Kelahiran

3 Cara Mengetahui Tanda ASI Basi Yang Berbahaya Bagi Bayi

3 Cara Mengetahui Tanda ASI Basi Yang Berbahaya Bagi Bayi

ASI basi adalah asi perah yang sudah menjadi kadaluarsa dan tidak layak diminum bayi. Bagi ibu menyusui, sangat penting mengetahui tanda ASI basi agar tidak membahayakan bayi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melihat tanda ASI basi di container penyimpanan ASIP Ibu.

Meski ada beberapa kemiripan, ASI tidak sama dengan bentuk susu tradisional, tampilannya, baunya, dan bahkan rasanya bisa sangat berbeda. Karenanya, bisa lebih sulit mengidentifikasi ASI basi atau tidak layak konsumsi. ASI basi bisa berbahaya jika terminum bayi.

Kali ini Ibupedia akan mengajak Ibu untuk mencari tahu tentang beberapa hal yang berkaitan dengan daya tahan ASI dan tanda ASI basi setelah disimpan.


Cara mengetahui ASI Basi

Lakukan langkah berikut untuk mengetahui ASI basi:

  1. Periksa tampilan ASI

    ASI secara alami akan terpisah setelah dipompa, bagian lemak naik ke atas dan air berada di bagian bawah. Ketika masih dalam kondisi bagus, ASI akan lebih mudah tercampur kembali dengan perlahan memutar botol. Bila ASI Ibu tetap terpisah atau ada pemisah setelah berusaha mencampurnya, kemungkinan ASI basi dan sebaiknya segera dibuang.


  2. Cium bau ASI

    Bila ASI telah disimpan di lemari pendingin atau pada suhu ruang, mengendusnya bisa jadi cara untuk menentukan apakah ASI basi. Ingat, variasi bau jadi hal normal pada ASI, tapi bila Ibu mencium bau asam, kemungkinan ASI basi.

    Cara ini mungkin tidak tepat bila ASI telah dibekukan. Karena perubahan kimia yang terjadi ketika enzim lipase dibekukan dan mulai memecah lemak di ASI, ASI yang dicairkan bisa menghilangkan bau tengik atau asam, meski masih sangat aman bila ASI mengandung enzim ini dalam tingkat tinggi.

    Untuk menguji apakah ASI cenderung memiliki bau tengik atau asam, bekukan sedikit ASI selama 5 hari, lalu cairkan, dan tes dengan mengendusnya. Karena waktu yang singkat dalam eksperimen ini, Ibu bisa yakin apakah ASI basi di waktu yang lebih pendek dan persediaan ASI yang memiliki bau ini setelah dibekukan masih aman diberikan ke bayi.


  3. Cicipi ASI

    Sama seperti tes mengendus, cicipi ASI. ASI akan terasa berbeda dibanding susu sapi, tapi rasa lain selain asam atau tengik masih bisa diterima. Bila Ibu menyimpan ASI di lemari pendingin dan ASI terasa tengik atau asam, kemungkinan ASI basi dan jangan diberikan ke bayi.

    Bila Ibu membekukan ASI dan rasanya asam ketika dicairkan, lihat langkah di atas untuk menentukan apakah ASI memang cenderung asam tapi aman setelah dibekukan karena lipase yang tinggi dan bukan tipe ASI basi. Bila ASI Ibu biasanya tidak memiliki rasa asam, tapi kemudian rasanya menjadi asam, buang ASI karena kemungkinan ASI basi.

Jadi ingat ya Bu, bila ingin tahu apakah ASI Ibu telah basi, Ibu perlu:

  • Memeriksanya

  • Menciumnya

  • Mencicipinya


Berapa lama ASI bisa disimpan?

Berbicara tentang ASI, penting untuk memahami kalau ada dua fase ASI yang berbeda, yakni “fresh” (segar) dan “usable” (bisa digunakan).

