Kehamilan

Menentukan Sendiri Jenis Kelamin Anak, Mungkinkah?

Menentukan Sendiri Jenis Kelamin Anak, Mungkinkah?

Menentukan sendiri jenis kelamin anak, mungkinkah? Mitos maupun bukan, selama ini banyak para orang tua yang telah berupaya keras untuk mencoba menentukan jenis kelamin sang buah hati. Mulai dari merubah-ubah posisi seks, mengonsumsi berbagai suplemen, meyesuaikan dengan waktu intercouse, hingga memakai alat seharga ribuan dolar dengan jaminan keberhasilan mencapai 96 persen.

Sebenarnya, sejak zaman dahulu kala para orang tua telah percaya pada trik-trik rahasia untuk menentukan jenis kelamin anak, meski terkadang cara-cara yang dipakai cenderung mengerikan. Misalnya saja cara yang direkomendasikan oleh Aristoteles ini: testikel sebelah kiri pria harus diikat sebelum melakukan hubungan seks jika Anda menginginkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Pasalnya, filosof Yunani ini percaya bahwa testikel sebelah kiri lah yang bertanggung jawab untuk memproduksi sperma wanita, sedangkan testikel kanan berperan menghasilkan sperma lelaki. Trik ini diikuti oleh masyarakat Yunani hingga abad ke-18.

Kini, semakin banyak metode modern yang berbasis sains telah dikembangkan agar orang tua dapat memilih jenis kelamin bayi mereka. Well, tentu banyak orang yang memandang hal ini melawan kodrat Tuhan. Namun, urusan jenis kelamin adalah ranah pribadi yang merupakan hak setiap orang tua. Banyak pasangan rumah tangga beralasan bahwa memiliki anak dengan jenis kelamin yang bervariasi akan membuat keluarga seimbang. Hmm, apapun alasannya, the choice is yours, Bun. Percaya atau tidak, berikut adalah tiga strategi seleksi gender beserta penjelasan saintifiknya:

Gender Selection Kits

Teori

Dengan mengonsumsi suplemen diet ditambah kecocokan waktu intercourse akan membantu menentukan jenis kelamin anak nantinya.

Bagaimana cara kerja metode ini?

Perangkat seleksi yang mengklaim dapat menyeleksi jenis kelamin janin secara alami ini terdiri dari suplemen-suplemen khusus yang disebut neutraceuticals serta termometer untuk mengecek masa subur wanita. Tak hanya itu, perangkat ini juga dilengkapi dengan intruksi bagaimana menghitung seks. Satu paket perangkat ini dibandrol secara online oleh GenSelect dengan harga $439 untuk persediaan selama 3 bulan. Jika Anda tertarik, cobalah membeli perangkat yang lebih murah seharga $329 untuk jangka waktu dua bulan.

Apakah metode ini efektif digunakan?

Produsen produk ini, GenSelect, menyatakan dalam situsnya bahwa perangkat ini memiliki tingkat keberhasilan mencapai 96% jika konsumen mengikuti intruksi yang telah disediakan. Namun, metode ini tidak mencantumkan hasil percobaan secara klinis maupun penelitian apapun yang mendukung keberhasilan dari perangkat tersebut. Memang beberapa alat dalam perangkat ini seperti termometer untuk mengukur temperatur BASAL telah disetujui oleh FDA, namun perangkat ini secara keseluruhan tidak muncul dalam database produk-produk medis yang telah disetujui oleh FDA.

Michael Zasloff, dekan penelitian dari Pusat Medis Georgetown University mengatakan bahwa klaim yang dipakai oleh produsen gender selection kits ini tidak lah dapat dipercaya. Tak hanya itu, menurut Michael yang dimuat dalam Chicago Tribune, ide bahwa suplemen kesehatan mampu mempengaruhi jenis kelamin anak benar-benar absurd dan tidak berlandaskan asas saintifik apa pun.

Gender Diet: Mengatur Pola Makan sebelum tiba Masa Ovulasi

Teori

Pertama kali dipopulerkan pada tahun 1982 melalui buku The Preconception Gender Diet oleh Sally Langendoen, RN serta William Proctor teori ini percaya bahwa apa yang dikonsumsi wanita sebelum hamil turut menentukan jenis kelamin janin. Konon, makanan memiliki kemampuan merubah keseimbangan pH dalam tubuh.

Bagaimana cara kerjanya?

