Balita

Penyebab Sakit Perut Pada Bayi

Penyebab Sakit Perut Pada Bayi

Tidak mudah mendeteksi sakit perut pada bayi, karena bayi memang belum bisa berbicara mengungkapkan keluhannya. Namun, setidaknya ada satu petunjuk kunci yang bisa meyakinkan Anda bahwa si kecil tengah sakit perut: rewel berkepanjangan seolah ia merasa sangat tidak nyaman.

Selain itu, coba Bunda perhatikan apakah si kecil rewel tak lama setelah ia menyusu, apakah ia juga mengalami demam, muntah, atau diare? Jika beberapa keluhan tersebut Anda temukan pada si kecil, bisa jadi ia sedang memiliki masalah pada perutnya.

Apa sebenarnya pemicu sakit perut tersebut? Jawabannya bervariasi, Bunda. Berikut kondisi-kondisi yang menjadi penyebab paling umum sakit perut pada bayi Anda.

1. Kolik

Kolik adalah penjelasan klasik untuk sakit perut atau penyebab rewel tersering pada bayi. Apakah kolik itu? Kolik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tangisan tak terkontrol (rewel berkepanjangan) pada bayi yang sehat. Jika bayi Anda berusia di bawah 5 bulan dan menangis tanpa henti serta tak dapat dikontrol lebih dari tiga jam, selama tiga hari atau seminggu berturut-turut, maka kemungkinan ia sedang mengalami kolik.

Yang lebih parah, kolik bisa terjadi hingga tiga minggu. Apa penyebabnya? Belum ada penjelasan medis untuk masalah ini. Namun yang pasti, sekitar 20% bayi pernah mengalami kolik. Beberapa di antaranya menunjukkan gejala kolik selama 24 jam, 7 hari, sementara lainnya hanya mengalami pada siang hari, atau yang paling sering pada sore dan malam hari.

Pada saat bayi kolik, Anda mungkin bisa memperhatikan kondisi perutnya yang tampak membesar. Si kecil kemungkinan pula menendang-nendang kakinya, menangis, dan sering buang gas. Kolik bukanlah penyakit, dan hal ini tidak akan membahayakan bayi Anda. Namun tentu saja kondisi ini sangat tidak menyenangkan untuk Anda maupun bagi si kecil sendiri.

2. Konstipasi  

Ketika bayi Anda mulai mengonsumsi makanan padat (usia 6 bulan ke atas), itu berarti saatnya Anda harus bersiap menghadapi masalah perut si kecil. Masalah perut yang paling sering terjadi pada bayi yang baru belajar mengonsumsi makanan padat adalah konstipasi.

Konstipasi dapat diartikan sebagai tidak adanya aktivitas buang air besar (BAB) selama dua hingga tiga hari, dan begitu bisa keluar membutuhkan perjuangan ekstra. Hasilnya pun tidak begitu memuaskan, pup sangat keras dan kecil.

Jika bayi Anda mengalami hal ini, Anda bisa mencoba mengganti menu makan bayi Anda. Menu yang disiapkan sebaiknya yang tidak membuat bayi sulit BAB, seperti aprikot, buah pir, atau kacang polong. Hindari sementara pisang, apel, wortel, nasi, labu, atau makanan lain yang dapat membuat pup keras. Jangan lupa untuk memberikan banyak cairan, ya, Bunda?

3. Alergi Susu atau Intoleransi Laktosa

Alergi susu dialami banyak bayi maupun balita. Jika bayi Anda memiliki alergi susu, sistem kekebalan tubuhnya merespon protein yang terdapat dalam susu. Sedangkan intoleransi laktosa –yang berarti tubuh tidak memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna laktosa (gula utama pada susu)-- cukup jarang terjadi pada bayi. Biasanya kondisi ini terjadi di kemudian hari pada saat kanak-kanak atau pada saat masa remaja. Gejala alergi susu maupun intoleransi laktosa hampir sama, yakni muntah, diare, dan rasa sakit pada perut. Pada kasus yang lebih parah, bayi dapat mengalami reaksi yang mengancam keselamatannya, yang disebut anaphylactick shock.