ASI segar adalah yang baru saja dipompa yang memiliki kandungan nutrisi dan antibodi. Sedangkan ASI yang “usable” berarti sudah melewati periode idealnya tapi masih bagus untuk dikonsumsi bayi. ASI “usable” berarti telah disimpan dengan benar di lemari pendingin atau freezer. Inilah tipe yang seiring waktu bisa jadi ASI basi. ASI ini tidak mengandung bakteri dan tidak akan mengancam kesehatan bayi. ASI “usable” masih mengandung nutrisi untuk bayi, tapi beberapa manfaatnya telah hilang karena kondisinya tidak lagi segar (fresh). Jika terlalu lama disimpan dan tidak higienis, kandungan dalam ASI akan rusak dan menjadi ASI basi.

Berikut ini panduan dalam menyimpan ASI perah:

  • Di suhu ruang selama 3-4 jam

  • Di lemari pendingin selama 72 jam hingga 8 hari

  • Di dalam freezer selama 3 sampai 6 bulan

  • Di deep freezer selama 6 sampai 12 bulan.

Tapi Bu, untuk lebih mudah mengingat lamanya waktu penyimpanan ASI, Ibu bisa ikuti “aturan 6” berikut ini:

  • 6 hari di lemari pendingin

  • 6 bulan di freezer.

Meski ASI masih bisa bertahan setelah periode di atas, “aturan 6” ini jadi cara mudah mengingat waktu penyimpanan yang aman tanpa repot mengikuti panduan yang rumit. 

Satu hal yang perlu diingat ketika mengikuti panduan menyimpan ASI yang aman adalah perubahan metode penyimpanan tidak mengulangi waktu penyimpanan. Misalnya, bila Ibu menyimpan ASI di lemari pendingin selama 8 hari, memasukannya ke dalam freezer tidak akan membuatnya bertahan selama 6 sampai 12 bulan. Kandungannya tetap akan rusak dan ASI basi dalam kurun waktu di lemari pendingin.

Karena ASI Ibu telah mendekati titik ASI basi ketika disimpan di lemari pendingin, membekukannya akan mengawetkannya lebih lama, tapi tetap menjadi ASI basi lebih cepat di dalam freezer dibanding bila Ibu membekukannya segera setelah memompanya.


Panduan Penyimpanan ASI

SuhuWaktu Penyimpanan
ASI segar yang baru dipompa
Ruang hangat27-32°C3-4 jam
Suhu ruang16-26°C4-8 jam (ideal: 3-4 jam)
Di dalam cooler / ice pack15°C24 jam
ASI di lemari pendingin (disimpan di bagian belakang, jauh dari pintu kulkas)
ASI segar0-4°C3-8 hari
(ideal: 72 jam)
ASI yang dicairkan0-4°C24 jam
ASI beku (jangan bekukan ulang, simpan di bagian belakang, jauh dari pintu kulkas)
Freezer di dalam lemari esBervariasi2 minggu
Freezer dengan pintu terpisah dari lemari es<4°C6 bulan
Deep freezer-18°C12 bulan (ideal: 6 bulan)
Panduan di atas untuk ASI yang dipompa untuk bayi cukup umur yang sehat. Bila bayi sakit atau dirawat di rumah sakit, diskusikan panduan penyimpanan bersama dokter.

   

A. Faktor yang mempengaruhi panjang waktu penyimpanan ASI

Ada dua faktor utama yang mempengaruhi panjang waktu menyimpan ASI yang efektif:

  1. Suhu

    ASI di freezer bertahan lebih lama dibanding ketika disimpan di lemari pendingin karena suhunya lebih dingin. Tapi kondisi di dalam lemari pendingin dan freezer akan mempengaruhi panjang waktu penyimpanannya. Jadi ini bukan hanya faktor yang menentukan seberapa lama ASI basi ya, Bu.

    ASI di lemari pendingin perlu disimpan di bagian belakang, di mana suhunya paling dingin dan paling stabil, serta tidak terpengaruh ketika pintu lemari pendingin dibuka dan ditutup. Jangan pernah simpan ASI di pintu lemari pendingin karena sangat fluktuatif suhunya ketika pintu dibuka. 

