Kesehatan

Jangan Abaikan Pap Smear untuk Deteksi Kanker Serviks

Jangan Abaikan Pap Smear untuk Deteksi Kanker Serviks

Pap smear atau Pap test adalah prosedur pemeriksaan untuk kanker serviks. Pap smear menguji keberadaan sel kanker serviks atau pra-kanker pada serviks (leher rahim). Pap smear diambil dari nama Georgios Papanikolaou, dokter yang menyatakan kalau tes ini jadi cara yang tepat untuk mendeteksi tanda-tanda kanker serviks. Selama prosedur, sel dari serviks Anda secara perlahan diambil dan diperiksa untuk mendeteksi pertumbuhan abnormal.

Fakta Tentang Pap Smear Yang Sedikit Diketahui Orang 

Baca beberapa fakta berikut ya Bun, agar lebih tahu tentang Pap smear:

  • Pap smear tidak sama dengan pemeriksaan panggul

    Pemeriksaan panggul harus dilakukan setiap tahun. Wanita belum bisa menjalani Pap smear hingga berusia 21 tahun. Wanita usia muda, terutama mereka yang baru mulai berhubungan seks, memiliki tingkat perubahan serviks yang tinggi yang berhubungan dengan Human Papilloma Virus atau HPV. Perubahan ini akan hilang dengan sendirinya. Sistem kekebalan tubuh membersihkan infeksi HPV dalam rata-rata 8 bulan.

  • Wanita hanya menjalani Pap smear tiap 3 tahun mulai dari usia 21 sampai 30 tahun

    Kanker serviks berkembang sangat lambat. Meski setelah beberapa Pap smear abnormal, butuh 3 sampai 7 tahun untuk kanker jadi berkembang. Jadi setelah Pap smear normal, kemungkinan berkembangnya kanker atau apapun yang mirip perubahan pra kanker di 2 sampai 3 tahun ke depan risikonya nol.

    Sebaliknya, bila sering menjalani Pap smear, misalnya tiap 6 sampai 12 bulan, kemungkinan untuk menemukan perubahan yang ringan pada serviks sangat tinggi. Perubahan ringan ini biasanya disebabkan oleh HPV.

    Kita beranggapan semakin sering Pap smear berarti risiko kanker berkurang. Bila satu kali tes bagus, 10 kali pasti sangat bagus. Tapi ternyata tidak demikian. Sel pada serviks bersifat dinamis dan perubahan yang berarti pada serviks butuh waktu lama untuk bisa terlihat.

    Menjalani Pap smear terlalu sering ibarat mengukur panjang rambut setiap hari. Sama seperti menimbang berat badan setiap jam. Ini tentu sangat berlebihan.

    Tapi ketika kita memberi jeda 3 tahun untuk tiap Pap smear, proses alami tubuh mengatasi perubahan ringan yang terjadi. Kita membiarkan proses alami dari perubahan serviks untuk datang dan pergi tanpa bereaksi.

    Tapi ada pengecualian untuk ini. Pap smear harus diulangi lebih sering bila:

    • Anda pernah mengidap kanker serviks

    • Hasil Pap smear abnormal

    • Sistem kekebalan tubuh menurun karena berbagai hal seperti HIV atau menjalani transplantasi organ

    • Anda terpapar Diethylstilbestrol/DES.

  • Pada wanita usia 30 sampai 65 tahun, Pap smear dilakukan untuk memeriksa jenis HPV berisiko tinggi

    Pemeriksaan ini adalah gabungan dari Pap smear dan pemeriksaan HPV berisiko tinggi. Tes ini tidak berbeda tapi sangat bisa diandalkan untuk mendeteksi masalah.

    Berbeda dengan HPV pada wanita usia lebih muda. HPV sangat umum pada wanita lebih muda sehingga tidak perlu diperiksa, karena tidak memberi pengaruhi dan akan hilang dengan sendirinya dalam 1 hingga 2 tahun.

    Berbeda dengan wanita usia 30 sampai 60 tahun, adanya HPV lebih mengindikasikan infeksi kronis. Bila Pap smear dan pemeriksaan HPV risiko tinggi hasilnya normal, tes perlu diulangi lagi setelah 5 tahun.