Untuk mengatasi masalah ini, dokter akan menyarankan Anda memangkas semua produk olahan susu (termasuk susu formula) dari daftar makanan bayi Anda selama beberapa hari. Setelah itu, Anda boleh memperkenalkan kembali menu-menu susu pada bayi Anda. Jika Anda menyusui, Anda mungkin akan diminta untuk tidak mengonsumsi seluruh produk berbasis susu, karena protein yang teriritasi dapat masuk melalui ASI.

4. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Gumoh, atau muntah sekalipun, setelah menyusu adalah hal yang lumrah bagi bayi. Namun jika gumoh atau muntah itu sangat sering terjadi --ditambah lagi si kecil menunjukkan tanda-tanda sakit perut (punggung melengkung, kaki ditekuk), batuk-batuk atau tersedak selama proses menyusu-- maka Anda patut curiga bayi Anda terkena gastroesophageal reflux disease (GERD).

GERD adalah penyakit yang diakibatkan oleh reflux (aliran membalik) isi lambung ke esofagus. Bayi yang mengalami GERD mengalami kesulitan ketika menyusu atau makan. Makanan atau cairan yang masuk membuat radang pada lapisan esofagus. Sensasi menyakitkan ini sama seperti nyeri ulu hati pada orang dewasa.

GERD dapat menyebabkan kekurangan gizi, di samping masalah kesehatan lain seperti dehidrasi. Karena itu, sebaiknya Anda segera membawa si kecil ke dokter ketika melihat tanda-tanda bayi Anda terserang GERD.

Bayi dengan GERD memiliki kecenderungan perilaku yang sama: tampak sangat lapar, semangat menyusu selama 15 atau 20 detik, setelah itu melengkungkan punggung, merenggangkan kembali, dan kemudian menangis (karena refluks mulai terjadi). Jika dokter mencurigai adanya GERD pada bayi Anda, kemungkinan akan dilakukan sejumlah tes dan dokter akan memberikan beberapa obat-obatan serta saran-saran strategi menyusui yang dapat mengurangi rasa sakit si kecil.

5. Gastroenteritis (Flu Perut)

Apakah bayi Anda muntah-muntah atau sedang diare? Jika ya, kemungkinan ia mengalami gastroenteritis, atau dikenal pula sebagai flu perut. Ini adalah penyakit paling sering terjadi kedua (pada bayi) di Amerika Serikat setelah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Dokter menggunakan istilah gastroenteritis untuk menggambarkan peradangan apa saja di dalam perut dan usus yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Virus adalah pemicu paling utama penyakit ini, termasuk rotavirus, adenovirus, calicivirus, dan astrovirus.

Gastroenteritis dapat juga disebabkan oleh infeksi bakteri yang berpotensi lebih serius, seperti Salmonella, Shigella, Staphylococcus, Campylobacter, atau E.coli. Meski begitu, terkadang pada beberapa kasus, gastroenteritis diakibatkan oleh parasit seperti giardia. Gejala penyakit ini berbeda-beda pada bayi, ada yang ringan, ada pula yang akut, dan bisa terjadi hanya beberapa jam, namun dapat pula menyerang hingga berhari-hari (tergantung penyebabnya).

Karena biasanya virus adalah biang keladi di balik penyakit ini, Anda tidak dapat merawat penderita dengan antibiotik. Jalan terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter anak Anda, sembari terus memperhatikan asupan cairan karena gastroenteritis kerap membuat bayi muntah, diare, demam, dan kehilangan nafsu makan. Akibatnya, bayi dengan penyakit ini rawan dehidrasi. Anda boleh juga menyiapkan oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat si kecil diare. Dan jika si kecil sudah mulai mengonsumsi makanan padat, hindari pemberian makanan berlemak agar tidak semakin memicu terjadinya diare.

6. Usus Tersumbat

Jangan tunggu dan lihat perkembangan lebih lama lagi jika Anda melihat bayi Anda tampak baik-baik saja selama satu menit dan tiba-tiba merasa sangat sakit pada menit berikutnya, meronta-ronta, dan menangis sangat kencang. Segera bawa ke dokter karena bisa jadi si kecil mengalami intussusception.

Intussuception adalah masalah usus tersumbat yang terjadi pada bayi usia 5 bulan hingga 2 tahun. Meski tidak terlalu umum, namun hal ini dapat membahayakan keselamatan jiwa si kecil. Terkadang diperlukan operasi untuk mengatasi masalah ini.


(Dini)