Kelahiran

Yang Harus Dilakukan Saat Ketuban Pecah Tapi Kontraksi Tak Kunjung Datang

Yang Harus Dilakukan Saat Ketuban Pecah Tapi Kontraksi Tak Kunjung Datang

Ketika ketuban pecah, kantung membran yang terisi penuh oleh cairan amniotik yang melindungi bayi selama berada di dalam rahim mengalami sobekan. Cairan akan merembes keluar melalui serviks dan vagina. Jika ketuban pecah secara alami ketika kandungan Anda sudah cukup umur untuk melanjutkan ke proses persalinan, bidan akan mencatatnya dalam catatan kelahiran sebagai spontaneous rupture of membranes (SROM). Ketuban yang pecah menjadi tanda bahwa Anda akan memasuki tahap awal persalinan. Tapi kejadian ini bisa terjadi sebelum Anda menjalani persalinan.

Kebanyakan ketuban wanita hamil pecah ketika tahap awal persalinan mau berakhir. Meski persalinan sering diawali dengan kontraksi, kadang ketuban juga bisa pecah sebelum Anda masuk tahap persalinan. Ini terjadi pada 1 dari 10 wanita dan disebut prelabour rupture of membranes at term (PROM). Untuk sekitar  3 dari 100 wanita, ketuban mereka pecah lebih dini, sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Kondisi ini disebut preterm pre-labour rupture of membranes (PPROM).

Jika Bunda merasa ketuban telah pecah, cobalah untuk tetap tenang. Hubungi bidan atau dokter Anda. Seberapa banyak cairan ketuban yang keluar bisa bervariasi, dapat berupa tetesan yang sedikit atau semburan yang banyak. Di akhir kehamilan, ada sekitar 800 ml cairan ketuban. Bunda bisa gunakan pembalut untuk melindungi pakaian Anda, kalau-kalau ketuban pecah. Cairan ketuban berwarna jernih dengan sedikit kekuningan, dan mungkin juga agak berlumur darah, jadi pembalut Anda akan menunjukkan warnanya. Saat cairan ketuban merembes, Bunda mungkin perlu menggunakan handuk bersih di bagian bawah Anda. Jika Anda menggunakan mobil untuk menuju rumah sakit, Anda bisa melindungi kursi mobil dengan lembaran plastik dan handuk bersih.

Ketika ketuban Anda telah pecah, bidan atau dokter akan memeriksa Anda dan bayi sebelum membahas apa yang akan terjadi selanjutnya. Bidan akan bertanya:

  • Apakah ketuban Anda pecah berupa pancaran atau sedikit-sedikit?

  • Apa warna cairan ketuban Anda?

  • Apakah Anda merasa kontraksi sudah dimulai, seperti kram?

Ia juga akan mendengarkan detak jantung bayi untuk memastikan bayi Anda baik-baik saja. Anda biasanya tidak memerlukan pemeriksaan vaginal pada tahap ini. Tapi, bidan bisa melakukan pemeriksaan vaginal untuk melihat keluarnya cairan. Bidan akan dengan hati-hati memasukkan speculum untuk membuka vagina lebih luas, agar ia bisa melihat bagian serviks dengan lebih jelas.

Jika semua berjalan baik, dan Anda setidaknya berada di kehamilan usia 37 minggu ketika ketuban pecah, tapi kontraksi belum juga dimulai, Anda punya beberapa pilihan. Anda bisa:

  • Menjalani persalinan dengan induksi.

  • Menunggu 24 jam untuk melihat jika Anda bisa menjalani persalinan tanpa induksi.

  • Menunggu dan melihat selama lebih dari 24 jam, meski pilihan ini beresiko infeksi pada vagina dan uterus.

Kemungkinannya adalah kontraksi Anda dimulai dalam 24 jam hingga 48 jam setelah ketuban pecah. Jadi menunggu setidaknya 24 jam sebelum Anda diinduksi mungkin akan menjadi saran yang diberikan bidan atau dokter kandungan Anda. Meski jika ketuban Anda pecah dini, dan kehamilan Anda masih berumur antara 34 hingga 37 minggu, Anda punya pilihan yang sama. Jika tes Anda menunjukkan hasil positif untuk bakteri grup B streptokokus (GBS) selama kehamilan, Anda akan ditawari opsi induksi sesegera mungkin. Langkah ini untuk membantu melindungi bayi dari infeksi GBS. Infeksi GBS pada bayi baru lahir memang tidak biasa terjadi, tapi bisa berbahaya jika bayi Anda mengalaminya.

Apabila ketuban pecah sebelum tanggal perkiraan kelahiran, tapi Anda tidak menginginkan induksi, dan jika setelah diperiksa semua kondisi baik bagi Anda dan bayi, Anda bisa pulang ke rumah dan menunggu selama 24 jam untuk menunggu kontraksi dimulai. Sementara menunggu, Anda bisa mandi air hangat di rumah. Jangan berhubungan seks ketika ketuban sudah pecah, karena ini bisa meningkatkan resiko infeksi untuk Anda dan bayi.

Menunggu kontraksi dimulai selama lebih dari 24 jam akan meningkatkan resiko infeksi. Jika menolak untuk diinduksi, Anda perlu melakukan hal berikut ini:

  • Memeriksakan detak jantung dan gerakan bayi pada bidan atau dokter setiap 24 jam hingga Anda menjalani persalinan, atau menjalani persalinan dengan induksi.

  • Diperiksa suhu tubuh setiap 4 jam.

  • Memeriksa perubahan pada warna dan bau cairan ketuban.

  • Memastikan bayi bergerak seperti biasa.

Segera hubungi rumah sakit jika Anda:

  • Mengalami tanda infeksi, seperti suhu tubuh naik atau menggigil.

  • Gerakan bayi mengalami penurunan.

Jika bidan dan dokter  menemukan adanya infeksi, Anda perlu menerima antibiotik melalui selang infus. Anda juga perlu segera menjalani persalinan dengan induksi. Tindakan ini dilakukan untuk melindungi bayi Anda. Bila Anda tidak menunjukkan tanda infeksi dan menjalani persalinan dengan normal lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah, Anda akan disarankan untuk melahirkan di rumah sakit. Ini karena ada kemungkinan bayi Anda perlu dirawat di neonatal intensive care unit (NICU). Anda akan tinggal di rumah sakit selama setidaknya 12 jam setelah kelahiran agar bayi Anda bisa diperiksa untuk adanya tanda infeksi.

Jika ketuban Anda telah pecah selama lebih dari 48 jam, dan Anda belum juga merasakan kontraksi, Anda perlu berpikir serius tentang apa yang Anda ingin lakukan. Resiko bagi Anda dan bayi mengalami infeksi meningkat jika semakin lama rentang waktu antara ketuban pecah dan kelahiran bayi. Diinduksi setelah ketuban pecah tidak akan meningkatkan resiko untuk menjalani operasi sesar.

Cobalah untuk tidak terlalu khawatir tentang rasa sakit yang akan Bunda alami saat menjalani persalinan dengan induksi. Anda akan ditawari pilihan pereda rasa sakit yang sama seperti ketika menjalani pesalinan normal. Bunda mungkin akan membahas dengan dokter atau bidan apakah Anda ingin menjalani persalinan dengan induksi atau menunggu kontraksi dimulai lalu menjalani persalinan alami.

(Ismawati)