Ibupedia

9 Tradisi Imlek di Indonesia, Berbeda di Setiap Daerah Lho!

9 Tradisi Imlek di Indonesia, Berbeda di Setiap Daerah Lho!
9 Tradisi Imlek di Indonesia, Berbeda di Setiap Daerah Lho!

Kehadiran masyarakat etnis Tionghoa di seluruh penjuru nusantara melahirkan ragam tradisi Imlek di Indonesia. 

Bahkan, masyarakat non-Tionghoa juga ikut menantikan kemeriahan perayaan tahun baru Imlek. Biasanya, tradisi Imlek yang sering dilakukan adalah memasang lampion dan pernak-pernik berwarna merah di sebagai hiasan Imlek.

Menariknya, tradisi imlek di Indonesia akan berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini dikarenakan adanya unsur peleburan budaya Tionghoa dengan budaya di masyarakat setempat. 

Penasaran seperti apa tradisi Imlek di Indonesia? Dari Sabang sampai Merauke, inilah 9 tradisi Imlek di Indonesia yang perlu kamu ketahui.

1. Festival Cian Cui, Riau

Photo source: mediaindonesia.com

Di Kepulauan Riau, tradisi imlek yang sering dilakukan adalah Festival Cian Cui. Setiap tahun baru Imlek, festival ini akan diselenggarakan di wilayah Sagu, Selat Panjang. Salah satu tradisi Imlek di Indonesia ini terbilang cukup unik. 

Selama festival Cian Cui berlangsung, masyarakat bisa bermain perang air dari atas becak motor sambil berkeliling kota. Meski didominasi oleh masyarakat etnis Tionghoa, festival Cian Cui juga diikuti oleh masyarakat non-Tionghoa serta wisatawan yang datang dari berbagai daerah sekitar.

2. Peh Cun, Pangkal Pinang

Photo source: liputan6.com

Tradisi Imlek di Indonesia selanjutnya bisa kamu jumpai di wilayah Pangkal Pinang. Pada Peh Cun, tradisi imlek yang sering dilakukan adalah ritual sembahyang di Pantai Pasir Padi. 

Selanjutnya, makanan tradisi Imlek yang disebut kue Chang akan dilarungkan ke laut usai persembahyangan. Kue Chang sendiri terbuat dari ketan dan diberi isian daging sapi atau udang. Tradisi ini dilakukan untuk menghormati seorang kaisar bernama Qu Yuan yang sangat dicintai rakyatnya.

3. Ko Ngian, Bangka

Photo source: bangka.go.id

Dikutip dari situs National Geographic Indonesia, Ko Ngian menjadi salah satu tradisi Imlek di Indonesia, khususnya daerah Bangka. Tradisi imlek yang sering dilakukan adalah membuka pintu rumah tepat pada pukul 00.00 di malam pergantian tahun berdasarkan penanggalan Tionghoa. 

Tradisi ini dilakukan sebagai simbol harapan datangnya rezeki dan keberuntungan bagi pemilik rumah. Tradisi Ko Ngian di Bangka belum lengkap tanpa mencicipi Bolu Zai. Makanan tradisi Imlek ini menjadi favorit semua kalangan usia karena teksturnya lembut dan memiliki cita rasa manis yang pas.

4. Nganter Bandeng, Jakarta

Photo source: betawipedia.com

Berbeda dari masyarakat Tionghoa di Bangka, mereka yang tinggal di Jakarta justru memiliki tradisi Imlek yang unik berupa Nganter Bandeng. Disebut-sebut tradisi Imlek di Indonesia yang satu ini merupakan gabungan antara budaya Tionghoa dan Betawi. 

Pasalnya, bagi masyarakat Tionghoa ikan bandeng berduri merupakan makanan tradisi Imlek yang melambangkan rezeki yang berlimpah. Sementara masyarakat Betawi kerap menjadikan ikan bandeng sebagai hantaran pernikahan. 

Tak heran jika kemudian tradisi Nganter Bandeng lahir sebagai salah satu tradisi Imlek di Indonesia.

5. Grebek Sudiro, Solo

Photo source: liputan6.com

Di Solo, tradisi Imlek yang sering dilakukan adalah Grebek Sudiro. Secara sederhana tradisi ini diartikan sebagai arak-arakan yang menggabungkan budaya Tionghoa dengan budaya lokal. Makanan tradisional Imlek yang dibawa saat Grebek Sudiro, yaitu kue keranjang. 

Nantinya, ratusan kue keranjang tersebut akan diperebutkan oleh masyarakat yang mengikuti Grebek Sudiro. Rute arak-arakan berlangsung mulai dari Kelurahan Sudiroprajan sampai ke titik akhirnya di Pasar Kota Gede.

6. Pasar Imlek Semawis, Semarang

Photo source: viva.co.id

Berpusat di kawasan Pecinan kota Semarang, Pasar Imlek Semawis sukses mencuri perhatian masyarakat serta wisatawan untuk datang berkunjung. Selain menyediakan aneka makanan tradisi Imlek, di sini kamu juga bisa menyaksikan beragam pertunjukkan khas Imlek, termasuk Barongsai. 

Bagi pengunjung yang memiliki hobi fotografi, pemandangan lampion-lampion serta ornamen khas Imlek juga bisa menjadi spot foto yang sayang dilewatkan begitu saja.

7. Yu Sheng, Surabaya

Photo source: kompas.com

Masyarakat Tionghoa di Surabaya biasa merayakan Imlek dengan tradisi Yu Sheng. Yu Sheng sendiri adalah makanan tradisi Imlek berupa salad berisi campuran sayur mentimun, kol, wortel dan lobak yang diiris tipis, serta diberi irisan daging ikan tuna yang sudah dimarinasi dengan minyak wijen dan merica terlebih dulu. 

Makanan tradisi Imlek ini menjadi simbol kemakmuran di tahun yang baru.

8. Galungan China, Denpasar

Photo source: balinesia.id

Di Denpasar, tahun baru Imlek disebut dengan Galungan China. Masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di Pulau Dewata tersebut biasanya mengawali perayaan dengan kegiatan bersih-bersih rumah dan patung dewa di tempat ibadah. 

Kemudian, dilanjutkan dengan Upacara Dewa Naik sebagai simbol penghormatan pada para dewa yang dipuja. Tradisi Imlek di Denpasar pun diikuti dengan larangan yang tidak boleh dilanggar. 

Selama membersihkan patung dan Upacara Dewa Naik, masyarakat etnis Tionghoa setempat dilarang makan makanan yang mengandung daging selama dua hari berturut-turut agar hati tetap bersih dan tidak mudah emosi.

9. Pawai Tatung, Singkawang

Photo source: liputan6.com

Tradisi Imlek di Indonesia yang satu ini sudah mendunia. Tak heran jika kota Singkawang di Provinsi Kalimantan Barat selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun internasional. Tradisi Imlek yang sering dilakukan adalah Pawai Tatung. 

Sebagai informasi, Tatung merupakan orang yang berpakaian serba merah dan mampu melakukan atraksi debus. Biasanya saat Pawai Tatung di Singkawang kamu bisa menyaksikan para Tatung yang wajahnya ditusuk dengan benda tajam. 

Konon, saat melakukan atraksi tersebut para Tatung dirasuki oleh roh leluhur sehingga bisa menahan rasa sakit.

Itulah tadi beberapa keunikan tradisi Imlek di Indonesia. Bagaimana dengan perayaan Imlek di daerah kamu? Pastinya tidak akan kalah seru dan menyenangkan, ya!

Editor: Dwi Ratih