    Kemungkinan berkembangnya kanker atau perubahan pra kanker di 5 sampai 8 tahun berikutnya setelah Pap smear normal dan tes HPV risiko tinggi hampir nol. Ingat kembali Bun, kanker serviks berkembang perlahan. Kebanyakan kanker serviks terjadi ketika wanita tidak pernah menerima Pap smar atau menjalani Pap smear terlalu jarang.

  • Wanita usia lebih dari 65 tahun atau pernah menjalani hysterectomy, tidak perlu menjalani Pap smear

    Setelah Pap smear sebelumnya normal, ketika menginjak usia 65 tahun, wanita tak perlu lagi menjalani Pap smear. Begitu pula bila Anda menjalani hysterectomy, di usia berapapun, Anda tak lagi membutuhkan Pap smear. Tapi berhenti menjalani Pap smear tidak berarti Anda berhenti memeriksakan diri ke dokter dan berhenti melakukan pemeriksaan panggul.

  • Melanjutkan Pap smear setelah usia 65 atau setelah prosedur hysterectomy berisiko bahaya

    Hysterectomy biasanya mengangkat rahim dan serviks. Ketika serviks diangkat, yang tersisa hanya bagian belakang vagina. Pap smear di kondisi ini tidak mendeteksi kanker serviks pada serviks yang telah diangkat. Perubahan jaringan pada vagina menyebabkan Pap smear abnormal. Ini bisa memicu tes lain yang bisa menambah  kecemasan wanita.

    Tapi ini tidak berlaku bila:

    • Anda menjalani supra-cervical hysterectomy (rahim diangkat tapi serviks tidak diangkat)

    • Ada riwayat kanker serviks, vagina, atau indung telur

    • Ada riwayat cervical dysplasia.

    • Pap smear yang dilakukan terlalu sering memicu pemeriksaan, biopsy, serta pembedahan yang tidak dibutuhkan. Pengecualian berlaku bagi:

    • Wanita yang terinfeksi HIV

    • Wanita yang terpapar Diethylstilbestrol atau DES saat di rahim

    • Wanita yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu. Misalnya, wanita yang menjalani transplantasi organ dan memiliki masalah sistem kekebalan karena pengaruh obat.

    • Kelompok di atas perlu menjalani Pap smear lebih sering dibanding yang lain.

  • Menjalani pemeriksaan panggul bukan berarti menjalani Pap smear

    Pap smear tidak sama dengan pemeriksaan panggul. Pap smear mengambil sel di serviks yang disimpan di wadah khusus untuk kemudian di periksa di laboratorium. Tapi ketika Anda berhenti menjalani Pap smear, Anda tetap perlu setiap tahun menjalani pemeriksaan panggul.

  • Pap smear hanya mendeteksi kanker serviks, bukan infeksi menular seksual

    Dokter bisa melakukan deteksi infeksi menular seksual, tapi ini tidak sama dengan Pap smear. Jadi Anda perlu bertanya langsung ke dokter tentang tes untuk mendeteksi infeksi menular seksual yang direkomendasikan berdasarkan usia dan kebiasaan seksual Anda.

    Jika hasil Pap smear abnormal. Jangan langsung panik ya, Bun. Ini berarti dokter melihat kondisi abnormal yang perlu dikonfirmasikan dengan pemeriksaan lanjutan. Ada beberapa tingkat abnormal, jadi tanyakan ke dokter apa sebenarnya yang ditemukan agar Anda tidak merasa cemas.

  • Ketika menerima hasil tes Pap smear abnormal, langkah berikutnya adalah tes HPV

    Berapapun usia Anda, dokter biasanya melakukan tes HPV ketika hasil Pap smear kembali abnormal. Ini karena perubahan sel abnormal ini sering terkait dengan HPV, dan ini bisa memicu kanker. Beberapa orang menjalani Pap smear dan tes HPV bersamaan.

    Ingat, HPV sangat umum, bila Anda pernah berhubungan seks, berarti Anda telah terpapar HPV dan pada kebanyakan kasus akan hilang dengan sendirinya. Tapi bila hasil tes menunjukkan Anda memiliki tipe HPV berisiko tinggi, ini kemungkinan mengarah ke kanker serviks, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih seksama.

