Penerapan disiplin pada anak merupakan salah satu tantangan terberat bagi orangtua. Saat dihadapkan pada soal mendisiplinkan batita, anak prasekolah, atau anak yang lebih besar, Anda akan menoleh ke belakang dan mengingat kembali bahwa ternyata masalah susah makan dan tidur yang terjadi pada anak Anda dahulu tidak pernah seberat penerapan disiplin ini.
Penanaman disiplin hanyalah masalah cara menemukan filosofi yang sesuai dengan gaya kepribadian Anda. Tapi bagaimana cara untuk menentukannya? Anda sebenarnya bisa memilih lebih dari satu gaya disiplin. Mulailah mempelajari beberapa kategori umum tentang filosofi disiplin. Satu teori disiplin bisa berbeda dengan teori disiplin lainnya.
Satu ahli menyarankan time-out berlangsung selama jumlah usia anak Anda, sementara yang lainnya mengatakan anak Anda yang memutuskan berapa lama time-out berlangsung. Satu buku manginstruksikan Anda untuk dengan tegas mengatakan pada anak “Tidak boleh memukul.” Sedang buku lain melarang penggunaan kata negatif seperti “tidak” dan “jangan.” Satu penulis mendukung penggunaan penghargaan pada penerapan disiplin anak sementara yang lain mengatakan penghargaan sama dengan menyuap.
Saran-saran di atas bisa jadi membingungkan Anda, tapi ini juga sekaligus membuktikan tidak ada cara disiplin yang tepat. Andalah yang menjadi ahli sebenarnya untuk menentukan mana teori yang berhasil untuk Anda dan si kecil. Saran para professional memang dibutuhkan tapi perlu disesuaikan dengan intuisi Anda. Coba lihat kategori pendekatan disiplin berikut ini dan tentukan mana yang sesuai untuk Anda:
Model Disiplin Modifikasi Perilaku
Penguatan positif membantu anak meningkatkan perilaku baik dan penguatan negatif membantunya mengurangi perilaku buruk. Pendekatan ini mirip dengan model disiplin berdasarkan batasan dalam hal menekankan batasan yang jelas dan mendukungnya dengan memberi konsekuensi. Tapi di modifikasi perilaku, ada penekanan lebih pada peringatan dan penghargaan.
Gunakan peringatan untuk membantu anak Anda bertanggung jawab dengan menghentikan perilaku buruknya. Misalnya, jangan terpancing untuk bertengkar jika ia berdebat dengan Anda karena Anda memintanya tidak makan kue sebelum makan malam. Minta ia berhenti berargumen, dan itu merupakan peringatan pertama. Jika ia tetap tidak mendengarkan Anda, beri peringatan kedua. Jika ia tidak mau berhenti juga, dengan tenang minta ia melakukan time-out singkat untuk beberapa menit.
Penghargaan memotivasi anak untuk berlaku baik. Bentuk penghargaan bisa berupa pujian dari orangtua. Anda bisa juga membuat grafik dengan hadiah yang lebih seru. Jika setiap pagi ia siap tepat waktu untuk pergi ke tempat penitipan, ia akan mendapat satu bintang pada grafiknya. Jika ia berhasil mengumpulkan 5 bintang, ia akan mendapat hadiah istimewa dari Anda.
Model Disiplin Berdasarkan Batasan
Anak-anak memerlukan batasan untuk merasa aman. Mereka akan mencari tahu dimana batasan untuk perilaku yang mereka perbuat. Misalnya seorang batita yang merasa penasaran, “Apa ya yang akan terjadi bila aku melemparkan sendok?” Lalu ia menjatuhkan sendoknya ke lantai. “Hmm… ternyata tidak ada reaksi, bagaimana kalo aku melempar piring makanku?” Anak yang lebih besar mungkin menguji batasan perilakunya dengan meninggalkan pensil warnanya berceceran di karpet atau berlama-lama bersiap di pagi hari.
Dengan jelas komunikasikan batasan Anda, misalnya dengan mengatakan, “Tolong kembalikan barang-barang di tas Bunda ya kalo kamu sudah selesai melihat-lihatnya.” Jika ini tidak berhasil, ikuti dengan konsekuensi. Buat konsekuensi yang logis dan sesuai dengan perilakunya. Contohnya jika anak Anda meninggalkan dompet, sisir, serta kunci berserakan di ruang keluarga, ia tidak boleh mengacak-acak isi dompet Anda untuk sementara waktu. Gunakan konsekuensi yang bersifat natural. Misalnya, jika anak Anda lupa membawa pulang kotak makannya, jangan langsung mengambilnya di sekolah. Biarkan ia mendapatkan konsekuensinya, mungkin dengan membawa bekal tanpa kotak makan keesokan harinya.
