Kehamilan

Menghadapi Jenis Kelamin Bayi yang Tidak Sesuai Harapan

Menghadapi Jenis Kelamin Bayi yang Tidak Sesuai Harapan

Gender disappointment alias rasa kecewa yang muncul karena si kecil memiliki jenis kelamin yang tidak sesuai harapan adalah salah satu topik kotroversial yang cukup sering dialami oleh orang tua. Terkadang kekecewaan tersebut dikaitkan pula dengan depresi pasca kehamilan (Post Natal Depression). Meski begitu, jarang ada orang tua yang berani mengungkapkan kekecewaannya baik pada pasangan, kerabat, maupun teman terdekat. Alasannya jelas, mulai dari takut dicap "kurang bersyukur" sampai takut menyakiti hati orang terkasih. Akibatnya, para orang tua pun harus memendam rasa frustasi mereka karena tidak menemukan seorang pun yang dapat dipercaya untuk berbagi cerita.

Well, gender disappointment itu sendiri sebenarnya wajar dialami oleh para orang tua kok, Bun. Jadi, jangan malu untuk menyuarakan apa yang Anda alami ya! Berikut adalah beberapa alasan umum mengapa orang tua merasa kecewa dengan jenis kelamin sang buah hati:

  • Takut kalau si kecil akan mengalami siksaan dikarenakan jenis kelaminnya.
  • Orang tua merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan anak berjenis kelamin tertentu.
  • Para orang tua sudah memiliki banyak anak dengan jenis kelamin yang sama sebelumnya.
  • Adanya tekanan dari keluarga untuk melahirkan anak dengan jenis kelamin tertentu.

Biasanya Bunda akan mengalami kesulitan untuk mengomunikasikan problem mereka pada orang lain karena alasan berikut ini:

  • Bunda takut kalau-kalau keluh kesah Anda akan menyakiti hati mereka yang sampai saat ini belum dikaruniai momongan.
  • Bunda tidak ingin dicap sebagai orang tua yang egois dan kurang sensitif, terlebih apabila si kecil terlahir sehat, lucu, tanpa kekurangan suatu apapun.
  • Bunda takut akan dinilai masyarakat sebagai orang tua yang kurang mencintai anaknya atau berpotensi menjadi Ibu yang buruk.

Di balik semua kecemasan di atas, Dianne McGreal- Psikolog Klinik yang sudah berpengalaman dalam bidang konseling duka- justru menyarankan Bunda untuk bersikap jujur. Apapun situasi yang Anda alami, sesungguhnya sangat normal dan wajar apabila Bunda merasa kecewa dengan jenis kelamin si kecil yang tak sesuai harapan. Maka dari itu, mengutarakan rasa kecewa sah-sah saja.

Gender Disappointment dan Pelecehan Seksual

Ada kalanya seorang Ibu yang pernah mengalami trauma seksual masa kecil berpotensi tinggi menghadapi gender dissapointment. Kekecewaan tersebut bersumber dari rasa cemas karena ketidaksanggupan diri menangani si kecil, terlebih apabila jenis kelamin anak sama dengan si penganiaya seksual semasa kecil. Atau bisa jadi Bunda justru merasa takut saat melahirkan anak perempuan, karena khawatir tidak akan sanggup melindunginya dari bahaya pelecehan seksual.

Dianne McGreal berkata bahwa kecemasan di atas lumrah terjadi saat Ibu dalam masa kehamilan. Nah, begitu sang buah hati lahir dan berada aman dalam dekapan Bunda, maka seketika rasa cemas tersebut akan hilang sendirinya. Tapi bisa juga yang terjadi justru kebalikannya. Saat si kecil masih berada dalam kandungan, Anda merasa tenang karena dapat memproteksinya dengan baik. Namun, saat anak terlahir ke dunia, maka Bunda tak lagi dapat menjamin keselamatannya 100%.

Dianne berkata bahwa kekhawatiran tersebut berasal dari trauma masa kecil yang belum terselesaikan. segeralah mencari bantuan (baik melalui pendekatan medis maupun spiritual) untuk mengatasi trauma diri ya, Bun! Selain itu, ingat bahwa sangatlah mustahil bagi seseorang untuk selalu berada di dekat si kecil 24 jam non-stop selama 7 hari.Pasti ada kalanya Bunda harus berpisah sebentar, entah itu untuk urusan berbelanja, kontrol kesehatan, atau kembali bekerja di kantor.

