Keluarga

14 Mitos Bayi yang Harus Ibu Ketahui Kebenarannya

14 Mitos Bayi yang Harus Ibu Ketahui Kebenarannya

Merawat bayi, apalagi bayi baru lahir itu, memang susah-susah gampang. Apalagi, di sekitar kita masih banyak orang-orang yang mencampur adukkan antara mitos dan fakta. Kepercayaan yang belum tentu benar ini, nggak jarang bikin kita bingung. Supaya nggak ikut pada kepercayaan yang salah, yuk, simak fakta dan mitos bayi berikut ini.

1. Pakai Kalung Amber untuk Atasi Sakit Gigi pada Bayi

Ini adalah salah satu mitos bayi tumbuh gigi yang justru semakin berkembang. Beberapa waktu belakangan, semakin ramai orangtua yang memakaikan kalung amber pada anak, dengan tujuan untuk membantu mengurangi rasa sakit saat anak sedang tumbuh gigi. 

Kalung ini semakin diminati setelah beberapa selebritas memakaikannya pada anak mereka.

Dikatakan, kalung amber bekerja dengan melepaskan asam suksinat yang bermanfaat sebagai analgesik (anti demam sekaligus anti nyeri) jika terkena panas tubuh. Namun, belum ada bukti yang nyata secara medis mengenai keampuhan penggunaan kalung ini. 

Bahkan, tertera pada situs fda.gov, FDA (Badan Pengawas Makanan dan Obat di Amerika), tidak menyarankan penggunaan kalung atau gelang amber pada bayi dan anak-anak. 

Baik itu untuk membantu mengurangi sakit gigi maupun untuk memberikan stimulasi sensorik pada anak (atau orang) yang berkebutuhan khusus, misalnya ADHD atau autisme. Larangan ini diberlakukan karena meningkatkan risiko anak cedera mulut, infeksi, tersedak bahkan tercekik.

2. Menginjak Rumput Agar Bayi Cepat Berjalan

Katanya, kalau mau anak cepat lancar berjalan, harus diajak menginjak rumput. Betulkah? Lalu, bagaimana jika anak takut dengan rumput? 

Ada penjelasan sederhana tentang kenapa bayi tidak suka atau takut menginjak rumput, yaitu respons yang berlebihan dari sensor saraf bayi (experience sensory overload)

Biasanya, ‘takut rumput’ ini terjadi pada masa-masa awal bayi menginjak rumput. Selanjutnya, tidak ada hubungan antara bayi cepat berjalan dengan menginjak rumput. 

Mungkin, hal ini dikaitkan dengan saran bayi berjalan tanpa alas kaki. Anak yang sedang belajar berjalan, menerima informasi sensorik penting melalui telapak kaki mereka ketika menyentuh tanah. 

Jadi, ketika anak belajar berjalan, memang disarankan untuk tidak mengenakan alas kaki (atau gunakan sepatu dengan sol lembut), bukan berarti harus menginjak rumput dan tujuan utama anak mengenakan sepatu adalah untuk melindungi kaki mereka. 

Tanpa alas kaki, kaki anak bisa menyentuh dan merasakan sesuatu, sekaligus melatih kekuatan otot-otot kaki mereka. Nanti setelah anak lancar berjalan, anak bisa mengenakan sepatu biasa. 

Tips memilih sepatu anak. Harus ada ruang yang cukup untuk jari-jari kaki. Gunakan sol yang lentur dan rata.  

3. Pakai Gurita Agar Perut Bayi Tidak Buncit

Adalah sebuah kepercayaan zaman dulu, bayi sering dipakaikan gurita agar bayi tidak masuk angin, pusarnya tidak bodong atau supaya perut anak tidak buncit. 

Menurut informasi pada situs idai.or.id, bayi lebih banyak bernapas dengan otot-otot perut, sehingga gurita justru tidak disarankan untuk digunakan, karena bisa mengganggu pernapasan bayi. Gurita juga dikatakan bisa mengganggu tumbuh kembang bayi. 

Perut bayi yang terkesan buncit adalah hal yang normal. Hal ini disebabkan, karena kulit, otot serta lemak pada bayi masih tipis, sehingga belum mampu menahan gerakan sistem pencernaan yang mendorong ke luar, sehingga bikin perut bayi kelihatan besar. 

Selain meningkatkan risiko bayi susah bernapas, memakai gurita juga bisa memicu bayi gumoh atau muntah (terutama setelah makan), kepanasan, ruam hingga mengalami biang keringat.

