Ibupedia

Seliak, Alergi Gandum, dan Sensitivitas Gluten: Bahaya Yang Mengancam Anak

Seliak, Alergi Gandum, dan Sensitivitas Gluten: Bahaya Yang Mengancam Anak
Seliak, Alergi Gandum, dan Sensitivitas Gluten: Bahaya Yang Mengancam Anak

Kadang membingungkan untuk membedakan penyakit seliak, sensitivitas gluten, dan alergi gandum karena ketiganya berkaitan dengan intoleransi pada protein gandum dan banyak gejala yang mirip. Tapi tiga kondisi ini tidak sama dan didiagnosa serta ditangani dengan cara yang berbeda. Yuk kita kenali satu per satu, agar ancaman kesehatan ini tidak membahayakan anak.

Penyakit Seliak

Penyakit seliak adalah gangguan kekebalan yang mempengaruhi saluran pencernaan. Bila anak menderita penyakit seliak, sistem kekebalan tubuhnya bereaksi terhadap gluten (protein yang ada pada gandum dan tepung) dengan menyerang lapisan usus halus. Sebagai akibatnya, tubuh tidak bisa menyerap nutrisi dari makanan yang melewati usus halus yang rusak, dan anak menjadi kekurangan gizi.

Gejala penyakit seliak bisa muncul paling awal saat usia anak 6 bulan, setelah Anda mulai memperkenalkan makanan padat yang mengandung gluten. Tapi anak kecil jarang mengalami gejala dan kebanyakan tidak terdiagnosa hingga akhir masa kanak-kanak, sering kali setelah usia 10 tahun. Gejalanya bervariasi dari satu anak ke anak lain, dan bisa berupa diare kronis, nyeri perut, kembung, konstipasi, feses yang berminyak dan berbau tidak biasa, gas, muntah, penurunan berat badan atau kesulitan menambah berat badan, serta keterlambatan pertumbuhan. Tapi ada beberapa anak yang tidak menunjukkan gejala sama sekali lho Bun.

Bila anak Anda terdiagnosa penyakit seliak, Anda perlu memastikan ia menghindari semua makanan yang mengandung gluten. Sayangnya, penyakit ini tidak bisa hilang, anak perlu menjalani pola makan bebas gluten seumur hidupnya. Tapi setelah tidak ada lagi gluten, gejala mulai menghilang, dan usus halusnya akan sembuh dalam beberapa bulan.

Sekitar 3 hingga 13 anak dari 1000 anak menderita penyakit seliak. Para ilmuwan meyakini penyakit ini semakin umum terjadi. Penyakit seliak biasanya menurun dari keluarga, jadi orang tua dan saudara kandung dari anak yang terdiagnosa perlu dites juga.

Bila dibiarkan tanpa pengobatan, anak dengan penyakit seliak bisa mengalami komplikasi seperti anemia karena kekurangan zat besi, kekurangan gizi, tulang lemah, dan postur pendek. Ada kemungkinan lebih besar anak mengalami gangguan kekebalan lain seperti diabetes tipe 1 dan penyakit Hashimoto. Juga ada risiko lebih besar mengalami kanker pencernaan.

Orang dengan penyakit genetik tertentu seperti Down sindrom, sindrom Turner, dan sindrom William lebih beresiko mengalami penyakit seliak. Penyakit seliak merupakan kondisi serius, tapi gangguan kekebalan ini bisa diobati. Selama anak benar-benar menghindari gluten, ia tidak akan mengalami gejala apapun atau kerusakan pada usus halusnya.

Alergi Gandum

Alergi gandum melibatkan bagian sistem kekebalan yang berbeda. Bila anak mengalami alergi gandum, sistem kekebalan tubuh mengidentifikasi protein gandum sebagai penyebab alergi. Kapan pun anak makan makanan atau menghirup unsur yang mengandung gandum, ia mengalami reaksi alergi yang menyebabkan tubuhnya melepas histamin. Akan muncul gejala alergi makanan klasik seperti bintik, bengkak atau gatal pada bibir, ruam, nafas berbunyi, diare, mual, dan muntah. Gejala bisa muncul dalam hitungan menit atau jam, dan pada beberapa kasus, dapat dengan cepat mengancam keselamatan.

Tidak seperti anak dengan penyakit seliak, banyak anak dengan alergi gandum bisa menerima jenis tepung lain. Jadi sedikit lebih mudah untuk mengikuti pola makan bebas gandum dibanding pola makan bebas gluten. Seperti penyakit seliak, alergi gandum menurun dari keluarga, tapi kebanyakan hilang pada saat anak berumur 18 tahun. Kurang dari 1 persen anak mengalami alergi gandum.