Sediakan pilihan yang terbatas saat anak Anda membunyikan piano mainannya dengan suara keras. Sakit kepala yang luar biasa membuat Anda meminta baik-baik padanya untuk mematikan pianonya. Jika ia mengabaikan permintaan Anda, beri ia pilihan dengan mengatakan, “Kakak mau berhenti bermain piano atau Bunda ambil pianonya supaya Kakak gak bisa main lagi sampe besok?”
Model Disiplin Lemah Lembut
Anak tidak dapat belajar banyak tentang berperilaku saat mereka berteriak dan manangis. Si kecil dan Anda akan mendapat keuntungan besar dari teknik pencegahan, yaitu strategi yang digunakan untuk mengurangi kesempatan berperilaku tidak baik. Misalnya, tawarkan pilihan untuk memberinya rasa menguasai, seperti “Kamu mau pakai piyama merah atau biru?” Beri peringatan padanya sebelum terjadi transisi dengan mengatakan, “Kak, kita akan pergi dari taman bermain ini 5 menit lagi ya.”
Gunakan permintaan dengan cara yang positif, misalnya dengan berkata, “Tolong gunakan suara normal ya, Kak.” Hindari kata seperti, “Jangan merengek.” Pergunakan kata “kalau” dan “lalu.” Hindari penggunaan kata “tidak” atau “jangan.” Jadi Anda bisa katakan, “Kalo kakak sudah selesai makan siang, lalu kakak boleh main keluar.” Saat perilaku tidak baik terjadi, lihat apakah ada masalah penyebabnya seperti kelelahan, rasa bosan, atau kelaparan. Perilaku tidak baik si kecil akan menghilang jika Anda jeli melihat apa yang ia butuhkan.
Model Disiplin Melatih Emosi
Saat anak bisa mengenali dan memahami perasaan mereka sendiri, mereka akan membuat keputusan yang lebih baik. Anda bisa mengajarkan anak melakukan hal ini, dan ini membantunya menguatkan ikatan antara Anda berdua. Ketahui lebih dulu standar Anda mengenai perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima.
Bicarakan pada anak Anda mengenai perasaan yang mungkin ia alami pada situasi tertentu. Misalnya, jika ia dikenal suka memukul temannya lalu beberapa anak datang bermain di rumah. Anda bisa jelaskan bahwa jika ia mulai merasa terganggu, ia bisa berdiam diri di kamar. Tapi memukul anak lain bukan tindakan yang diperbolehkan.
Pelajari kemampuan Anda untuk berempati. Ini artinya Anda menempatkan diri pada posisi si anak. Coba cari tahu apakah perasaan sesungguhnya di belakang perilaku buruknya. Jika anak merasa dimengerti, ia akan mempercayai Anda. Ia akan lebih mudah mengerti bila Anda mengatakan ia tidak boleh membeli permen setiap kali melihatnya. Karena terlalu banyak permen tidak baik untuk tubuhnya.
Model Disiplin Positif
Anak berperilaku baik ketika mereka merasa termotivasi dan mempunyai rasa memiliki. Sedangkan perilaku tidak baik terjadi ketika mereka merasa tidak termotivasi. Bicaralah pada anak Anda dan coba cari tahu apa penyebab perilaku tidak baiknya. Misalnya, anak Anda yang berusia 3 tahun tidak mau membawa piring kotornya ke dapur. Apakah ia takut piring akan terjatuh dan pecah? Atau apakah ia sedang berusaha mencari perhatian?
Saat Anda mengetahui alasannya, berikan motivasi dan coba temukan solusinya. Ketika ia tidak mau membawa piringnya karena merasa tidak bisa, Anda dapat membujuknya dengan mengatakan, “Selesai makan kita perlu membersihkan meja makan, nih Kak. Bagaimana ya cara melakukannya?”
Pada disiplin positif, perilaku tidak baik dilihat sebagai kesempatan untuk belajar. Anak secara aktif diikutsertakan dalam mencari solusi. Misalnya, jika anak usia 8 tahun Anda menumpahkan soda di kursi, solusinya adalah dengan membersihkannya menggunakan alat pembersih. Ia mungkin menyukai kegiatan ini, tapi bukan berarti ia dapat terus menumpahkan soda di kursi agar dapat menggunakan alat pembersih. Artinya ia harus belajar bertanggungjawab atas kesalahan yang diperbuatnya.
(Ismawati)