Balita

Pusing Menghadapi Anak yang Suka Berteriak? Ini Dia Solusinya!

Pusing Menghadapi Anak yang Suka Berteriak? Ini Dia Solusinya!

Salah satu hal yang paling membuat orang tua menjadi kesal adalah ketika sang buah hati berteriak dengan suara melengking. Baik itu di dalam rumah maupun di tempat umum, si kecil bisa tiba-tiba menjerit histeris karena alasan sepele (misalnya karena ia tidak suka pipinya dicubit) dan membuat Bunda kelimpungan. Aduh, rasanya pasti malu kesal, dan ingin agar sang buah hati cepat-cepat tenang kembali!

Hmm, tahukah Bunda kalau anak yang menjerit itu tak semata hanya ingin membuat Anda kesal melainkan lantaran anak penasaran pada suaranya sendiri? Yup, anak kecil memang hobi sekali melakukan eksperimen dengan tubuhnya, salah satunya adalah menikmati gema yang ditimbulkan saat seseorang berteriak sekencang mungkin.

Roni Leiderman, dekan Pusat Keluarga dari Universtas Nova Southeastern di Fort Lauderdale Florida menyatakan bahwa apabila perilaku berteriak tersebut semakin sering dilakukan, maka anak pun akan memahami efek dari tindakannya. Dengan berteriak, si kecil sadar bahwa ia bisa mendapatkan perhatian Bunda dengan cepat. Beberapa anak memang menjadikan teriakan sebagai ungkapan lain dari, "Bunda, ayo lihat aku!" saat hendak memanggil Anda. Selain itu, teriakan anak juga dapat bermakna rasa frustasi ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang ia mau. Misalnya, ketika Bunda menolak memberikan permen atau biskuit, anak akan berteriak kencang seakan mengatakan, "Pokoknya aku mau permen, pokoknya aku mau sekarang!"

Duh, kalau anak sudah mulai rewel begitu, para Ibu sekalian biasanya langsung kesal dan berbalik memarahi atau malah memberikan apa yang si kecil mau. Hmm, memang apa sih yang sebaiknya Bunda lakukan?

Well, balik berteriak pada anak dan menyuruhnya untuk menurunkan nada suaranya tentu tidak akan menyelesaikan masalah! Justru, cara itu akan menjadi boomerang bagi Bunda. Saat Anda berteriak balik, si kecil akan menganggapnya sebagai suatu tantangan dan berusaha semakin meninggikan suaranya. Oleh karena itu, metode terbaik adalah dengan sesegera mungkin menghindari situasi 'panas' tersebut dan berusaha mengalihkan perhatian anak ketika ia berteriak. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan oleh Bunda, yuk disimak!

Ajak anak ke toko atau rumah makan yang ramai. Saat membawa serta si kecil untuk makan di luar, pastikan Bunda menjauhi tempat yang sepi dan formal. Pilihlah tempat-tempat seperti restoran keluarga. Gunanya adalah agar rasa malu Bunda dapat sedikit berkurang saat sang buah hati tiba-tiba berteriak di depan umum. Kalau di restoran itu ada banyak anak kecil, maka orang tua di sekitar Anda akan merasa lebih maklum.

Pastikan anak dalam kondisi perut terisi, tidak menahan buang air, dan cukup tidur sebelum diajak keluar rumah. Yup, jangan pernah mengajak anak yang tampak mengantuk dan kelaparan untuk berbelanja di swalayan kalau tidak ingin si kecil rewel sepanjang jalan! Nasehat ini terkesan sangat sederhana, tapi dampaknya besar lho, Bun. Coba bayangkan jika Anda sedang ngantuk-ngantuknya tapi disuruh menyetir mobil untuk jarak jauh, pasti sebal kan? Nah, kira-kira perasaan itu lah yang juga dialami si kecil saat Anda ajak keluar rumah dalam kondisi lelah dan perut kosong.