Sensitivitas Gluten

Sensitivitas gluten juga dikenal sebagai sensitivitas gluten non-seliak atau intoleransi gluten, bukan alergi makanan atau penyakit kekebalan. Peneliti baru mulai mempelajari tentang kondisi yang baru dikenali ini, yang bisa terjadi hingga 6 persen populasi. Orang dengan sensitivitas gluten memiliki gejala yang mirip dengan penderita penyakit seliak, dan gejala akan membaik ketika diterapkan pola makan bebas gluten.

Tapi tidak seperti pasien seliak, orang dengan sensitivitas gluten terlihat tidak mengalami masalah untuk menyerap nutrisi dan tidak mengalami kerusakan pada usus halus. Sejauh ini ilmuwan tidak menemukan keterkaitan antara sensitivitas gluten dengan gangguan kekebalan atau kanker usus.

Setelah makan makanan yang mengandung gluten, anak dengan sensitivitas gluten bisa mengalami beberapa gejala yang sama seperti anak dengan penyakit seliak, seperti perut sakit, diare atau konstipasi, dan kembung, tapi juga bisa muncul gejala lain seperti lemah, sakit kepala, dan sakit persendian.

Sensitivitas gluten tidak bersifat genetik. Masih belum jelas apakah gluten jadi penyebab sensitivitas gluten atau merupakan reaksi pada komponen gula atau zat kimia yang ditemukan pada gandum. Tidak ada tes untuk sensitivitas gluten. Dokter akan mendiagnosa sensitivitas gluten bila tidak muncul diagnosa penyakit seliak atau alergi gandum.

Penanganan Untuk Penyakit Seliak, Alergi Gandum, dan Sensitivitas Gluten

Anak perlu dievaluasi oleh dokter. Ada perbedaan besar dalam bagaimana ketiga kondisi ini terjadi dan ditangani, jadi penting untuk tahu pasti apa yang sedang Anda hadapi. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, mengajukan pertanyaan tentang gejala dan riwayat medis keluarga, dan bisa melakukan tes darah. Untuk mendapat hasil tes darah yang akurat, pastikan anak terus makan yang biasa ia makan. Jangan batasi makanan yang mengandung gluten atau gandum kecuali dokter memintanya.
Bunda, jika dokter menduga anak mengalami alergi gandum, ia akan memberi rujukan ke spesialis alergi, yang akan melakukan tes prick skin serta tes darah. Anak akan diminta makan sejumlah gandum di bawah supervisi medis dan diamati reaksi alerginya.

Bila dokter menduga ada masalah gluten, ia akan memberi rujukan ke gastroenterologist. Spesialis ini bisa melakukan tes darah dan melakukan endoscopy dengan memasukkan tabung kecil melalui mulut dan perut ke usus halus dan mengambil sampel jaringan kecil. Bila sampel menunjukkan ada kerusakan pada usus halus, anak akan didiagnosa penyakit seliak.

Sensitivitas gluten lebih sulit didiagnosa. Tidak ada tes yang bisa membuktikan penyakit ini. Bila anak menunjukkan gejala yang menunjukkan masalah gluten, dokter akan menyarankan pola makan bebas gluten.

Pola Makan Bebas Gluten

Untuk banyak keluarga, gaya hidup bebas gluten adalah sebuah perubahan besar. Berbelanja, mengatur makanan bebas gluten, dan makan di luar rumah bisa terasa menakutkan, tapi ada panduan yang memudahkan para orang tua kok.

Berkonsultasilah dengan dokter dan ahli diet untuk membuat perencanaan makan sebelum melakukan perubahan pada pola makan anak. Pola makan bebas gluten kian populer, tapi hanya karena makanan tidak mengandung gluten, tidak berarti sehat.

Penting untuk memastikan anak tidak kekurangan nutrisi yang penting. Ahli diet bisa membantu membuat perencanaan makan yang bernutrisi yang sesuai anggaran dan gaya hidup, dan juga memberi resep dan saran untuk pengganti makanan favorit anak Anda.

Tujuannya adalah menjauhi gandum juga bahan tambahan yang bisa mengandung gluten. Kebanyakan pasta, pizza, biskuit, sereal, dan roti, dibuat dari gluten. Belajarlah membaca label makanan. Ketika berbelanja, periksa bahan pembuat produk dan hindari produk yang menyertakan kandungan gluten.

(Ismawati)