Balita

Waspada Jika Testis Bayi Tidak Turun Ke Kantongnya!

Waspada Jika Testis Bayi Tidak Turun Ke Kantongnya!

Ketika bayi laki-laki tumbuh di dalam rahim ibu, testisnya biasanya terbentuk di dalam perut dan bergerak ke bawah ke skortum setelah lahir. Testis yang tidak turun juga dikenal dengan istilah cryptorchidism, merupakan kondisi dimana buah zakar tetap berada di atas, di perut, atau pangkal paha, bukan bergerak ke bawah menuju skortum saat bayi dilahirkan. Ini bukan hal yang aneh pada bayi laki-laki kok Bun, terutama yang lahir prematur, dengan satu atau dua testis tidak turun. Karena testis mulai turun ke skortum sekitar 8 minggu sebelum lahir, sehingga kondisi ini lebih umum terjadi pada bayi prematur. Tapi sekitar 1 dari 30 bayi yang dilahirkan tidak prematur juga mengalami kondisi ini.

Bila bayi Anda mengalami cryptorchidism, skortumnya akan terlihat lebh kecil dari normal dan tidak simetris. Dokter akan memeriksa alat vital bayi untuk memastikan kedua testis turun ke skortum atau setidaknya menuju saluran di atasnya. Jika tidak atau belum turun dalam 3 bulan, anak harus bertemu dokter spesialis.

Penyebab Testis Tidak Turun Pada Bayi

Tak ada yang tahu penyebab testis yang tidak turun. Ada kemungkinan dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormonal pada ibu yang menyebabkan testis tersembunyi, atau bayi mengalami respon tak wajar terhadap hormon ibu. Kadang pertumbuhan rambut menahan jalan testis, atau otot yang membantu membawa testis turun tidak bekerja dengan baik.

Untungnya, kondisi ini akan membaik dengan sendirinya dalam satu tahun pada sekitar dua pertiga jumlah kasus yang terjadi. Jika kedua testis belum turun di saat anak berumur satu tahun, anak membutuhkan penanganan sebelum berumur 2 tahun. Ada dua cara untuk mengatasi masalah ini:

  • Pembedahan bisa memperbaiki kondisi ini, dengan menurunkan testis jika tidak merespon pengobatan dengan hormon. Misalnya bila lapisan rambut menahan testis turun ke skortum, lapisan harus diangkat melalui bedah. Jika persendian yang mendukung testis terlalu pendek, bisa diperpanjang. Kadang saat pembedahan, dokter akan memutuskan apakah persendian pada anak akan dibiarkan tumbuh lebih panjang secara alami atau harus diperpanjang lewat pembedahan.
    Anak yang testisnya tidak turun juga sering mengalami Inguinal hernia. Inguinal hernia adalah kondisi yang terjadi di area pangkal paha di mana lemak atau lapisan usus mendorong ke saluarn inguinal. Saluran inguinal berada di dasar perut dan tertutup. Pada anak laki-laki, testis akan turun melalui saluran ini segera setelah lahir. Ketika ada hernia pada saluran ini, hasilnya adalah tonjolan yang menyebabkan sakit ketika bergerak. Banyak orang tidak mengobati hernia jenis ini karena tidak mengakibatkan gejala apapun. Penanganan medis yang dini bisa mencegah benjolan dan rasa tidak nyaman.

  • Terapi hormon, untuk menstimulasi testis agar memproduksi lebih banyak testosteron. Pada prosedur ini, dokter melakukan suntik gonadotropin dua kali dalam seminggu. Gonadotropin  adalah hormon yang menstimulasi kematangan testis agar turun dalam beberapa minggu. Pengobatan ini efektif sekitar 20 persen dari semua kasus, bila terapi hormon tidak berhasil, dokter akan mengambil jalan pembedahan.

Prosedur Pengecekan Testis Pada Bayi

Dokter biasanya mendiagnosa cryptorchidism selama pemeriksaan fisik saat lahir atau chekup setelahnya. Sebanyak 7 dari 10 bayi laki-laki dengan testis tidak turun, bisa teraba saat pemeriksaan oleh spesialis. Pada 3 dari 10 anak, testis tidak berada di tempat yang bisa teraba, dan terlihat hilang. Pada beberapa kasus ini, testis bisa berada di dalam perut. Pada beberapa anak dengan testis yang tidak teraba, testis tidak terlihat karena hilang ketika bayi berada di dalam rahim.

Pada beberapa anak, testis terlihat di luar skortum. Beberapa anak ini mengalami kondisi yang dikenal dengan retractile testes. Ini merupakan kondisi normal dimana testis terletak di skortum tapi sementara waktu tertarik ke pangkal paha. Retractile testicle tidak memerlukan pengobatan, karena ini adalah kondisi yang normal, tapi membutuhkan pemeriksaan oleh spesialis untuk membedakannya dari testis yang tidak turun.

Pengobatan Untuk Bayi yang Testisnya Tidak Turun

Bila testis bayi tidak juga turun dengan sendirinya dalam 6 bulan usia anak, harus dilakukan evaluasi dan pengobatan oleh spesialis jika kondisinya memungkinkan, biasanya berupa pembedahan untuk memperbaiki posisi testis di skortum. Pengobatan dibutuhkan karena beberapa alasan:

  • Testis yang tidak turun beresiko tinggi berkembang menjadi tumor dibanding testis yang turun secara normal.

  • Semakin tinggi suhu tubuh bisa menghambat perkembangan normal testis, yang bisa mengganggu produksi normal sperma di testis yang tidak turun di masa mendatang, dan bisa memicu masalah kesuburan.

  • Testis yang tidak turun lebih rentan cedera atau terpelintir.

  • Skortum yang tidak simetris atau kosong bisa membuat anak cemas dan malu.

Pada pembedahan, prosedurnya bisa berupa orchiopexy, dimana dibuat potongan kecil pada pangkal paha dan testis diturunkan ke skortum yang menjadi tempat yang seharusnya. Dokter biasanya melakukan ini tanpa perlu mengharuskan pasien tinggal di rumah sakit, dan anak bisa sembuh sepenuhnya dalam satu minggu.
Jika cryptorchidism dibiarkan lebih dari dua tahun, testis tidak bisa matang secara normal bila tidak berada di dalam skortum. Testis yang tidak turun bisa meningkatkan resiko anak mengalami kanker testis dan masalah kesuburan nantinya. Pada kasus yang jarang, testis yang tidak turun bisa terbelit, menahan aliran darah dan menyebabkan rasa sakit pada pangkal paha atau skortum.

Kebanyakan dokter meyakini kalau anak laki-laki yang satu testisnya tidak turun akan memiliki kesuburan dan fungsi testis yang normal-normal saja saat dewasa nanti. Lain halnya dengan anak yang dua testisnya tidak turun, mereka lebih beresiko mengalami masalah kesuburan.

Disarankan semua anak laki-laki yang mengalami testis tidak turun menjalani evaluasi lanjutan setelah beberapa tahun pasca pembedahan perbaikan posisi testis. Penting bagi semua anak laki-laki, termasuk mereka yang testisnya sudah turun, untuk belajar memeriksa sendiri testisnya ketika remaja agar bisa mendeteksi munculnya bengkak atau benjolan yang kemungkinan menjadi tanda untuk masalah medis tertentu.

(Ismawati)