Rahim Copot Kerap Dikaitkan Dengan Prolaps Uteri Cek Faktanya Yuk!

Rahim Copot Kerap Dikaitkan Dengan Prolaps Uteri Cek Faktanya Yuk!
Rahim Copot Kerap Dikaitkan Dengan Prolaps Uteri Cek Faktanya Yuk!

Mendengar kasus rahim copot pasca melahirkan, tentu bikin bulu kuduk merinding ya Bu. Tapi hal tersebut nyata dialami oleh dr. Gia Pratama semasa bertugas di sebuah Puskesmas di daerah Jawa Barat.

Dalam Podcast bersama Raditya Dika beberapa minggu lalu, ia menceritakan bahwa pernah suatu ketika datang seorang Ibu yang baru saja melahirkan anak di rumahnya, dengan bantuan paraji atau dukun beranak. Salah satu kerabat sang Ibu menunjukkan sebuah benda di dalam kantong plastik hitam, yang saat dibuka isinya adalah rahim Ibu tersebut yang copot pasca melahirkan.

Tapi sebenarnya, rahim copot setelah melahirkan bisa terjadi pada siapapun. Namun, bukan secara alami melainkan dengan paksaan atau ditarik. Waduh, ngeri banget ya Bu!

Yuk, kita simak bagaimana penjelasan ahli mengenai penyebab rahim copot dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah kejadian tersebut.

Rahim, organ tubuh wanita yang sangat istimewa

Rahim atau uterus merupakan organ berbentuk buah pir dalam sistem reproduksi wanita. Di sinilah sel telur yang telah dibuahi menempel selama kehamilan dan jadi tempat calon buah hati Ibu berkembang hingga lahir, termasuk memberikan nutrisi.

Rahim punya peran yang penting dalam siklus menstruasi. Organ istimewa ini letaknya berada di panggul, tepatnya diantara kandung kemih dan rektum.

Dikutip dari Cleveland Clinic rahim punya 3 fungsi utama dalam tubuh wanita:

Kehamilan. Saat kehamilan terjadi, rahim akan meregang dan menjadi rumah untuk bayi selama kehamilan. Rahim juga dapat berkontraksi untuk membantu mendorong bayi keluar dari vagina. Istimewanya lagi, rahim akan kembali menyusut dan kembali ke bentuk semua setelah bayi lahir dalam waktu beberapa minggu saja.

Mengatur kesuburan. Rahim merupakan tempat bagi sel telur yang telah dibuahi menempel selama pembuahan dan jadi rumah untuk bayi bertumbuh nantinya.

Mengatur siklus menstruasi. Lapisan rahim atau endometrium akan menebal jika sedang tidak hamil, proses ini dikenal dengan menstruasi.

Lantas, mungkinkah rahim copot bisa terjadi?

Kalau mengutip dari penjelasan singkat dari dr. Lidya Sutandar, SpOG, yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Eka Hospital, kita perlu membayangkan bahwa rahim ibarat seperti kaos kaki yang elastis. Biasanya, rahim copot pasca melahirkan terjadi akibat ditarik secara paksa.

Umumnya, setelah bayi lahir ia masih tersambung dengan rahim Ibunya melalui tali pusat. Nah, tali pusat ini akan tersambung dengan ari-ari dan ari-ari menempel di bagian dalam rahim.

“Apabila (ari-ari) belum saatnya copot, kemudian kita tarik dengan tenaga yang berlebihan, itu seperti kaos kaki yang terlipat keluar. Sehingga rahimnya keluar dari vagina,” jelasnya.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh dokter untuk menyelamatkan rahimnya? Menurut dokter Lidya tentu adalah, mengembalikan posisinya. Jika rahim robek, maka dokter akan berusaha mempertahankan rahim dan menjahit bagian yang robek untuk mengembalikan fungsi-fungsi organ.

Namun, apabila penanganannya terlambat dan robek total, maka dengan berat hati kondisi ini nggak bisa diselamatkan lagi. Satu-satunya cara mungkin hanya melakukan transplantasi rahim, tapi prosesnya sangatlah rumit.

Rahim copot dan prolaps uteri apakah sama?

Sejak Podcast dokter Gia viral di media sosial, banyak mengundang banyak reaksi termasuk dari beberapa dokter kandungan. Mereka beranggapan bahwa, yang dimaksud dokter Gia mungkin adalah prolaps uteri dan bukan rahim copot.

Sebab, bagaimana mungkin rahim yang menempel begitu kuat di organ tubuh wanita bisa copot dengan mudahnya setelah melahirkan. Nah, kalu mengutip dari Mayo Clinic prolaps uteri merupakan kondisi ketika rahim turun secara bertahap, pasca melahirkan.

Biasanya terjadi akibat melemahnya otot panggul dan penuaan. Prolaps uteri biasanya lebih banyak ditemukan pada wanita yang melahirkan dengan proses pervaginam atau normal secara berulang, khususnya kelahiran jarak dekat.

Prolaps uteri berbeda dengan rahim copot ya, Bu. Dilihat dari gejala yang mungkin terjadi seperti:

- Merasakan adanya tekanan pada panggul

- Sensasi ada sesuatu yang turun di vagina

- Muncul suatu jaringan yang teraba pada vagina

- Nyeri punggung bawah

- Terganggunya hubungan seksual.

Kalau tidak segera ditangani, rahim yang turun pada kondisi prolaps uteri bisa membuat rahim keluar sepenuhnya dari pintu vagina. Sehingga menyebabkan prolaps uteri total.

Prolaps uteri total termasuk kondisi kegawat daruratan medis yang harus segera ditangani. Cara mengatasi rahim turun ini memerlukan tindakan pembedahan, bahkan tak jarang bisa membuat rahim seorang wanita terpaksa harus diangkat atau histerektomi, demi memperbaiki prolap.

Tapi, dalam derajat yang ringan dan diketahui dini, prolaps uteri bisa ditangani dengan fisioterapi seperti; latihan otot dasar panggul atau pemasangan ring pessarium. Jadi, sudah tahu kan perbedaan rahim copot dan prolaps uteri?

Tentu keduanya merupakan kondisi yang berbeda dengan penanganan yang juga berbeda. Semoga pengalaman dari dokter Gia bisa menjadi pelajaran bagi para Ibu yang hendak melahirkan nantinya ya.

Follow Ibupedia Instagram