Kelahiran

5 Upaya Pencegahan Stunting, Orang Tua Juga Ambil Peran

5 Upaya Pencegahan Stunting, Orang Tua Juga Ambil Peran

Upaya pencegahan stunting masih terus diupayakan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk memaksimalkan pertumbuhan anak. Bukan tanpa alasan, permasalahan stunting menjadi topik hangat yang berefek pada kesejahteraan Negara. Bagaimana pencegahan stunting yang dianjurkan untuk menekan angka kasusnya?

Perkembangan kasus stunting di Indonesia


Pada 25 Januari 2023, telah digelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKKBN yang mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan. Hasil survei ini menunjukkan angkat stunting dari 2021 ke 2022 mengalami penurunan sebanyak 2.8%, yaitu dari 24.4% ke 21.6%.

Melansir dari Sehat Negeriku, meski persentasenya turun, di tahun 2022 ada 2 juta pernikahan, dan 1.6 juta istri hamil di tahun pertama. Hanya saja 400.000 di antaranya merupakan kasus stunting.

Untuk itu pada Rakernas tersebut, Presiden Joko Widodo menargetkan di tahun 2024 Indonesia setidaknya harus berhasil menurunkan angka stunting dari 21.6% menjadi 14%. Dengan target ini, maka setidaknya pencegahan stunting perlu digalakkan agar angka stunting menurun sekitar 3.8% per tahun.

Penyebab stunting


Sebuah berjudul a Review of Child Stunting Determinants in Indonesia dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stunting di Indonesia. Dari data yang ditemukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa stunting di Indonesia disebabkan oleh:

  • Bayi tidak menyusu eksklusif di 6 bulan pertama
  • Status ekonomi yang rendah
  • Bayi lahir prematur
  • Tinggi badan dan pendidikan Ibu rendah
  • Panjang lahir bayi pendek.

Kemudian ditambah dengan buruknya sanitasi, tidak adanya jamban di rumah dan akses air bersih yang kurang membuat risiko stunting semakin meningkat. Sulitnya akses ke fasilitas kesehatan dan daerah tempat tinggal yang terpencil juga merupakan faktor sosial yang memengaruhi tingginya angka stunting.

Dampak stunting


Bukan masalah sepele, stunting memiliki dampak besar bagi seorang anak hingga ia dewasa nanti. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa stunting berdampak pada:

  • Perkembangan otak anak
  • Keterbelakangan mental
  • Kemampuan belajar yang rendah
  • Besarnya potensi mengidap obesitas, penyakit diabetes hingga darah tinggi.

Lebih lanjut, National Library of Medicine juga menyebutkan bahwa anak yang stunting akan:

  • Kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah
  • Kesulitasn mengejar kemampuan belajar teman-temannya
  • Lebih berpotensi mendapatkan nilai yang rendah
  • Memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah
  • Cenderung lesu dan tidak tertarik bereksplorasi
  • Kurang konsentrasi
  • Bermasalah dengan daya ingat.

Dari dampak secara pribadi inilah yang kemudian berdampak lebih besar pada kesejahteraan diri anak di masa depan dan kesejahteraan Negara. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dan memiliki nilai rendah, berpotensi memiliki taraf hidup yang sulit dibandingkan yang tidak stunting.

Mereka berpotensi mendapatkan pekerjaan yang tidak dapat memenuhi kesejahteraan hidupnya, di mana ini juga akan berdampak pada produktivitas dan perekonomian Negara. Akibatnya, Negara juga terdampak sebagai Negara yang belum maju karena taraf pendidikan dan ekonomi masyarakatnya belum stabil.

Dasar inilah yang kemudian menjadikan pemerintah lebih memperhatikan upaya pencegahan stunting untuk menekan angka kasus dan mensejahterakan masyarakat dan Negara.