  • Bila tes menunjukkan wanita memiliki sel dan HPV abnormal, perlu dilakukan colposcopy (pemeriksaan serviks dengan mikroskop)

    Dokter akan melihat serviks Anda menggunakan mikroskop. Dokter akan menggunakan larutan cuka pada area pemeriksaan untuk membantu melihat sel abnormal, dan bila ditemukan, jaringannya akan diambil untuk diperiksa. Pemeriksaan ini terasa tidak nyaman. Coba untuk rileks, dan tanyakan dokter apakah Anda perlu minum obat pereda sakit lebih dulu.

Kenapa Semua Wanita Perlu Melakukan Pap smear?

Human Papillomavirus (HPV) adalah virus yang menyebabkan kutil. Ada lebih dari 100 jenis HPV, 40 diantaranya ditularkan melalui hubungan seks. Penyebab utama kanker serviks adalah HPV jenis 16 dan 18. Meski Pap smear tidak menguji HPV, tapi tes ini mengidentifikasi perubahan sel yang disebabkan oleh HPV. Dengan mendeteksi sel kanker serviks secara dini dengan Pap smear, pengobatan bisa dimulai sebelum menyebar dan menjadi masalah lebih besar.

Anda bisa terkena HPV dari seks dengan pria atau wanita. Semua wanita yang aktif secara seksual berisiko terkena HPV dan harus melakukan Pap smear setidaknya setiap 3 tahun. Pap smear tidak menguji penyakit menular seksual lainnya. Kadang tes ini bisa mendeteksi pertumbuhan sel yang mengindikasikan kanker lain, tapi tidak bisa diandalkan untuk tujuan itu.

Siapa Yang Perlu Melakukan Tes Pap smear?

Biasanya Bun, Anda mulai melakukan tes Pap smear di usia 21 tahun. Bila Anda positif HIV atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat kemoterapi atau transplantasi organ, Anda perlu lebih sering melakukan tes karena risiko infeksi dan kanker lebih tinggi.

Bila Anda berusia lebih dari 30 tahun dan telah menjalani 3 kali Pap smear berturut-turut, konsultasikan ke dokter apakah Anda bisa melakukannya 5 tahun sekali bila tes digabungkan dengan pemeriksaan HPV. Wanita dengan usia lebih dari 65 tahun dengan riwayat hasil tes Pap smear normal tak perlu lagi melakukan tes.

Anda masih harus menjalani tes Pap smear teratur meski Anda tidak berhubungan intim dengan orang lain selain pasangan Anda. Ini karena virus HPV bisa bersifat dormant selama bertahun-tahun dan tiba-tiba menjadi aktif.

Persiapan Sebelum Menjalani Tes Pap Smear

Bila Anda sedang menstruasi pada hari tes Pap smear, dokter perlu menjadwalkan ulang, karena hasilnya bisa kurang akurat. Coba hindari berhubungan seks, membilas vagina dengan larutan apapun, atau menggunakan produk kimia pembasmi sperma di hari sebelum tes karena ini bisa mengganggu hasilnya. Prosedur Pap smear akan lebih mudah bila tubuh rileks, jadi usahakan tetap tenang dan tarik nafas dalam selama menjalankan prosedur ini.

Prosedur Pap Smear

Prosedur Pap smear memang terasa sedikit tidak nyaman, tapi ini berlangsung sangat cepat. Selama prosedur, Anda akan diminta berbaring telentang di meja periksa dengan kaki terbuka. Dokter perlahan akan memasukkan alat yang disebut speculum ke vagina agar vagina terbuka dan membuka akses menuju serviks. Lalu dokter mengambil sampel sel dari serviks menggunakan alat spatula. Kebanyakan wanita merasakan dorongan dan iritasi selama penyekaan.

Sampel sel dari serviks kemudian dikirm ke lab untuk mengetahui adanya sel abnormal. Setelah tes, Anda akan merasa sedikit tidak nyaman atau kram. Anda juga bisa mengalami pendarahan ringan segera setelah tes. Beritahu dokter bila rasa tidak nyaman atau pendarahan berlanjut setelah hari tes.

