara alamiah anak laki-laki cenderung lebih baik dalam beberapa hal.

Sementara itu anak perempuan juga menghasilkan testosteron sebelum mereka lahir, namun tidak sebanyak laki-laki, padahal perempuan juga memproduksi hormon wanita seperti estrogen. Itu sebabnya hormon-hormon ini berperan kecil dalam perkembangan otaknya. Dengan kata lain, anak-anak perempuan seharusnya bisa memiliki otak yang sama dengan anak laki-laki jika tidak dibentuk ulang oleh testosteron.

Nah, begitu anak laki-laki maupun perempuan lahir, otak mereka terus mengambil jalan yang berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa area pada otak perempuan berkembang pesat sementara di area lain perkembangan otak laki-laki lebih cepat. Jadi, otak anak laki-laki dan perempuan pada usia yang sama bisa berada dalam tahap perkembangan yang berbeda, meski mereka pada akhirnya bisa saling mengejar.

Ukuran otak anak laki-laki dan perempuan juga bervariasi. Otak laki-laki sedikit lebih besar daripada otak perempuan. Beberapa riset menggambarkan bahwa pada anak perempuan, daerah pada otak yang membantu kontrol bahasa dan emosi (disebut caudate) cenderung lebih besar (bagian dari otak ini menjadi sangat aktif ketika seseorang melihat foto pujaan hatinya).

Beberapa penelitian juga mengindikasikan bahwa bagian corpus callosum (otak tengah yang menjembatani dua sisi otak) pada anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki. Sejumlah ilmuwan beranggapan bahwa ini bisa diartikan bahwa anak perempuan cenderung menggunakan dua sisi otaknya, baik kiri maupun kanan, dalam menyelesaikan permasalahannya.

Meski ada perbedaan struktur otak antara anak laki-laki dan anak perempuan, bukan berarti semua anak laki-laki lebih baik dalam hal-hal tertentu dan anak perempuan pada hal-hal lainnya, lho. Seperti diungkapkan Berenbaum, otak anak muda seperti plastik, sehingga bagaimana perkembangan otaknya tergantung pada bagaimana otak itu digunakan.

Apakah perempuan lebih mudah menangis daripada lelaki karena otak mereka tersusun seperti itu, ataukah otak mereka dibentuk oleh emosi mereka, atau kombinasi keduanya? Belum diketahui secara pasti tentang hal ini.

Masalah otak dan kecenderungan perilaku pada anak laki-laki dan perempuan ini memang masih misterius. Belum lagi, sejumlah anak tidak memiliki stereotipe seperti kebanyakan anak laki-laki maupun perempuan. Misalnya saja, banyak anak perempuan tomboi yang tidak tertarik pada boneka, atau anak laki-laki yang sejak awal lebih banyak melakukan aktivitas “perempuan” seperti masak-masakan.

Bagaimana dengan pola pikir mereka? Apakah anak laki-laki dan perempuan berpikir secara berbeda? Para ilmuwan dari National Institutes of Health menjelaskan hasil uji coba otak atas 500 anak laki-laki dan perempuan yang sehat. Anak-anak ini diminta menjawab beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan kunci perkembangan otak anak muda.

Hasilnya cukup menarik lho, Bunda, di mana pada mayoritas pertanyaan anak laki-laki dan perempuan menunjukkan kemampuan yang sepadan. Mereka sama-sama kompeten dalam bidang matematika sehingga para pakar meyakini jika ada gap dalam kemampuan matematika mereka saat dewasa, itu adalah produk budaya, bukan karena faktor biologis.

Hasil penelitian itu juga mengungkapkan bahwa anak perempuan lebih baik dalam menghapal dan membaca deretan kata-kata. Mereka juga sedikit lebih unggul dalam tugas yang membutuhkan ketangkasan atau pemikiran cepat. Sedangkan anak laki-laki cenderung lebih baik dalam tugas-tugas spasial, seperti menyusun balok atau membuat pola.

Terlepas dari semuanya, otak itu fleksibel. Anak-anak membangun hubungan antara sel otak,  penemuan hal-hal baru, dan pengasahan kemampuan baru pada saat mereka membaca, mendengarkan, menonton, dan belajar.

Anak perempuan yang sangat suka boneka bulan ini, bisa jadi melirik permainan lain seperti mainan konstruksi atau balok bulan depan. Bahkan meskipun dia tidak pernah tertarik pada mobil-mobilan sebelumnya, bisa jadi dia sangat menikmati permainan beroda lainnya seperti sepeda, dan ketika besar dia justru lebih bisa membetulkan mesin-mesin kendaraan dibandingkan saudara laki-lakinya, misalnya.

Begitu pula pada anak laki-laki, meski semasa kecil dia tidak pernah bermain minum teh bersama boneka, seperti dilakukan kebanyakan anak perempuan, namun dia mungkin piawai merawat hewan peliharaannya. Dan ketika dewasa (menikah dan punya anak), bisa jadi anak laki-laki ini justru sangat baik merawat anaknya.   


(Dini)