Keluarga

6 Langkah Zero Waste dalam Keluarga untuk Bumi Kita

6 Langkah Zero Waste dalam Keluarga untuk Bumi Kita

Masalah sampah yang mengancam kelestarian bumi kita merupakan perhatian dunia yang tidak boleh diabaikan. Pencemaran lingkungan, terutama di area perairan seperti sungai dan laut, yang diakibatkan oleh sampah telah menimbulkan berbagai macam dampak negatif, terutama sampah plastik.

Tidak hanya bencana banjir dan menumpuknya sampah di daratan maupun lautan, tapi juga membahayakan biota laut yang tanpa sengaja menelan sampah plastik tersebut dan berakhir mati. Sebuah penelitian berjudul Plastic Waste Inputs from Land into Ocean tahun 2015, menghasilkan data yang menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia dan mencemari lautan.

Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan. Apalagi, di zaman yang serba praktis dan cepat seperti sekarang ini, penggunaan plastik sulit dilepaskan dari keseharian kita. Tanpa kita sadari, kemudahan yang didapat dari pemakaian barang-barang sekali pakai dan sukar terurai, ternyata lambat-laun menyebabkan penimbunan sampah hingga kerusakan besar pada bumi kita.

Dan salah satu yang memiliki andil terbanyak adalah sampah rumah tangga. Diperkirakan, pada tahun 2019 ini sampah rumah tangga menyumbang lebih dari 3 juta ton atau 30% dari keseluruhan produsen sampah, disusul oleh sampah industri, pariwisata, dan lainnya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kondisi bumi yang mulai mengkhawatirkan ini?

  1. Menerapkan Gaya Hidup Zero Waste

    Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menerapkan gaya hidup zero waste, atau dengan kata lain “bebas sampah”. Awalnya, gaya hidup ini dipopulerkan oleh Bea Johnson dalam buku dan website-nya yaitu Zero Waste Home. Gaya hidup yang mengacu pada konsep ramah lingkungan ini telah banyak dilakukan oleh orang dari berbagai belahan dunia.

    Konsep zero waste sendiri bukan berarti sama sekali tidak menghasilkan sampah ya, Bu. Akan tetapi, ada komitmen besar dalam konsep zero waste untuk mengurangi produksi sampah dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk menekan jumlah sampah rumah tangga. Tidak ada kata terlambat untuk memulai gaya hidup zero waste ini. Hal-hal terkecil pun yang dilakukan dalam keluarga untuk mengurangi produksi sampah sangat berarti bagi keberlangsungan bumi yang sehat untuk anak-cucu kita.

    Berikut langkah-langkah zero waste yang bisa Ibu terapkan dalam keluarga:

  2. Menolak dengan Tegas

    Langkah pertama dan terpenting dalam memulai gaya hidup zero waste adalah dengan menolak mengkonsumsi dan membeli barang berbahan plastik. Tentu jamak ditemui saat Ibu berbelanja ke supermarket atau pasar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, penjual selalu menyediakan kantong plastik untuk mempermudah Ibu membawa barang belanja. Di satu sisi, kantong plastik yang diberikan secara gratis itu memang sangat membantu mobilitas dan kepraktisan Ibu dalam mengemas belanjaan.

    Terlebih jika di pasar Ibu harus membeli lauk segar yang masih basah dan akan mengotori kantong berbahan kain yang sudah Ibu siapkan. Dengan kepraktisan anti bocor, sekali pakai, dan cukup murah bahkan gratis ini, tak heran jika kantong plastik menjadi idola para pembeli yang tidak ingin repot-repot membersihkan sisa belanjaan atau air dan amis darah ikan yang berceceran di lantai. 

    Di sisi lain, dampak penggunaan kantong plastik terhadap kondisi lingkungan kita sangat mencemaskan. Bahan plastik yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai itu lama-lama akan menumpuk. Ditambah dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam persoalan pencemaran lingkungan, kemudian membuang sampah sembarangan, bahkan ke area perairan seperti sungai dan lautan.