Hasil Tes Pap Smear

Ada dua kemungkinan hasil Pap smear, normal dan abnormal. Bila hasilnya normal, Anda tidak perlu melakukan Pap smear selama 3 tahun ke depan. Jika hasil tes abnormal, ini tidak berarti Anda memiliki kanker. Ini hanya berarti ada sel abnormal pada serviks, beberapa bisa berupa sel pra-kanker. Berdasarkan hasil tes, dokter bisa merekomendasikan peningkatan frekuensi Pap smear, atau lebih seksama melihat jaringan serviks dengan prosedur yang disebut colposcopy. Pemeriksaan ini menggunakan cahaya dan alat pembesar untuk melihat jaringan vaginal dan serviks dengan lebih jelas. Pada beberapa kasus, dokter juga bisa mengambil sampel jaringan serviks dalam biopsy.

Informasi Yang Tertera Pada Laporan Pap Smear

Bagian pertama pada laporan Pap smear adalah tujuan identifikasi. Laporan mencantumkan nama wanita, nama dokter atau spesialis yang membaca smear, dan sumber spesimen serta tanggal menstruasi terakhir wanita.

Laporan Pap smear harus menyertakan hal berikut:

  • Riwayat medis wanita, misalnya riwayat kutil genital

  • Penjelasan status menstruasi wanita, misalnya menopause (tidak lagi menstruasi) atau menstruasi teratur

  • Diagnosa final, misalnya dalam batas normal

  • Penjelasan kecukupan spesimen (apakah sampel cukup untuk interpretasi)

  • Rekomendasi tindak lanjut, misalnya rekomendasi tindak lanjut rutin atau rekomendasi mengulangi smear.

Pap Smear dan Menstruasi

Wanita yang sedang menstruasi mengeluarkan sel dari lapisan rahim yang disebut sel endometrial. Bila sel ini terlihat pada Pap smear dari wanita yang menstruasi, laporan menganggap sel ini ada. Hal ini normal bila Pap test dilakukan sekitar waktu menstruasi. Uraian menjelaskan sel ini sebagai "cytologically benign," berarti bukan sel yang menyebabkan kanker.

Tapi bila wanita tidak sedang menstruasi (menopause), ia tidak lagi mengeluarkan sel dari lapisan rahim. Karenanya sel endometrial pada laporan Pap bisa mengindikasikan penebalan endometrium yang abnormal. Pap smear secara spesifik tidak mendeteksi kondisi abnormal ini. Tapi bila sel ini ditemukan pada wanita non-menstruasi, dokter harus menentukan penyebab pengeluaran sel endometrial.

Kadang penyebabnya adalah endometrial hyperplasia, kondisi pra-kanker dari lapisan rahim yang bisa dideteksi dengan prosedur sederhana disebut endometrial biopsy. Kadang terapi hormon menopause bisa menyebabkan pengeluaran sel endometrial yang muncul pada Pap smear. Pola pendarahan, jenis terapi hormon yang tepat, dan riwayat kesehatan wanita jadi tiga komponen yang memandu dokter mengetahui jenis evaluasi yang dibutuhkan.

Faktor Risiko Kanker Serviks 

Ada sejumlah faktor risiko untuk perubahan perkembangan kanker serviks dan pra-kanker pada serviks.

  • Sistem kekebalan tubuh lemah. Wanita dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau menjadi lemah karena obat, misalnya mereka yang menjalani transplantasi organ, berisiko lebih tinggi mengalami perubahan pra-kanker pada serviks.

  • Wanita yang ibunya minum obat diethylstilbestrol (DES) selama hamil juga meningkat risikonya.

  • Satu risiko umum untuk perubahan yang menular pada serviks adalah merokok. Meski merokok terkait dengan banyak kanker berbeda, wanita tidak menyadari kalau merokok sangat terkait dengan kanker serviks.

  • Faktor risiko lainnya. Faktor risiko lain untuk perubahan pra-kanker pada serviks adalah Pap tes yang abnormal, memiliki banyak pasangan seksual, dan aktif melakukan hubungan seks di usia muda.

Pap test sangat akurat dan pemeriksaan yang teratur menurunkan tingkat kanker serviks dan kematian hingga 80 persen. Seperti banyak pemeriksaan medis, prosedur ini tidak terasa nyaman tapi ini bukan alasan untuk mengabaikan kesehatan Anda. Menjalani Pap smear teratur jadi cara terbaik untuk melindungi kesehatan Anda.

(Ismawati)