Ibupedia

Cairan Ketuban Sedikit, Mengapa?

Cairan Ketuban Sedikit, Mengapa?
Cairan Ketuban Sedikit, Mengapa?

Cairan ketuban memegang peranan penting bagi perkembangan buah hati dalam kandungan. Cairan yang berada di dalam kantung amnion (ketuban) ini dapat melindungi bayi dari segala macam trauma (sepeti ketika Anda terjatuh atau terguling), mencegah infeksi, menjaga temperatur rahim agar bayi tetap hangat, dan melindungi tali pusat dari tekanan yang berakibat suplai oksigen untuk bayi berkurang.

Di samping itu, cairan ketuban juga berfungsi untuk memudahkan bayi bergerak sehingga otot-otot dan tulang-tulangnya berkembang sebagaimana mestinya. Lainnya, cairan ketuban dapat membantu perkembangan sistem pencernaan dan pernapasan karena bayi menelan cairan ketuban dan mengeluarkan urine serta menghirup dan melepaskannya kembali melalui paru-paru.

Nah, cairan ketuban ini volumenya tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, lho, Bunda. Harus pas. Sebab, jika terlalu banyak atau terlalu sedikit, dikhawatirkan akan menimbulkan masalah, baik untuk kandungan maupun Bunda sendiri.

Dalam keadaan normal, volume air ketuban terus bertambah hingga awal trimester ketiga. Pada puncak kehamilan, ketika usia kandungan memasuki 34-36 minggu, volume air ketuban Anda mencapai 1-1,5 liter. Setelah itu, secara bertahap jumlahnya berkurang hingga Anda melahirkan.

Jika cairan ketuban berlebih, maka kondisi itu disebut polihidramnion.  Sedangkan jika cairan itu terlalu sedikit, maka itu berarti Anda mengalami kondisi oligohidramnion. Keduanya dapat membahayakan Anda dan janin Anda. Polihidramnion dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, kelahiran mati (stillbirth), dan meningkatkan risiko kelahiran prematur. Sementara oligohidramnion dapat menjadi pencetus komplikasi saat persalinan kelak.

Kondisi oligohidramnion biasanya terjadi pada trimester ketiga. Semakin lama masalah ini baru diketahui, semakin Anda harus waspada. Mengapa oligohidramnion bisa terjadi? Ada berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya kondisi ini. Di antaranya pecah ketuban dini, akibat konsumsi obat-obatan yang kurang tepat, masalah kesehatan si bayi, hingga masalah pada plasenta Anda.

Apakah kondisi air ketuban sedikit banyak dialami bumil? Tidak terlalu, Bunda. Oligohidramnion terjadi pada sekitar 8% bumil, yang biasanya ditandai dengan sensasi basah pada celana dalam yang diakibatkan oleh merembesnya cairan ketuban. Kondisi ini tidak dapat dicegah, karena terjadi begitu saja, namun jika Anda rajin melakukan pemeriksaan ke dokter atau bidan, kondisi kurangnya cairan ketuban ini dapat segera terdeteksi dan tertangani dengan baik.

Penyebab Oligohidramnion

1. Kantung ketuban pecah atau sobek

Jika air ketuban pecah dini, Anda berisiko infeksi jika tidak segera melakukan persalinan. Dengan kondisi seperti ini, dokter atau bidan biasanya akan menyarankan induksi, tentu setelah melakukan pemeriksaan dan melihat bahwa ini adalah jalan terbaik untuk buah hati Anda. Jika tidak, Anda kemungkinan akan diberikan antibiotik untuk melindungi Anda maupun bayi Anda dari infeksi.

Selalu waspadai setiap Anda merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir Anda. Bisa jadi kantung ketuban Anda pecah. Bahkan sobekan kecil pada kantung ketuban Anda pun dapat mengakibatkan cairan merembes keluar.  Hal ini dapat terjadi kapan saja saat Anda hamil, namun umumnya terjadi pada saat menjelang kelahiran. Anda mungkin akan merasakan sendiri cairan ketuban merembes atau bocor yang ditandai dengan celana dalam yang basah. Kantung ketuban sobek bisa juga terdeteksi lewat pemeriksaan intensif dokter atau bidan Anda.