Cara mencegah stunting

Program pencegahan stunting sudah mulai digalakkan oleh Pemerintah dengan menyasar pada fasilitas kesehatan terdekat dari masyarakat, yaitu Puskesmas dan pendampingan dari tenaga kesehatan. Cegah stunting juga bisa dilakukan di rumah oleh orang tua dengan mendukung program Pemerintah. Upaya pencegahan stunting ini di antaranya:

1. Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri dan Ibu hamil


Pada program Penurunan Stunting Anak di 2025 oleh Badan Kesehatan Dunia, disebutkan bahwa masalah awal yang membuat stunting meningkat adalah kurangnya asupan yodium dan zat besi. Tak hanya pada anak, kekurangan mineral ini dipicu dari masa remaja, kehamilan, hingga usia awal anak.

Untuk itu, Pemerintah bahkan telah mengganti program Pemberian Tablet Tambah Darah bagi remaja putri dan Ibu hamil menjadi Konsumsi Tablet Tambah Darah. Didukung juga dengan pemberian yodium dari makanan olahan rumah. Badan Kesehatan Dunia juga menyarankan pemberian suplemen asam folat, tablet multivitamin dan mineral, serta vitamin K.
 Konsumsinya dianjurkan sejak masa remaja, diteruskan hingga kehamilan, dan masa menyusui.

2. Menyusui secara eksklusif di 6 bulan pertama


Menyusui merupakan perawatan antenatal, prenatal dan postnatal yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Ini merupakan langkah lanjutan dari konsumsi vitamin dan mineral yang diasup Ibu sejak remaja.

ASI diproduksi dengan nutrisi terbaik dari tubuh Ibu. Sehingga ketika masa menyusui tiba, produksi ASI dapat optimal diberikan untuk bayi. Nutrisi inilah yang kemudian melengkapi kebutuhan makro dan mikro nutrisi untuk bayi sehingga stunting dapat dicegah.

3. Memberikan protein hewani pada MPASI

Berlanjut lagi pada masa MPASI, pemberian cukup protein dapat membantu pencegahan stunting pada bayi. Ragam protein hewani sangat banyak sebagai pilihan pemenuhan nutrisi.

Namun bila tidak memungkinkan untuk memenuhi ragam protein hewani pada masyarakat ekonomi rendah, anjuran konsumsi 1 telur setiap harinya dapat dilakukan. Melansir dari NICS Well disebutkan bahwa, penelitian terhadap sebuah grup dengan bayi-bayi yang diberi sebuah telur setiap harinya secara signifikan mengalami kenaikan pada pola tumbuh kembangnya. 

Hal ini bisa menurunkan tingkat stunting serta mengurangi risiko berat badan rendah. Bahkan, Pemerintah Indonesia juga menyarankan masyarakat untuk memberikan setidaknya 1 buah telur untuk anak setiap harinya, sebagai pencegahan stunting.

4. Konsultasi kehamilan rutin


Pemerintah juga memperhatikan kesehatan Ibu hamil melalui program konsultasi kehamilan di fasilitas kesehatan pertama dari 4 kali menjadi 6 kali. Kementerian Kesehatan juga meningkatkan jumlah alat pemeriksaan USG di Puskesmas-Puskesmas guna menunjang pemeriksaan Ibu hamil lebih baik. 

Agar bila terjadi masalah pada kehamilan, dapat lebih awal diatasi. Ini juga dilakukan sebagai upaya pencegahan stunting. Karena masih banyak kasus bayi lahir sudah dalam keadaan stunting karena Ibu mengalami malnutrisi dan minim pemeriksaan kehamilan.

5. Lingkungan yang bersih


Sanitasi layak dan perwujudan rumah sehat juga sebaiknya menjadi perhatian setiap individu. Karena faktor lingkungan ini juga mendukung terjadinya stunting. Lingkungan yang bersih, sanitasi lancar, adanya jamban khusus, serta akses air bersih dapat meingkatkan kesehatan anak. Anak tidak mudah sakit dan pertumbuhannya optimal.

Upaya-upaya pencegahan stunting ini memerlukan kesadaran dari setiap orang tua untuk memberikan nutrisi terbaik bagi anak. Sehingga sinergi antara program pemerintah dan usaha yang dilakukan orang tua di rumah dapat selaras untuk menurunkan angka stunting.

Editor: Aprilia