    ASI yang disimpan di dalam freezer biasa bisa bertahan hingga 6 bulan. Bila Ibu memiliki deep freezer maka ASI bisa bertahan hingga 12 bulan dan tidak basi karena suhunya lebih dingin dan lebih stabil.


  2. Wadah penyimpanan yang digunakan

    Faktor kedua yang mempengaruhi panjang waktu penyimpanan ASI adalah wadah penyimpanan yang Ibu pilih.

    Idealnya, Ibu menyimpan ASI di kantong ASI komersil atau botol plastik. Keduanya harus dalam kondisi bersih dan benar-benar tertutup rapat sebelum penyimpanan untuk menghilangkan risiko pencemaran yang bisa memicu ASI rusak atau basi.

   

B. Faktor yang mempengaruhi bau ASI

Pada susu biasa, Ibu bisa mengendusnya untuk menentukan apakah susu telah rusak. Bau yang dianggap tidak normal menandakan ada yang salah. Sementara pada ASI, hal ini tidak berlaku.

Bau ASI bisa sangat mudah terpengaruh, jadi bau yang tidak biasa tidak berarti ASI basi. Bau ASI bisa sangat bervariasi pada tiap wanita, dan bahkan bisa berubah dari hari ke hari pada wanita yang sama. 

Beberapa hal yang mempengaruhi bau ASI antara lain:

  • Makanan

  • Obat

  • Proses pembekuan

  • Wadah penyimpanan.

   

C. Faktor yang mempengaruhi rasa ASI

Karena bau dan rasa sangat berhubungan, faktor yang sama yang mempengaruhi bau ASI juga bisa mempengaruhi rasanya. Pola makan ibu jadi faktor yang sangat berpengaruh. Rasa yang kuat, terutama rasa pedas, bisa membuat ASI memiliki rasa tersebut.

   

D. Faktor yang mempengaruhi tampilan ASI

ASI yang normal memiliki warna bervariasi. Beberapa warna ASI antara lain:

  • Kuning

  • Off white

  • Kebiruan

  • Sedikit jingga.

Warna ASI bisa bervariasi bahkan pada sesi memompa yang sama. Kebanyakan variasi warna ini terjadi karena rasio foremilk yang lebih encer dan hindmilk yang lebih pekat dan berlemak, yang cenderung berubah dari pagi hingga malam hari. Jadi warna bukan satu-satunya tanda ASI basi ya, Bu.

Hal lain seperti pola makan, obat, dan hidrasi juga bisa mempengaruhi tampilan ASI. Satu hal penting yang perlu diingat, ada rentang yang luas untuk ASI normal dan hanya melihat perubahan warna ASI tidak mengindikasikan ASI tidak layak konsumsi. 

Ibu berusaha keras untuk memompa ASI, dan tentu Ibu tidak ingin menyia-nyiakannya setetes pun. Jadi ikuti rekomendasi penyimpanan yang tepat, dan pahami variasi tampilan, bau, dan rasa ASI yang normal untuk mencegah membuang ASI (yang mungkin dikira ASI basi) yang ternyata masih di kondisi baik.

Untuk menghindari membuang ASI karena ASI basi dan lebih mudah mencairkan dan menghangatkannya,  simpan ASI di takaran 29 sampai 118 ml. Cantumkan tanggal sebelum penyimpanan. ASI dari sesi memompa berbeda atau hari berbeda bisa digabungkan di wadah yang sama, gunakan tanggal dari ASI yang pertama dipompa. Hindari menambahkan ASI hangat ke wadah ASI yang sebelumnya disimpan di lemari es atau ASI beku, dinginkan ASI yang baru sebelum digabungkan. ASI basi biasanya baunya tengik atau rasanya asam.

Untuk mencairkan ASI beku:

  • Cairkan perlahan di lemari pendingin (ini butuh waktu sekitar 12 jam). Letakkan ASI di lemari pendingin satu malam sebelum digunakan. Hindari meletakkan ASI beku di suhu ruangan agar mencair.

