Kelahiran

Fakta tentang Popok Bayi ini Pasti Membuat Bunda Tercengang

Fakta tentang Popok Bayi ini Pasti Membuat Bunda Tercengang

Dari sejak lahir hingga berhasil buang air di toilet secara mandiri, setidaknya bayi Bunda sudah menghabiskan 8000 popok. Ya, itu baru satu bayi. Kalau dikalikan dengan jutaan bayi di dunia ini, maka bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah popok yang dipakai dan dibuang dalam sehari. Apapun jenis popok yang Bunda pakai- mau itu popok sekali pakai (disposable) atau dari kain- tetap saja popok memiliki dampak luar biasa bagi kesejahteraan bayi dan planet ini.

Banyak orang tua yang bertanya-tanya apakah popok sekali pakai itu benar-benar aman digunakan untuk anak. Semakin luasnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan mau tidak mau ikut mempengaruhi pandangan orang terhadap popok. Darimana bahan baku popok berasal? Kemana sampah popok yang tidak bisa didaur ulang itu akan dibuang?

Hingga kini, popok terus menuai perdebatan panjang tanpa kesimpulan yang jelas. Keputusan pun diserahkan sepenuhnya di tangan para orang tua selaku konsumen. Nah, Ibupedia akan memberikan beberapa fakta menarik tentang popok yang diharapkan mampu membuka wawasan Bunda dan membantu membuat keputusan yang tepat. Diaper, yay or nay?

Popok dan kesehatan

Karena popok bersentuhan langsung dengan kulit si kecil selama 24 jam, maka tidak mengejutkan apabila pertanyaan seputar keamanan popok terus muncul. Pertama, adalah masalah ruam pada kulit bayi akibat penggunaan popok. Kalau Bunda menggunakan popok kain, maka akan terlihat jelas kapan sang buah hati sedang buang air karena popok akan cepat basah.

Namun, bagi pengguna popok sekali pakai, agak susah melihat kapan anak buang air karena popok sudah dilengkapi material yang mampu menyerap cairan. Bunda mungkin senang karena itu berarti frekuensi mengganti popok akan semakin berkurang, tapi kemungkinan terjadinya ruam pada kulit anak pun makin besar. Itu sebabnya, apapun tipe popok dan merk yang Bunda gunakan, bayi harus tetap diganti popoknya setidaknya setiap 2-3 jam sehari meskipun popoknya terlihat kering.

Masalah kedua muncul berkaitan dengan penggunaan material berbahan dasar sintesis pada popok sekali pakai. Mungkin tidak sih ada kandungan kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak pada popok tersebut? Hasil studi yang dilakukan oleh Anderson Laboratories pada tahun 1999 dan telah diterbitkan di Archives of Environmental Health ini menyebutkan bahwa popok sekali pakai memang mengeluarkan bahan kimia yang disebut volatile organic compounds atau VOCs.

Contoh dari VOCs ini adalah toluene, ethylbenzene, xylene dan dipentene. Menurut penelitian, VOCs memang berdampak buruk bagi kesehatan dan dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker dan kerusakan otak apabila dipakai secara terus menerus dalam waktu yang lama.

Para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang terpapar bahan kimia dari popok sekali pakai akan mengalami infeksi saluran pernafasan. Reaksi tikus terhadap popok sekali pakai tersebut ternyata jauh lebih buruk dari reaksi tikus yang terpapar popok berbahan kain. Para peneliti menyarankan diadakannya studi lebih lanjut tentang keterkaitan antara popok dan reaksi asma.

Bayi lebih banyak menghirup udara daripada orang dewasa, jadi itulah mengapa mereka lebih rentan terhadap pencemaran udara. Untunglah, popok berbahan dasar kain serta beberapa merk popok sekali pakai memiliki emisi yang rendah sehingga cukup aman digunakan.

Pusat penyerapan di popok sekali pakai mengandung sodium polyacrylate yang dapat menyebabkan masalah iritasi kulit dan gangguan pernafasan apabila dipakai dalam waktu lama. Namun, temuan terbaru mengindikasikan bahwa popok yang memakai gel penyerap super tidak ada hubungannya dengan iritasi kulit. Harap dibedakan bahwa gel yang ada pada popok si kecil itu berbeda dengan gel penyerap yang dipakai di pembalut wanita.