Nah, meski tak selalu bersama sang buah hati, Bunda tetap bisa memberikan perhatian terbaik saat sedang berada di dekatnya. Kalaupun ada hal buruk terjadi pada anak, maka jangan keburu menyesali diri apalagi menyalahkan kemampuan Anda sebagai orang tua. Pasalnya, selalu ada gangguan tak disangka-sangka di luar lingkup yang terkadang sulit untuk dihindari.

Bagaimana jika orang tua memiliki anak-anak dengan jenis kelamin yang sama seluruhnya?

Well, tak bisa dipungkiri bahwa orang tua ingin agar anak-anak mereka memiliki jenis kelamin yang berbeda-beda. Taruhlah Bunda sudah dikaruniai 3 orang anak laki-laki dan sedang mengandung anak ke-4, pasti di dalam hati ingin donk agar diberikan Tuhan momongan seorang bayi perempuan cantik. Tentu keinginan tersebut tidaklah egois, sebab Anda ingin warna baru serta tantangan lain dalam mengasuh anak. Hmm, bagaimana jika Anda dikarunia bayi laki-laki untuk keempat kalinya? Kemungkinan besar inilah yang akan dialami oleh wanita:

  • Kesedihan
  • Kekecewaan
  • Takut akan tenggelam dalam depresi
  • Cemas dengan reaksi mereka sendiri saat nantinya bayi lahir
  • Kemarahan terhadap diri sendiri karena kok bisa-bisanya merasa sedih dengan kehadiran sang buah hati

Bahkan, seorang Ibu dengan banyak anak lelaki pernah berkata, "Aku merasa belum menjadi wanita sempurna karena tidak bisa melahirkan anak perempuan. Aku tahu hal ini salah, namun jujur inilah yang kurasakan."

Beberapa Ibu dalam kondisi serupa pun kerap kali bergulat dengan kepalsuan. Ya, mereka harus pura-pura senang saat dokter yang melakukan ultrasound memberitahukan bahwa sang janin berjenis kelamin tertentu (dimana tentunya bukan seperti yang diharapkan).

Setelah dirundung rasa kecewa, maka tibalah masa dimana Bunda sibuk mengutuki diri sendiri karena telah bertindak ‘egois’. Dengan terpaksa, Anda pun menyembunyikan emosi dan tidak bercerita pada siapapun perihal gender disappointment.  Meski bulan demi bulan masa kehamilan telah berlalu, Bunda masih saja merasa sedih saat membayangkan impian bermain-main dengan anak perempuan idaman terenggut: tidak ada gaun, Barbie, bermain salon-salonan, apalagi mendandani anak dengan pernak-pernik merah muda. Meski sedih, tetaplah realistis ya, Bun! Jangan sampai si janin lelaki dalam kandungan Anda merasa terabaikan.

Bagaimana cara mengatasi kekecewaan?

Menulis adalah meditasi terbaik! Tidak percaya? Yuk duduk diam sejenak dan tuliskan semua keluh kesah Anda di secarik, dua carik, atau bahkan berlembar-lembar kertas. Tuangkan semua yang Bunda rasakan melalui goresan pena. Tulislah seperti apa anak yang sebenarnya ingin Anda miliki dan hal-hal apa saja yang hendak Bunda lakukan bersama si kecil. Kalau sudah selesai menulis, lakukanlah ritual tertentu. Misalnya, membakar kertas tersebut atau menaruhnya dalam botol dan melabuhkannya ke pantai. Kesannya dramatis ya, Bun?

Well, masalah gender disappointment ini memang baiknya tidak dianggap remeh. Kalau kekecewaan Bunda tidak segera ditangani dengan baik, maka bisa jadi si kecil akan menerima akibatnya kelak di kemudian hari. Mulai dari rasa tidak diinginkan, diabaikan, sampai anak gelisah karena merasa tidak sanggup memenuhi ekspektasi Anda!

Gender disappointment setelah bayi lahir

Namanya juga naluri Ibu, biasanya setelah anak lahir maka hati Bunda pun ikut mencair dan seketika menerima segala ‘kekurangannya’ termasuk soal jenis kelamin. Begitu anak tersenyum, maka Bunda pun ikut tersenyum! Ya, gender disappointment memang biasanya memuncak saat masa kehamilan dan hilang begitu saja begitu sang buah hati lahir. Umumnya, seorang Ibu akan menyadari bahwa mau itu anak perempuan atau anak lelaki, tetap saja anak adalah titipan Tuhan yang patut disyukuri.


(Yusrina)