Minta anak menggunakan suara pelan. Kalau sang buah hati menjerit kesenangan karena ia mendapatkan hadiah atau melihat Coboy Junior muncul di Televisi, maka bertahanlah sejenak dan usahakan untuk tidak mengomentari sikapnya. Namun, kalau si kecil terus menerus menjerit dan membuat kepala Bunda serasa mau meledak, baru deh bilang padanya untuk mengecilkan suara. Coba katakan dengan suara pelan, "Nak, jangan bersuara terlalu keras, Bunda pusing!". Karena suara yang Anda keluarkan pelan, pasti mau tidak mau ia berhenti menjerit untuk mendengarkan perkataan Bunda.

Pahami perasaan si kecil. Kalau anak berteriak karena menginginkan perhatian Bunda, maka tanyakan pada diri Anda apakah maksud di balik jeritan sang buah hati. Misalnya saja, anak berteriak dalam kondisi sedang berbelanja di pasar tradisional yang penuh sesak. Bisa jadi si kecil merasa tidak tahan atau pusing berada dalam kumpulan orang banyak dan memohon agar Bunda segera mengajaknya pergi dengan cara menjerit frustasi. Kalau memang itu alasannya, maka segera selesaikan belanjaan Bunda dan tinggalkan pasar secepatnya. Lain kali pilihlah toko atau supermarket yang lebih sepi. Lalu, perlahan ajak ia ke tempat yang lumayan ramai sebagai latihan agar ia mulai terbiasa dengan keberadaan orang banyak.

Bagaimana jika anak berteriak karena ia merasa bosan? Misalnya saja si kecil menjerit saat sedang mengantri panggilan di klinik dokter gigi. Wajar sih jika anak mulai gelisah, bosan, dan ingin segera menggerakkan tubuh dengan bebas alih-alih duduk diam di satu tempat dalam waktu lama. Kalau anak mulai berulah, jangan marahi dia ya, Bun. Katakan padanya bahwa Anda tahu kalau ia merasa bosan dan ingin segera pulang ke rumah. Namun, Anda masih harus menunggu selama beberapa menit lagi dan si kecil haruslah bersabar sebentar lagi. Nah, dengan mengakui apa yang dirasakan oleh anak, perlahan-lahan sang buah hati akan belajar untuk mengungkapkan rasa frustasinya melalui ucapan bukannya jeritan.

Lalu, bagaimana jika anak berteriak karena Bunda tidak memberikannya biskuit coklat? Well, cara terbaik adalah tetap teguh pendirian dan jangan tergoda untuk memberikan biskuit itu! Bersikap lunak hanya akan membuat anak merasa menang dan menjadikan jeritan sebagai solusi saat ia tidak mendapatkan apa yang ia mau.

Ingin agar anak tenang? Beri dia kesibukan! Ini solusi bagus bagi Bunda yang gemar mengajak anak berbelanja di mall. Saat Bunda sedang mendorong troli, buat anak sibuk dengan menyuruhnya mengambil barang-barang di rak. Atau, ajak dia bernyanyi dan bermain bersama. Misalnya, saat Bunda sedang mencari buah pisang, beri anak suatu kuis sederhana yang harus dia pecahkan seperti, "Bunda sedang mencari sesuatu. Warnanya kuning, bentuknya panjang, monyet pasti suka!". Beri waktu agar ia berpikir lalu suruh ia menunjukkan letak benda tersebut. Dengan membuat si kecil sibuk, ia akan lupa betapa membosankannya kegiatan berbelanja bersama Bunda.

Malu karena dilihat orang banyak saat anak menjerit di tempat umum? Cuekin saja, yuk! Haha, mengabaikan pandangan sinis dan bisik-bisik kesal orang di sekitar saat anak menjerit memang bukan hal mudah. Tapi percayalah, jauh lebih susah untuk bertahan menuruti kemauan anak. Apakah hanya karena malu menjadi tontonan orang, maka Bunda asal saja memberikan apa pun yang dimaui anak asalkan ia diam? Kalau begitu sih, bisa dipastikan kejadian 'anak menjerit di depan umum' akan terulang terus di kemudian hari. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah bersikap tegas dan masa bodoh dengan pandangan sinis orang lain. Saat si kecil menjerit, lebih baik Bunda angkat dan bawa dia ke tempat sepi lalu minta agar sang buah hati menenangkan dirinya sendiri.


(Yusrina)