4. Bayi Ngeces Karena Mengidam yang Tidak Dituruti

Ketika melihat bayi ngeces, sebagian orang akan bilang, bahwa saat ibunya hamil, pasti ada sesuatu yang diinginkan (mengidam) tetapi tidak dituruti. Ada juga yang bilang, supaya bayi berhenti ngeces, berikan apa yang Ibu idamkan saat hamil (dan tidak kesampaian). 

Padahal, nggak ada hubungan antara mengidam dengan bayi ngeces. Ngeces adalah hal yang normal pada bayi. Ngeces biasanya terjadi pada dua tahun pertama usia anak. 

Menurut informasi pada situs kindercare.com, ada beberapa penyebab bayi ngeces, yaitu:

  • Dikatakan, bayi ngeces ada kaitannya dengan sistem pencernaannya yang sedang berkembang. Otot-otot yang berfungsi untuk menelan pada bayi, belum berkembang dengan sempurna.
  • Ketika keterampilan motorik bayi berkembang, misalnya ‘mengunyah’ tangannya, reseptor motorik pada tangannya mengirim sinyal ke otak untuk memproduksi air liur, dan hal ini bisa menjadi tanda bahwa anak mulai siap untuk makan (makanan padat). 

5. Tempel Kertas Basah di Dahi Anak untuk Hentikan Cegukan

Menempelkan kertas basah di dahi anak ketika ia cegukan, tentu hanyalah sebuah mitos bayi. Cegukan adalah hal yang umum terjadi pada bayi, bahkan seringkali, bayi cegukan tanpa sebab yang jelas. 

Namun, hal ini diduga ada kaitannya dengan bayi makan (menyusu) berlebihan, menyusu terlalu cepat atau menghirup banyak udara. Cegukan terjadi ketika diafragma mengalami kontraksi, meskipun demikian, pada umumnya cegukan bukanlah sesuatu yang mengganggu bagi bayi. 

Ada beberapa tips untuk mencegah bayi cegukan. Di antaranya, memberi jeda saat bayi menyusu untuk disendawakan. 

Menurut American Academy of Pediatrics, sebaiknya bayi diserdawakan setiap ia meyusu dua hingga tiga ons atau setiap pergantian payudara untuk bayi yang mendapatkan ASI. Menggunakan empeng membantu diafragma menjadi lebih rileks. 

Dengan mengusap-usap punggung bayi, juga bisa membantunya rileks. 

6. Gunting Bulu Mata Bayi Agar Tebal

Setiap orangtua pasti ingin anaknya terlihat menarik. Salah satunya adalah memiliki bulu mata yang indah. Karenanya, banyak orangtua yang masih mengikuti mitos bayi seperti menggunting bulu mata agar lentik dan tebal. 

Seperti rambut, nyatanya bulu mata tidak akan menebal atau pun lentik setelah dipotong. Bulu mata hanya terlihat seakan lebih tebal, karena pada dasarnya Ibu menggunting bagian ujungnya yang tipis, dan menyisakan bagian tengahnya yang tebal. 

Selain itu, menggunakan gunting atau benda tajam lainnya di sekitar bayi, apalagi di area matanya, bisa jadi sesuatu yang membahayakan bagi bayi.

7. Bayi Sering Menangis Menjelang Magrib, Karena Diganggu Makhluk Halus?

Ketika bayi menangis terus, bisa jadi bikin Ibu khawatir. Apalagi, bayi selalu menangis di sore hari, atau menjelang waktu maghrib. Wah, bisa-bisa hal ini bikin Ibu berpikiran macam-macam, ya. 

Nyatanya, hampir semua bayi sering menangis di waktu ini, bukan hanya bayi Ibu, loh. 

Menurut dunia medis, ada beberapa hal yang bisa jadi pemicu bayi menangis di waktu menjelang magrib ini. Contoh, bayi merasa lapar, bayi merasa gelisah, misalnya karena perubahan waktu dari siang ke malam atau karena bayi overstimulated. 

Hal ini juga sering disebut dengan istilah witching hour atau arsenic hour. Yaitu waktu di mana bayi tiba-tiba menangis, biasanya di sore atau malam hari, dengan durasi yang panjang. 

8. Anak Sakit Karena ‘Mau Pintar’

Ada sebuah kepercayaan di masyarakat, bahwa anak atau bayi yang sakit, misalnya demam atau diare, adalah tanda bahwa anak ‘mau pintar’, atau akan punya milestone baru. Sayangnya, mitos bayi ini masih ada hingga sekarang. 