    Meski kini beberapa minimarket andalan Ibu dan keluarga juga sudah tidak menyediakan kantong plastik, upaya ini hendaknya dilanjutkan oleh Ibu dan keluarga. Jangan risaukan bila masih orang percaya ‘pamali’ saat Ibu menolak diberi pembungkus berbahan plastik untuk makanan atau belanjaan Ibu di toko dan minimarket lain. Dengan menolak penggunaan bahan-bahan plastik, tidak ramah lingkungan, sekali pakai, dan sulit terurai, merupakan langkah awal zero waste yang bijak dalam keluarga, demi mempertahankan keberlangsungan bumi bagi kita dan anak-cucu kita nantinya.

  3. Mengurangi Penggunaan Barang Berbahan Plastik

    Langkah zero waste berikutnya adalah dengan mengurangi penggunaan barang berbahan plastik. Coba cermati baik-baik segala macam perabot dan benda apa pun di dalam rumah. Berapa banyak barang berbahan plastik yang Ibu miliki?

    Salah satu upaya untuk menekan jumlah sampah rumah tangga dalam keluarga adalah dengan tidak menambah barang berbahan plastik yang sudah ada. Ibu bisa mulai mempertimbangkan untuk mengurangi kegiatan yang banyak melibatkan barang berbahan plastik. Misalnya dalam hal berbelanja. Mulailah dengan membuat daftar kebutuhan yang hendak dibeli untuk seminggu atau dalam kurun waktu tertentu. Coret barang berbahan plastik dari daftar dan ganti dengan alternatif barang berbahan ramah lingkungan. Kemudian siapkan tas atau kantong belanja yang cukup untuk memuat daftar barang yang akan dibeli.

    Untuk memudahkan Ibu memilah barang kebutuhan rumah tangga berbahan plastik, yuk kita simak beberapa cara mengurangi barang berbahan plastik dalam keluarga:

    • Popok Kain untuk Bayi atau Dewasa: Jika Ibu memiliki bayi atau orangtua dengan kondisi tertentu yang mengharuskan memakai popok, maka Ibu perlu mempertimbangkan untuk menggunakan popok berbahan kain dan mudah dicuci daripada popok sekali pakai. Meski sedikit repot karena harus mencucinya, pilihan ini adalah langkah bijak untuk mengurangi penggunaan barang berbahan plastik.

    • Hindari Makanan dan Minuman Berkemasan Plastik: Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan kehidupan yang serba cepat, berbagai kebutuhan pun menuntut untuk dipenuhi dengan segera. Kemasan makanan dan minuman berbahan plastik tentu saja bisa memenuhi kebutuhan ini. Tapi, mengingat dampaknya yang berbahaya bagi bumi, Ibu bisa mulai menekan keinginan untuk membeli makanan dan minuman kemasan plastik. Lantas bagaimana menyiasatinya? Ibu tak perlu malu untuk membawa kotak makan, botol minuman, bahkan sendok-garpu dan sedotan sendiri saat perjalanan bersama keluarga.

    • Dine in: Jika Ibu tidak bisa memasak atau sedang malas memasak, tidak ada salahnya untuk mengajak keluarga makan di luar. Tetapi, alangkah bijaknya jika Ibu dan keluarga memilih “dine in” atau makan di tempat daripada membawa makanan pulang.

    • Memilih Mainan Anak Berbahan Kayu: Selain mengurangi penggunaan popok sekali pakai, mengganti mainan anak dengan wooden toys juga merupakan langkah zero waste yang tak kalah penting. Ibu bisa memilih balok susun berbahan kayu atau boneka kain yang aman untuk anak.

    • Menggunakan Perabotan Ramah Lingkungan: Ibu bisa mulai menggunakan perabotan yang berbahan non plastik seperti peralatan dapur, sikat gigi, hingga sisir rambut. 

    Jika Ibu memang harus membeli barang kebutuhan baru, upayakan untuk mengutamakan barang berbahan kaca, logam, dan kardus.

  4. Memanfaatkan Barang yang Sudah Ada

    Salah satu upaya mengurangi sampah rumah tangga berbahan plastik adalah dengan memanfaatkan barang yang ada atau barang yang bisa digunakan berkali-kali. Misalnya saat menggunakan alternatif pilihan pembalut untuk Ibu. Sekarang ini, banyak produsen pembalut berbahan ramah lingkungan yang bisa Ibu jadikan pilihan saat menstruasi datang.