  • Untuk cepat mencair, alirkan air ke atas wadah ASI, mulai dengan air dingin dan perlahan tingkatkan suhunya.

  • ASI yang sebelumnya dibekukan bisa disimpan di lemari pendingin hingga 24 jam setelah selesai dicairkan. ASI jangan dibekukan kembali.

Untuk menghangatkan ASI:

  • Panaskan air di gelas atau wadah kecil, lalu letakkan ASI di air agar menjadi hangat, atau gunakan bottle warmer

  • Jangan gunakan microwave atau menghangatkan ASI langsung di atas kompor.

Bagian krim akan naik ke atas selama penyimpanan. Perlahan goyang botol untuk mencampurnya sebelum mengecek suhu dan menawarkannya ke bayi.

Bila bayi tidak menghabiskan ASI pada satu sesi menyusu, ASI kemungkinan masih aman untuk kembali disimpan di lemari pendingin dan tawarkan lagi dalam 1 sampai 2 jam, setelah itu ASI basi dan harus dibuang.

   

ASIP Asam Karena Aktivitas Enzim Lipase

Beberapa Ibu menyusui menemukan fakta kalau rasa ASIP mereka yang sudah disimpan di kulkas atau freezer berubah menjadi asam, beraroma sabun atau besi, meskipun sudah mengikuti tata cara penyimpanan ASIP yang benar. Tenang, Bu, ini bukan karena ASI basi ya.

Menurut Lawrence & Lawrence dalam bukunya yang berjudul Breastfeeding: A Guide for the Medical Profession, ini bisa terjadi karena ASIP tersebut memiliki kandungan enzim lipase yang tinggi. Enzim ini memecah lemak pada ASI segera setelah ASI dipompa. Sebagian besar bayi tidak masalah dengan perubahan rasa dan bau ASI ini. ASIP dengan kondisi tersebut juga aman dikonsumsi bayi karena bukan ASI basi. Tapi beberapa bayi menolak ASI dengan bau tengik atau asam yang terlalu kuat.

   

Mengatasi ASIP Asam Karena Lipase

Jika ASIP sudah terlanjur berubah rasa menjadi asam, tidak ada yang bisa Ibu lakukan untuk mengubah rasanya kembali. Namun ASIP yang baru dipompa bisa dicegah agar tidak berubah rasa jadi asam dengan cara memanaskan ASI sebelum dibekukan untuk menon-aktifkan enzim lipase. Cara ini disebut dengan teknik scalding.

Untuk memanaskan ASI atau scalding, lakukan hal berikut, seperti dilansir dari kellymom.com:

  • Ambil ASIP segar, tuangkan ke dalam panci kecil, letakkan di atas kompor, nyalakan api.

  • Gunakan termometer makanan, tiap suhunya naik 10°-20°, aduk ASI perlahan

  • Saat sudah mencapai suhu 80° Celsius (Ibu mungkin akan melihat gelembung kecil yang terbentuk di tepian panci), angkat panci dari kompor, gunakan corong, masukkan ASIP ke botol penyimpanan ASIP, tutup, tempatkan langsung ke wadah yang berisi batu es. Letakkan botol ASIP dan wadah batu es tersebut ke kulkas agar dingin.

  • Saat sudah dingin, Ibu bisa menyimpan ASIP di kulkas seperti biasa.

Cara di atas dapat menghilangkan bau tengik atau rasa asam pada ASI. Teknik scalding ini memang akan menghancurkan beberapa nutrisi pada ASI. Ini tidak akan menjadi masalah, kecuali jika bayi tidak pernah direct breastffeding, dapat ASI segar dan selalu menerima ASIP yang dipanaskan ini terus menerus.

Lalu apa yang harus dilakukan dengan ASIP yang sudah terlanjur asam dan ditolak bayi?

Ibu bisa mencoba mencampur ASIP beku tersebut dengan ASIP segar. Mulailah dengan half frozen, half fresh. Lalu secara bertahap, naikkan kandungan ASIP beku lebih banyak daripada ASIP fresh. Sesuaikan dengan kesukaan si kecil.