Kantung ketuban pecah atau sobek dapat meningkatkan risiko infeksi bagi Anda dan bayi Anda karena memberi kesempatan bakteri masuk ke kantung ketuban. Memang, sobekan pada kantung amnion biasanya dapat pulih dengan sendirinya, dan “kebocoran” berhenti. Namun bukan berarti masalah selesai, Bunda. Sebab, merembesnya cairan ketuban tersebut mengakibatkan volume menjadi tidak normal. Itu sebabnya cairan ketuban bisa sedikit.

2. Masalah kesehatan yang dialami bayi Anda

Bunda, urine bayi adalah zat utama cairan ketuban. Jika bayi tidak memproduksi urine atau hanya sedikit mengeluarkannya, maka hal ini dapat berdampak pada volume cairan dalam kantung ketuban. Mengapa bayi tidak memproduksi cukup urine? Bisa jadi karena ada masalah pada ginjal atau jantungnya. Bisa juga karena bayi Anda memiliki kelainan kromosom.

3. Akibat obat-obatan yang Anda minum 

Bunda, jangan sembarangan mengonsumsi obat-obatan saat hamil, ya? Selalu minta nasihat dokter ketika akan mengonsumsi apapun, terlebih obat-obatan. Jika tidak, Anda bisa membahayakan bayi maupun diri Anda sendiri. Sebab, beberapa obat medis dapat menyebabkan cairan ketuban sedikit, seperti obat anti-inflamasi nonsteroid semisal ibuprofen dan beberapa obat-obatan untuk tekanan darah tinggi.

4. Masalah dengan plasenta

Masalah ini bisa jadi diakibatkan oleh berbagai kondisi, seperti lupus, tekanan darah tinggi, pre-eklampsia dan diabetes, atau diabetes gestasional. Masalah plasenta lainnya, seperti partial abruption, di mana plasenta terkelupas dari dinding bagian dalam uterus, juga dapat memicu rendahnya volume ketuban. Jika plasenta tidak mensuplai cukup darah dan nutrisi untuk bayi Anda, ia akan berhenti memproduksi urine.

5. Masalah anak kembar identik 

Jika Anda mengandung anak kembar identik, Anda memiliki kemungkinan mengalami oligohidramnion. Pasalnya, ketika si kembar berbagi plasenta, cairan ketuban terkadang tidak seimbang. Nah, hal ini dapat mengakibatkan salah satu bayi memperoleh darah lebih banyak melalui plasenta dibanding kembarannya.

Bahaya dan Penanganannya

Jika cairan ketuban Anda sedikit, dokter akan memantau kehamilan Anda untuk memastikan bayi Anda tumbuh normal. Penanganannya akan disesuaikan dengan kondisi Anda, bagaimana bayi Anda di dalam kandungan, dan apakah Anda mengalami komplikasi atau tidak.

Jika Anda mengalami oligohidramnion menjelang waktu persalinan, dokter mungkin akan menyarankan induksi. Bumil dengan oligohidramnion biasanya melahirkan bayinya lebih dini, terutama jika ia mengalami pre-eklampsia yang cukup parah atau bayi tidak berkembang di dalam rahim.

Meski begitu, tidak sedikit bumil yang berhasil mempertahankan kehamilannya hingga waktu persalinan tiba, tentu saja dengan terus mendapat pemantauan via USG atau nonstress test, pemeriksaan profil biofisik, dan kemungkinan pemeriksaan Doppler. Sebagai pendukung, Anda mungkin akan disarankan minum banyak air dan menghitung tendangan janin. Segera konsultasikan ke dokter atau bidan Anda jika Anda menyadari gerakan janin tak seaktif biasanya.

Cairan ketuban sedikit dapat menyebabkan komplikasi saat Anda melahirkan. Hal ini dikarenakan volume cairan terlalu rendah sehingga pergerakan bayi atau kontraksi yang Anda alami akan menekan tali pusat.

Untuk mengatasinya, saat persalinan Anda mungkin memerlukan kateter fleksibel pada serviks Anda. Fungsi kateter ini adalah untuk mengalirkan larutan garam hangat ke dalam kantung ketuban untuk mengurangi risiko pada tali pusat. Bagaimana jika bayi tidak dapat mentoleransi larutan garam tersebut? Mau tidak mau, Bunda terpaksa harus menjalani operasi Caesar.

(Dini)