    Pembalut kain dengan berbagai ukuran dan daya serap yang tak kalah dengan pembalut biasanya, juga tersedia lho. Selain itu, baru-baru ini juga sedang marak penggunaan menstrual cup dengan bahan ramah lingkungan dan bisa dipakai berkali-kali yang tentunya aman bagi Ibu. Begitu juga dengan memilih breastpad menyusui. Akan lebih baik jika Ibu memilih breastpad yang bisa dicuci dan digunakan kembali.

    Selain itu, hal-hal kecil yang sering terlupakan adalah penggunaan serbet, lap kain, dan sapu tangan daripada tisu sekali pakai. Meski tampak tidak terlalu penting, akan tetapi penggunaan tisu sekali pakai juga menyumbang sampah rumah tangga yang digunakan dalam jumlah banyak tanpa kita sadari.

    Tidak ketinggalan, sama halnya dengan memilih wooden toys untuk anak, Ibu juga bisa menggunakan barang yang sudah ada untuk membuat mainan anak. Ibu tak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli barang baru sekaligus bisa menjadi momen mengasah kreativitas dan kerjasama antara Ibu dan keluarga.

  5. Mendaur Ulang Sampah Non Organik

    Selain mengurangi penggunaan barang dengan bahan yang sulit terurai dan tidak ramah lingkungan, langkah zero waste kali ini akan mengajak Ibu dan keluarga untuk mengelola sampah non organik yang sudah ada. Salah satunya dari barang berbahan plastik yang tidak lagi dipakai seperti kemasan makanan, minyak, botol minum plastik dan kaca, hingga sedotan plastik.

    Pertama-tama, Ibu harus memisahkan sampah organik dan non organik. Kemudian, Ibu bisa memanfaatkan sampah non organik ini untuk membuat prakarya dengan membersihkannya terlebih dahulu agar sisa makanan dan kotoran tidak tertinggal dalam kemasan. Sampah non organik tersebut selanjutnya bisa Ibu kelola menjadi karpet dan taplak anti air dari anyaman kemasan makanan ringan dan minyak, pot bunga dari botol plastik, hiasan rumah dari stoples kaca, dan bunga tiruan dari sedotan plastik yang tak terpakai.

    Bahkan, Ibu dan keluarga bisa merintis bisnis kecil-kecilan dengan memanfaatkan daur ulang sampah non organik. Misalnya dengan membuat tas belanja dari kemasan plastik tak terpakai dan menjualnya dengan harga yang terjangkau. Selain menguntungkan untuk peluang bisnis rumahan, langkah zero waste ini juga bisa jadi kesempatan mengasah kreativitas Ibu dan keluarga.

    Jika Ibu memiliki sampah non organik berupa barang elektronik seperti baterai, kabel, dan sejenisnya, Ibu bisa mengumpulkannya dan memberikan secara terpisah kepada petugas daur ulang sampah. Sebaiknya tidak membakar sampah non organik ya, Bu. Karena selain menyebabkan polusi, hasil pembakaran sampah ini akan menimbulkan asap putih yang berbahaya bagi kesehatan saat terhirup.

  6. Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos

    Setelah memisahkan sampah non organik dan organik, langkah zero waste berikutnya adalah menyulap sampah organik menjadi kompos. Pupuk kompos ini nantinya bisa Ibu gunakan untuk menyuburkan tanaman di kebun kecil-kecilan di rumah Ibu. Sampah organik bisa berupa sisa makanan yang bisa terurai, daun-daun jatuh, rambut yang berjatuhan, bahkan potongan kuku jari kita termasuk di dalamnya.

    Namun jika Ibu tak suka berkebun, Ibu bisa menawarkan pupuk kompos tersebut kepada kawan yang memiliki hobi berkebun.

  7. Mulai dari Diri Sendiri

    Tidak bisa dimungkiri bahwa rintangan pertama yang harus dilalui dalam menerapkan gaya hidup zero waste adalah memulainya dari diri sendiri. Waktu yang tepat untuk melakukan gaya hidup zero waste adalah sekarang. Lantas, bagaimana memulainya? 

