Keluarga

5 Tanda Kekerasan Verbal Yang Harus Segera Dihentikan!

5 Tanda Kekerasan Verbal Yang Harus Segera Dihentikan!

Kekerasan verbal dapat dialami oleh siapapun dan di umur pernikahan berapa saja. Kekerasan verbal dalam rumah tangga paling sering dialami, terutama bila sebuah hubungan sudah rentan sejak awal dimulainya sebuah ikatan pernikahan.

Melansir dari laman Brides, kekerasan verbal adalah tindakan kekerasan yang dilakukan melalui ucapan bisa dengan cara menghina, mengkritik tanpa fakta, hingga mencela orang lain. Pelaku kekerasan verbal kerap kali terlihat sangat peduli dengan korbannya.

Namun suatu saat ketika ada pertengkaran, kekerasan verbal dapat muncul membabi buta sehingga membuat korban kerap merasa terpuruk, tidak punya harga diri, hingga sedih berkelanjutan. Kekerasan verbal dalam rumah tangga maupun sebuah hubungan dengan jenjang apa saja sama berbahayanya dengan kekerasan fisik. 

Amelia Peck, seorang psikolog khusus pernikahan mengungkapkan, kekerasan verbal dapat dilakukan dengan cara apa saja oleh pasangan untuk mengendalikan hubungan dan sangat mungkin punya tujuan utama memunculkan rasa tidak aman pada seseorang. Jika kekerasan fisik bisa mudah dikenali dan ada bukti nyatanya, maka kekerasan verbal tidak keliatan secara kasat mata. 

Hal ini menyebabkan kerusakan internal seperti jiwa yang terluka dan berpotensi memunculkan luka jangka panjang. Karenanya, yuk kenali 5 tanda kekerasan verbal yang perlu kamu ketahui!

Tanda kekerasan verbal yang harus diwaspadai


Kekerasan verbal adalah salah satu kekerasan dalam rumah tangga yang kerap dianggap sepele karena tidak ada bukti yang valid seperti luka memar dan lainnya. Namun dampaknya membuat hubungan suami dan istri menjadi tidak sehati lagi. Melansir dari laman Very Well Mind, berikut adalah tanda seseorang sedang mengalami kekerasan verbal:

1. Merasa takut menghadapi pelakunya

Pernahkah Ibu mengalami perasaan takut saat menghadapi pasangan saat ini? Rasa takut dan hormat tidaklah sama, perasaan takut disertai dengan rasa tidak senang berada di sekitar pasangan. Sementara rasa hormat adalah sebuah tanda bahwa Ibu menghargai pasangan sebagai seorang kepala rumah tangga dengan penuh rasa cinta dan kebahagiaan.

Pelaku kekerasan verbal bisa dengan mudah menunjukkan rasa sayang, lalu seketika bisa marah tak berasalan hingga meluap-luap dan mengeluarkan kata-kata yang seringnya melukai pasangan. Jika Ibu sedang merasakan hal ini, maka tandanya Ibu sedang menghadapi kekerasa verbal.

2. Berbagi tentang perasaan adalah hal yang rumit


Pelaku kekerasan verbal kerap menghina hingga merendahkan pasangannya. Jika Ibu merasa tidak lagi mampu berbagi tentang apa yang sedang Ibu rasakan atau alami karena takut nanti akan dihina, maka kemungkinan besar Ibu sedang mengalami kekerasa verbal dalam rumah tangga.

Datangi ahli yang tepat atau terapis untuk membantu Ibu keluar dari masalah ini atau minimal Ibu bisa mengeluarkan isi hati kepada orang yang lebih tepat, sahabat misalnya.

3. Sering merasa terancam setiap waktu

Tanda kekerasan verbal sedang terjadi pada seseorang juga termasuk rasa tidak percaya diri hingga merasa terancam setiap kali harus pergi bersama orang tersebut. Ini bisa dikarenakan Ibu kerap kali dikritik atau mungkin dicemooh di depan umum hingga Ibu merasa harga diri sudah hilang dan perasaan khawatir terus berkembang selama berada di sisi pelaku kekerasan verbal.

4. Kerap kali menjadi sasaran pada masalah sekecil apapun


Apakah pasangan kerap kali menjadikan Ibu sasaran atas masalah apapun yang terjadi? Bahkan masalah kecil saja tampaknya sangat besar dan satu-satunya yang selalu disalahkan adalah Ibu?

Pelaku kekerasan verbal sering mempermasalahkan hal-hal kecil kemudian mulai membuat argument dengan pasangannya dan berakhir menyalahkan habis-habisan sampai pasangannya mengaku salah serta meminta maaf.

5. Sering dihadapkan pada situasi yang manipulatif

Kekerasan verbal dalam rumah tangga sering kali tertutup rapi karena pihak yang menjadi korban menutupnya rapat-rapat. Baginya hal ini seperti aib yang tidak boleh diketahui public sekaligus memunculkan perasaan takut bahwa suatu saat ia akan disalahkan kembali.

Namun sayangnya, pelaku kekerasan verbal seringnya menunjukkan situasi manipulatif di depan banyak orang sehingga tak banyak yang menyangka hal buruk sedang menimpa korbannya.

Jenis kekerasan verbal yang tak boleh diabaikan


Kekerasan verbal adalah hal yang tidak bisa didiamkan begitu saja dalam sebuah hubungan karena akan merusak psikis pasangan yang menjadi korban. Terkadang dampaknya justru lebih parah dari luka fisik seperti lebam, hati-hati dalam menyikapi hal ini.

Melansir dari laman Healthline, berikut ini beberapa jenis kekerasa verbal yang tak boleh diabaikan. Jika menemukan ini sedang terjadi pada diri Ibu atau orang sekitar, jangan tinggal diam dan segera pergi ke ahlinya.

  • Pelabelan nama pada seseorang

Kekerasan verbal dapat berbentuk melabeli seseorang dengan sebutan tertentu, misalnya: si bodoh, kamu tidak punya otak, wanita dungu, dan masih banyak lagi. Pelabelan nama ini sebaiknya dihindari, sekalipun ini salah satu cara romantis untuk memanggil pasangan.

  • Merendahkan saat terlibat percakapan

Kekerasan verbal adalah hal yang kerap muncul dalam sebuah hubungan, namun seringnya tak kasat mata dan dianggap biasa. Jika sering mendengar pasangan tampak meremehkan Ibu, maka bisa jadi Ibu sedang mengalami kekerasan verbal.

  • Degradasi dan kritik asal-asalan

Degradasi adalah kejadian dimana pelaku kekerasan verbal menyudutkan korbannya agar dirinya selalu merasa buruk dengan cara menghina, merendahkan, dan sejenisnya. Kemudian pelaku juga seringnya mengkritik asal-asalan supaya harga diri korban hancur.

  • Sering menyalahkan dalam setiap argument

Kekerasan verbal dalam rumah tangga juga dapat terjadi saat suami istri sering menyalahkan. Melontarkan argumen boleh-boleh saja asalkan disertai dengan solusi, bukan menyalahkan salah satu pihak saja dan merasa paling benar.

Editor: Aprilia