Kelahiran

4 Perbedaan Muntah Dan Gumoh Yang Wajib Diwaspadai!

4 Perbedaan Muntah Dan Gumoh Yang Wajib Diwaspadai!

Perbedaan muntah dan gumoh pada bayi sedikitnya agak samar dan cenderung banyak yang salah mengartikan. Apalagi, bayi belum mampu mengungkapkan perasaan tidak nyaman yang sedang terjadi padanya. 

Seringnya gumoh terjadi pada bayi yang masih sering menyusu, tapi adakalanya hal ini justru bukan gumoh, lho! Melainkan muntah dan merupakan sebuah tanda kalau si kecil sedang tidak enak badan. Bagaimana mengamatinya ya? Yuk! Kita simak dalam ulasan berikut ini.

Serba-serbi perbedaan muntah dan gumoh yang perlu orang tua ketahui


Apakah si kecil hanya gumoh biasa? Atau ia justru sedang muntah karena imun tubuhnya sedang turun? Lalu bagaimana ya melihat perbedaan muntah normal dan tidak normal pada bayi? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat sering menghampiri Ibu saat sedang mengasuh si kecil. Tenang Bu, mari kita bahas satu per satu.

1. Perbedaan muntah dan gumoh yang dasar

Melansir dari laman WebMD, gumoh merupakan sebuah kondisi dimana isi perut bayi naik kembali ke mulut tanpa adanya paksaan atau tidak ada kontraksi otot apapun dan biasanya disertai dengan sendawa. Sedangkan muntah adalah kondisi saat bayi mengeluarkan isi perutnya disertai dengan kekuatan atau kontraksi otot.

Biasanya akan disertai dengan kondisi rewel atau tantrum pada si kecil. Ini merupakan hal paling dasar untuk mengetahui perbedaan muntah normal dan tidak normal pada bayi, jadi Ibu perlu mengamatinya lebih teliti lagi.

2. Tanda bahwa si kecil sedang gumoh


Perbedaan muntah dan gumoh memang sangat tipis batasannya, namun tetap ada perbedaan yang bisa kita amati lebih jauh lagi. Gumoh terjadi saat susu yang ditelan si kecil meluncur melewati bagian belakang tenggorokannya, lalu kemudian turun pada saluran berotot yang dinamakan kerongkonan baru masuk ke perutnya. 

Ada sebuah cincin otot yang menghubungkan kerongkongan dengan bagian perut, cincin ini akan terbuka saat susu masuk ke perut dan akan menutup lagi setelahnya. Jika cincin pada bagian bawah tidak mengencang atau menutup kembali setelah susu turun, maka susu yang ia minum akan kembali naik lagi dan keluar melalui mulut. Intensitasnya dan volume susu yang dikeluarkan hanya sedikit dan tidak seperti muntah.

3. Waspadai muntah proyektil yang mirip dengan gumoh


Melansir dari laman Today’s Parent, kemungkinan bayi akan berkurang gumohnya saat mereka mulai duduk atau menginjak usia 6-9 bulan. Jadi bila ini terjadi di bawah usia tersebut, maka ini adalah hal yang wajar.

Namun bila di atas umur tersebut gumoh masih terjadi atau justru lebih parah dan mengakibatkan muntah proyektil setiap kali ia menyusu, maka sebaiknya Ibu segera membawanya ke dokter karena hal ini membutuhkan penanganan medis lebih lanjut. Muntah proyektil ini merupakan jenis muntah yang kuat atau isi perut seakan terdorong secara paksa dan bentuknya berupa semburan. 

Hal ini sering disertai dengan perilaku si kecil yang seakan melengkungkan punggung seperti menahan sakit saat muntah, lalu setelah itu ia menolak untuk menyusu. Biasanya muntah jenis ini juga merupakan tanda terjadinya refluks gastroesofageal atau mulas. 

Segera membawa si kecil ke dokter adalah solusi tepat karena selain perawatan medis, kemungkinan juga dokter akan meresepkan obat untuk mengurangi asam lambung untuk mencegah rasa sakitnya. Perbedaan muntah dan gumoh untuk jenis yang satu ini sangat jelas terlihat dan perlu diwaspadai lebih lanjut.

4. Perbedaan muntah dan gumoh lainnya


Gumoh sering kali dianggap karena si kecil kekenyangan setelah menyusu dari Ibu atau botol favoritnya. Namun Ibu perlu waspada apakah ini hanya gumoh biasa atau muntah yang perlu penanganan lebih lanjut. 

Perbedaan muntah normal dan tidak normal pada bayi dapat dilihat secara jelas, apalagi bila penyebab muntah bayi adalah karena penyakit Gerd, masih melansir dari laman WebMD berikut ciri-ciri bayi terkena gangguan Gerd:

  • Si kecil tampak tidak nyaman atau rewel terus-menerus.
  • Adanya masalah pernafasan seperti tersedak, batuk, mengi, atau bisa juga pneumonia.
  • Pertumbuhan tubuh si kecil yang buruk karena muntah mengakibatkan nutrisi ASI atau susu tidak masuk ke dalam tubuhnya.
  • Terjadi muntah dengan intensitas yang sering dalam kurun waktu yang singkat.
  • Cairan muntah yang keluar berwarna hijau atau kekuningan.
  • Menolak menyusu, minum air, hingga makan.
  • Ada darah pada kotoran bayi atau poop-nya.
  • Masih gumoh setelah usia 6 bulan atau saat ia sudah bisa duduk tanpa didampingi.
  • Setelah makan justru tambah rewel hingga tantrum.

Tips mengurangi gumoh pada bayi


Perbedaan muntah dan gumoh di atas agaknya menjadi semakin jelas dan akan membantu Ibu untuk semakin waspada. Gumoh ternyata juga bisa dikurangi lho, berikut tips-nya:

  • Memberi makan atau susu si kecil dengan takaran bertahap dan tidak sekaligus banyak.
  • Sering disendawakan dengan digendong tegak.
  • Setelah makan atau menyusui jangan langsung ditidurkan.
  • Biarkan si kecil tenang tanpa bermain aktif dulu selama 30 menit setelah menyusu atau makan.
  • Jika ASI, Ibu bisa mengubah pola makan dan jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi supaya tidak mengandung asam atau sejenisnya yang bisa memicu gerd.

Editor: Aprilia