    • Disiplin dan Komitmen Kuat

      Pada awalnya, tentu tidak akan mudah membiasakan diri dengan gaya hidup zero waste. Ibu akan bertemu dengan orang-orang yang melihat dengan pandangan aneh saat Ibu menolak diberi kantong plastik belanjaan dan terlihat membawa sendiri kantong belanjaan berbahan kain dan kotak makanan untuk tempat ikan segar.

      Hanya karena melakukan kebiasaan berbeda dengan orang kebanyakan dalam hal ini jangan sampai menyurutkan komitmen Ibu untuk menerapkan gaya hidup zero waste. Disiplin adalah kunci untuk memperkuat komitmen. Lakukan terus-menerus dan abaikan komentar negatif yang meremehkan usaha Ibu. Selalu ingat bahwa usaha kecil ini sangat berarti untuk menjaga lingkungan.

    • Beli Barang yang Dibutuhkan dan Biasakan Makan Secukupnya

      Salah satu kebiasaan buruk yang harus dihilangkan adalah mengambil atau membeli makanan berlebih dan tidak menghabiskannya. Hal ini turut menyumbang produksi sampah rumah tangga dan menunjukkan daya konsumtif yang tinggi. Daya konsumtif tinggi ini juga tercermin dari pembelian barang-barang yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan, hanya karena memenuhi keinginan sesaat lalu tak dipakai lagi. Sebaiknya, Ibu dan keluarga mulai mengganti kebiasaan ini dan lebih matang mempertimbangkan barang yang benar-benar diperlukan. 

    • Menjadi Teladan Anak dan Ajak Orang Sekitar

      Dengan menjaga disiplin dan komitmen, lambat laun orang-orang di sekitar Ibu akan menyadari perubahan gaya hidup Ibu dan keluarga menuju konsep zero waste. Secara tidak langsung pun anak akan meneladani kebiasaan-kebiasaan baik yang Ibu tanamkan dalam keluarga. Cara ini lebih efektif dalam membentuk gaya hidup zero waste pada anak dan keluarga. Terlebih jika Ibu dan keluarga turut menyosialisasikan kampanye bebas sampah ini kepada orang-orang di sekitar. Ibu bisa mulai dengan menjelaskan 3 alasan utama mengapa gaya hidup zero waste sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti penjelasan berikut ini:

      • Kontribusi terhadap Pelestarian Lingkungan

        Sebagai penyumbang terbesar sampah rumah tangga, menjaga kelestarian lingkungan dan bumi merupakan tanggung jawab kita. Selain perubahan besar-besaran yang harus dilakukan oleh pemerintah, perusahaan, maupun lembaga yang ikut andil dalam pencemaran lingkungan, gaya hidup zero waste ini merupakan solusi yang cukup efektif jika dilakukan dengan komitmen dan tekad kuat oleh setiap individu sebagai penghuni bumi. Tidak terkecuali Ibu dan keluarga yang tentunya menginginkan bumi tetap sehat agar kelak anak-cucu kita makhluk hidup lainnya masih bisa menghirup udara segar, mendapatkan air bersih, dan berpijak pada tanah yang layak huni.

      • Minim Biaya

        Menerapkan zero waste tidak membutuhkan biaya besar. Justru dengan memulai gaya hidup zero waste, Ibu dan keluarga bisa menekan pengeluaran dengan menghindari pembelian barang sekali pakai, dan beralih menggunakan barang-barang yang ada dan bisa didaur ulang. Hal ini juga bisa menurunkan daya konsumtif yang sedang tinggi di era digital yang serba praktis dan cepat. Sehingga, diharapkan daya konsumtif yang menurun ini juga akan mengurangi produksi sampah rumah tangga.

      • Mudah Dilakukan

        Gaya hidup zero waste memang terlihat sulit pada awalnya. Namun jika Ibu dan keluarga telah mengetahui tujuan dan bagaimana menjalankan konsep zero waste, sebenarnya langkah sangat ini mudah dilakukan karena berkaitan dengan keseharian kita dan tidak memerlukan peralatan rumit maupun biaya yang banyak.

Nah, setelah membaca semua pemaparan di atas, ternyata gaya hidup zero waste tidak sesulit yang dibayangkan kan? Yakinlah bahwa upaya-upaya bebas sampah bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah,  terjangkau oleh siapa pun, dan memiliki dampak besar bagi pelestarian lingkungan.
 
(Dwi Ratih)