Kebanyakan popok, baik yang kain maupun jenis sekali pakai, telah melalui proses bleaching menggunakan chlorine. Akibatnya, banyak ornag menganggap popok mengandung sedikit banyak dioxin, yakni suatu bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Karena popok bersentuhan langsung dengan area vital, maka banyak orang tua yang takut akan adanya potensi kanker reproduksi. Untung saja saat ini masih belum ada bukti nyata terkait kanker tersebut.

Hubungan antara popok dan sumber daya alam

Popok menggunakan banyak sekali sumber daya alam di planet ini. Setidaknya popok sekali pakai menggunakan 1,3 juta ton wood pulp atau seperempat juta pohon setiap tahunnya. Itu belum termasuk penggunaan plastik yang terbuat dari sumber daya petroleum loh, Bun. Baik popok kain maupun popok sekali pakai sama-sama mengonsumsi energi dan air besar-besaran dalam proses produksinya.

Banyak pihak mengeluhkan bahwa popok kain jauh lebih borosalam segi konsumsi air  jika dibanding dengan popok sekali pakai. Majalah Mothering memperkirakan jumlah air yang dipakai untuk mencuci popok kain itu sama banyaknya dengan air yang digunakan untuk menyiram toilet 5 sampai 6 kali sehari.

Polusi lingkungan

Jangan anggap remeh sampah yang dihasilkan dari penggunaan popok, Bun. Karena ternyata produk tersebut memberikan dampak buruk yang cukup besar bagi lingkungan di sekitar kita. Berikut adalah beberapa contoh pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan popok:

Disposal alias sampah popok itu sendiri

Masalah utama dari popok sekali pakai adalah sampahnya. Yup, berbeda dengan popok kain yang bisa dicuci, disposable diaper memang digunakan untuk kemudian dibuang. Popok sekali pakai dibuat dari kertas, plastik, gel penyeram, serta sodium polyacrylate. Material-material tersebut sangat susah untuk didaur. Seperti berlian, sampah popok sekali pakai itu abadi.

Di Amerika Serikat, kebanyakan sampah tersebut langsung dibuang ke suatu area dimana setidaknya ada total 18 milyar popok dibuang di sana per tahunnya. Meski begitu, para ahli di bidang waste management menyatakan bahwa hampir semua sampah (bahkan termasuk sampah berbahan dasar alam) susah untuk didaur karena kurangnya oksigen serta air.

Cara penggunaan popok sekali pakai yang benar pun masih sering diabaikan para orang tua. Hendaknya sebelum dibuang, kotoran atau tinja yang terdapat pada popok dibuang dulu di toilet. Faktanya, masih saja ada orang tua yang masa bodoh dengan bau serta bakteri pada sampah popok yang tentunya berbahaya bagi kesehatan umum.  Jadi, kalau memang Bunda peduli pada lingkungan, maka mulai sekarang biasakan untuk lebih memperhatikan soal sampah.

Kalau Bunda sendiri jijik dengan bau dan kotoran bayi, mengapa tega membuang popok tersebut begitu saja ke tempat sampah? Coba bayangkan kalau kotoran buah hati Bunda ternyata mengandung virus dan membuat tukang sampah atau siapapun yang terinfeksi menjadi sakit. Yuk, lebih peduli pada sekitar!

Air bekas cuci

Banyak orang percaya bahwa air yang dipakai untuk mencuci popok kain dapat membahayakan lingkungan.. Segala jenis produksi popok pastinya mengeluarkan dioxin yang memiliki sifat karsinogen dan merusak hormon. Dioxin dapat terus 'hidup' selama bertahun-tahun dan dapat memberikan dampak buruk bagi sistem reproduksi. Dioxin juga terdapat pada binatang dan jaringan tubuh seseorang. Manusia dapat terpapar dioxin melalui makanan yang telah terkontaminasi oleh polusi lingkungan.


(Yusrina)