Para wanita yang menginginkan anak laki-laki disarankan untuk banyak-banyak mengonsumsi makanan asin seperti  bacon (maksimal konsumsi harian mencapai 6 gram). Selain itu, wanita juga dilarang keras mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium seperti yoghurt, tofu, susu sereal, serta jus jeruk kemasan. Makanan yang mengandung magnesium seperti pisang kacang-kacangan, bayam, ikan, serta kedelai juga dilarang untuk dikonsumsi. Sebaliknya mereka yang menginginkan bayi perempuan harus banyak-banyak memakan hidangan kaya magnesium dan kalsium serta membatasi jumlah asupan garam.

Efetifkah cara ini?

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Gender Select di Belanda menemukan bahwa di antara para wanita yang menggunakan diet tinggi kalsium, rendah garam, serta mencocokkan waktu yang tepat saat intercourse memiliki kesempatan untuk mendapatkan bayi perempuan sebesar 81 persen. Namun, penelitian ini hanya mengambil contoh 32 wanita yang sesuai dengan 'aturan prediksi' yang telah ditentukan oleh para peneliti sebelumnya. Jadi, hasil penelitian ini bisa saja mengalami kesalahan metodologi. Sumber lainnya, Mayo Clinic, menyarankan wanita yang berencana hamil untuk menambah asupan kaya asam folat dan asam folik untuk mengurangi resiko terjadinya cacat pada tabung saraf janin (misalnya spina bifida) serta merekomendasikan wanita untuk banyak-banyak mengonsumsi kalsium serta vitamin D agar memperkuat kepadatan tulang dan gigi.

The Shettles Method

Teori

Dikembangkan pada tahun 1960 oleh Landrum Shettles MD strategi ini didasarkan pada teori bahwa sperma Y adalah perenang tercepat namun memiliki usia hidup yang relatif singkat serta susah untuk bertahan di lingkungan asam (level pH pada vagina dan serviks). Pada dasarnya, sperma yang memproduksi jenis kelamin pria memang bergerak lebih lincah namun cepat juga mati. Ide Shettles adalah membedakan antara dua tipe sperma tersebut.

Bagaimana cara kerjanya?

Para pasangan yang ingin anaknya berjenis kelamin lelaki disarankan untuk tidak melakukan hubungan intim selama empat hingga lima hari sebelum masa pembuahan terjadi. Kemudian, pasangan baru boleh melakukan seks sekali saat sel telur mulai dilepaskan sehingga sperma Y akan lebih cepat mencapai sel telur. Metode ini menyarankan agar lelaki melakukan penetrasi dalam (posisi dari depan) agar sperma Y berada lebih dekat dengan serviks dan sel telur. Idealnya, sang wanita mencapai orgasme dalam hubungan intim tersebut. Dr.Shettles percaya bahwa vagina akan lebih bersifat basa sehingga sperma Y akan lebih mudah bertahan.

Namun jika Anda menginginkan bayi berjenis kelamin wanita, maka disarankan untuk berhubungan intim pada hari kedua atau ketiga sebelum masa subur Anda datang. Berbeda dengan sebelumnya, kini sang suami dituntut utuk melakukan penetrasi pelan dengan posisi misionaris serta para wanita haruslah menahan diri dari orgasme.

Apakah cara ini terbukti efektif?

Meski para pengikut metode ini mengklaim kadar keberhasilan mencapai 75 hingga 95 persen, namun penelitian pada tahun 1995 oleh New England Journal of Medicine mengatakan sebaiknya. Studi menemukan bahwa metode yang mencoba mencocokkan waktu dengan masa subur wanita ini tidak ada pengaruhnya terhadap jenis kelamin bayi yang akan lahir kelak Bahkan, studi lain menyebutkan bahwa mereka yang mengikuti metode Shettles karena ingin mendapatkan momongan lelaki justru mendapatkan bayi berjenis kelamin wanita. Hmm, menarik juga ya, Bun?

Michael Zasloff, dekan penelitian dari Pusat Medis Georgetown University mengatakan bahwa klaim yang dipakai oleh produsen gender selection kits ini tidak lah dapat dipercaya. Tak hanya itu, menurut Michael yang dimuat dalam Chicago tribune, ide bahwa suplemen kesehatan mampu mempengaruhi jenis kelamin anak benar-benar absurd dan tidak berlandaskan asas saintifik apa pun.

Menurut data yang dirilis oleh National Centre for Health Statistic, setidaknya ada 150 bayi lelaki yang lahir untuk setiap 100 bayi perempuan. Ini berarti, alam semesta telah menentukan secara unik kuantitas jenis kelamin bayi yang terlahir di dunia ini. Terserah apakah Bunda mau percaya atau mempasrahkan semuanya kepada Tuhan, namun yang paling penting adalah apapun jenis kelamin sang buah hati, ia sejatinya harus dicintai dan dikasihi dengan sepenuh hati.


(Yusrina)