Anak sakit, tentu nggak bisa dibiarkan, demam misalnya. Demam bukanlah suatu penyakit, tapi sebuah tanda jika tubuh kita sedang mengalami sesuatu. Demam bisa dipicu oleh kelelahan, anak kurang minum, baru mendapatkan imunisasi, stimulasi berlebih, dst. 

Selain itu, demam bisa dipicu karena adanya infeksi virus atau pun bakteri.  

9. Rajin Potong Rambut Bayi Agar Rambutnya Lebat

Ibu pasti sering banget mendengar kalimat, ‘rambut bayi harus rajin dicukur, supaya lebat’. Padahal, rajin memotong atau mencukur rambut bayi tidak akan membuat rambutnya menjadi lebih tebal atau lebat. 

Lebat atau tidaknya rambut bayi, tergantung dari genetiknya. Selain itu, asupan yang bergizi juga bisa membantu bayi untuk memiliki rambut yang sehat.

10. Ibu Menyusui dilarang Makan Makanan Pedas

Saat menyusui, banyak sekali larangan yang kita dengar. Misalnya, tidak boleh makan makanan pedas atau makanan beraroma kuat. Bahkan, kabarnya di Korea, ibu menyusui nggak disarankan mengonsumsi kimchi karena dikhawatirkan bisa menyebabkan kolik pada bayi. 

Padahal, bukan suatu masalah jika Ibu makan makanan pedas saat menyusui dan rasa pedas tersebut tidak akan memengaruhi ASI. Malah, akan bagus jika makanan tersebut bisa menambah nafsu makan Ibu. 

Tapi memang, harus ada batasnya, ya. Karena makan makanan pedas yang berlebihan bisa bikin Ibu mengalami diare, dan kondisi badan yang tidak fit tentu memengaruhi kegiatan menyusui. 

11. Bayi Demam Tidak Boleh Mandi

Katanya, jika bayi sedang demam, maka tidak boleh mandi supaya demam tidak semakin parah. Sebetulnya, mandi saat demam tetap diperbolehkan, asal mengikuti aturan. Misalnya, saat demam, jangan mandi air dingin. 

Gunakan air hangat dengan suhu sekitar 37-38 derajat. Air hangat ini bisa membantu untuk menurunkan suhu tubuh anak. Selain itu, mandi saat demam juga hanya boleh sebentar saja. 

12. Bawang Merah untuk Mengobati Anak Flu

Untuk membantu mempercepat anak sembuh dari flu, banyak orang yang menyarankan untuk memakai bawang merah. Apakah mitos bayi ini efektif? Ada anggapan, menaruh bawang merah yang mengandung sulfur di dalam ruangan bisa mematikan virus dan bakteri. 

Nyatanya, belum ada studi yang membuktikan hal tersebut. Namun, aroma bawang disebut bisa memberikan efek dekongestan atau membantu melegakan hidung yang tersumbat. Pun, hal ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. 

Kepercayaan lainnya adalah meletakkan bawang merah di kaki anak, yang katanya bisa membuang racun, hal ini juga tidak tepat, ya. Membalurkan bawang merah pada punggung atau dada anak memang bisa memberikan efek hangat dan bikin bayi yang kurang sehat merasa lebih nyaman. 

Tapi ada hal lain yang perlu diperhatikan, aroma bawang bisa bikin mata bayi perih dan membalurkannya ke tubuh bayi bisa memicu kulitnya teriritasi.

13. Bayi dilarang Keluar Rumah Sebelum Usia 40 Hari Karena Takut ‘Ketempelan’

Mitos bayi ini nggak sepenuhnya salah. Selain untuk hal penting, misalnya imunisasi, bayi baru lahir memang sebaiknya tidak keluar rumah, pastinya, bukan karena takut bayi ‘ketempelan’ mahluk halus, ya, Bu. 

Tapi karena tubuh bayi masih amat rentan terhadap penyakit. Selain itu, berdiam sejenak di rumah juga memberikan Ibu waktu untuk memulihkan diri dari proses melahirkan dan masa nifas.

14. ASI Basi Setelah Lama Tidak Menyusui

Banyak orangtua kita masih memercayai, kalau kita stop menyusui selama beberapa waktu, maka ASI harus diperah dan dibuang, karena ASI tersebut sudah basi. ASI yang kekuningan, keruh atau encer juga seringkali disebut basi. Padahal, ASI tidak bisa basi. 

Itulah beberapa mitos tentang merawat bayi dan fakta yang ada di baliknya. Agar tidak keliru dengan anggapan yang salah, mari lebih aktif mencari informasi yang valid.

Editor: Dwi Ratih