   

Menggunakan botol dan wadah kaca untuk menyimpan ASI

Bila Ibu memompa dan menyimpan ASI, ada beberapa pilihan wadah untuk menyimpan ASI. Ibu bisa memutuskannya berdasarkan jumlah ASI yang Ibu simpan dan berapa lama menyimpannya. Hal ini jadi salah satu point penting untuk mencegah ASI basi karena salah penyimpanan. Selama wadah dalam kondisi bersih, aman untuk makanan, dan memenuhi kebutuhan penyimpanan, Ibu bisa pilih salah satu yang Ibu sukai.

Wadah dan botol kaca bisa jadi pilihan tepat terutama untuk penyimpanan ASI jangka panjang dan mencegah ASI basi terlalu cepat di dalam freezer. Karena botol kaca lebih kuat dibanding kantong penyimpanan ASI berbahan plastik. Ibu bisa mencuci dan kembali menggunakannya. Wadah kaca tidak hanya ramah lingkungan, tapi bisa menghemat uang untuk jangka panjang. Meski begitu, wadah kaca bisa berbahaya karena berisiko pecah dan berceceran dibanding wadah penyimpanan dari plastik keras .

Kelebihan wadah kaca untuk menyimpan ASI:

  • Wadah kaca ramah lingkungan. Karena Ibu tidak perlu membuangnya setelah tiap kali penggunaan. Ini mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke tempat sampah.

  • Botol kaca bisa digunakan kembali dan ekonomis. Mungkin terlihat lebih mahal awalnya karena Ibu perlu membeli botol kaca dengan harga lebih tinggi dari kantong penyimpanan ASI berbahan plastik. Tapi karena Ibu akan menggunakannya lagi dan lagi, seiring waktu ini akan menghemat uang Ibu. Sebaliknya, Ibu akan terus membeli kantong plastik penyimpan ASI karena harus dibuang setelah tiap kali digunakan.

  • Wadah penyimpanan berbahan kaca lebih kuat dibanding wadah plastik, jadi ASI tidak bocor atau tumpah ketika disimpan dengan baik.

  • Material kaca memberi perlindungan lebih baik dari pencemaran.

Kekurangan wadah penyimpanan kaca:

  • Kaca bisa berbahaya bila pecah.

  • Botol kaca membutuhkan perawatan. Karena tidak dibuang setelah digunakan, Ibu masih harus mencucinya setelah digunakan.

  • Wadah kaca memakan lebih banyak tempat di lemari es atau freezer dibanding kantong ASI.

  • Ibu perlu mencairkan wadah penyimpanan perlahan untuk mencegah kaca retak dan pecah.

   

Membekukan dan mencairkan ASI di wadah kaca

Bila Ibu berencana membekukan ASI di wadah atau botol kaca, Ibu perlu tahu kalau tidak semua wadah kaca aman untuk freezer. Ibu tidak boleh menggunakan botol kaca biasa atau wadah kaca lain kecuali yang memang dibuat sesuai dengan suhu di dalam freezer.

Bahkan wadah kaca yang aman untuk freezer bisa pecah ketika terpapar suhu yang sangat cepat berubah, jadi penting untuk mencairkan ASI di botol dan wadah kaca dengan benar. Ibu perlu cairkan ASI di wadah kaca dengan sangat perlahan. 

Ketika mengisi botol kaca dengan ASI untuk disimpan di dalam freezer, pastikan Ibu tidak mengisinya hingga penuh. Karena ASI akan mengembang selama proses pembekuan. Bila wadah terlalu penuh, isinya bisa tumpah. Isilah botol kaca hingga 2/3 atau ¾ bagian. Lalu tutup botol hingga rapat untuk melindungi ASI dari pencemaran serta bau selama berada di dalam freezer. Dengan cara ini, kemungkinan besar Ibu akan terhindar dari ASI basi karena salah penyimpanan.


(Ismawati, Yusrina)