Keluarga

26 Kalimat ini Pantang Ayah Ucapkan pada Ibu Melahirkan

26 Kalimat ini Pantang Ayah Ucapkan pada Ibu Melahirkan

Ibu melahirkan selalu menjadi satu hal yang sangat menarik untuk dibahas. Jika berbicara mengenai ibu melahirkan, tentu hal yang pertama terlintas dalam benak adalah momen pasca melahirkan. Merupakan hal yang sangat wajar bila pasca ibu melahirkan akan menjadi lebih sensitif. Jadi para ayah sebaiknya perlu lebih berhati-hati dengan sikap dan perkataan Anda kepada para ibu melahirkan.  Pasalnya, ucapan yang sebenarnya biasa saja, bisa membuat pasangan merasa sangat sedih bahkan kecewa.

Bila satu sebab yang membuat Ayah jatuh cinta sebelum pasca Ibu melahirkan adalah selera humornya yang tinggi, maka untuk saat ini tidak ada lagi candanya, setidaknya untuk sementara waktu pasca ibu melahirkan.

Kondisi hormon pasca ibu melahirkan, kurang tidur, dan kurang rasa percaya diri terhadap kemampuannya untuk menjadi ibu telah membuat pasangan tidak berselera humor. Jadi hingga selera humornya kembali datang, Anda perlu hindari memberi komentar berikut ini:


1. “Bisa nggak sih kamu berhentiin tangisannya si kecil?”

Pasca ibu melahirkan, akan membuatnya menjadi sensi sehingga ia akan balik bertanya, “Kenapa nggak kamu aja? Ini kan bayi kamu juga.” Sehingga ada baiknya jika Anda membantu pasca ibu melahirkan untuk menenangkan tangisan sang buah hati. 

   

2. “Sekarang giliranmu mengganti popok”

Pasca ibu melahirkan, Istri Anda akan berkata, “Giliranku? Oh... jadi tugas mengurus bayi harus dibagi dua? Tapi kok kamu nggak ikutan hamil ya? Lagi pula, kamu seharian di kantor dan saya harus mengganti popok ketika kamu nggak di rumah, jadi sekarang giliran kamu.” Kalimat seperti ini akan sedikit sering terdengar pasca ibu melahirkan, sehingga ada baiknya Anda berhati-hati dalam mengatakan sesuatu.

  

3. “Kamu kayaknya gendutan ya”

Perut wanita masih terlihat besar pasca melahirkan. Perut tidak akan cepat mengecil pasca ibu melahirkan. Begitu pula dengan berat badan yang diperoleh selama kehamilan tidak akan hilang hanya dalam hitungan minggu. Memang ada beberapa wanita yang berhasil menurunkan berat beberapa kg tanpa usaha begitu keras, tapi ini tidak terjadi pada kebanyakan kasus pasca ibu melahirkan.

Lagi pula, Anda tak perlu mengingatkan istri tentang hal ini. Anda perlu memperbaiki kesalahan Anda karena menyebut istri terlihat gemuk. Perlu diingat sekali lagi, pasca ibu melahirkan, memang merupakan hal yang sangat genting.

  

4. “Kapan kamu mulai diet lagi?”

Percayalah, ibu melahirkan akan sangat ingin melakukan ini. Tapi pasca ibu melahirkan, kebutuhan dan tuntutan bayi jauh lebih penting dibanding menurunkan berat badan. Anda masih mencintai istri meski ia tidak menurunkan berat badannya bukan?

  

5. “Kamu yakin begitu cara melakukannya?”

Ini jadi pertanyaan yang meragukan kemampuan ibu melahirkan  baru, di saat ia membutuhkan motivasi kalau ia melakukan tugasnya dengan baik. Tingkatkan rasa percaya diri istri dengan mengatakan ia melakukan tugas dengan baik. Percayalah, istri akan menghargai bantuan kecil Anda dalam merawat bayi ketika ia melakukan tugas lain atau beristirahat singkat.

Belajarlah merawat bayi dan jadi ayah yang mau terlibat. Istri akan sangat senang karena ia tidak harus sendirian menghadapi situasi yang sulit sepanjang waktu.

  

6. “Kamu harusnya banyak belajar dari si A, ia ibu dan istri yang baik”

Meski Anda punya niat yang baik, kalimat ini bisa terdengar berbeda bila istri sedang bad mood, terlebih pasca ibu melahirkan. Bahkan ini bisa terdengar seperti ia dibandingkan dengan ibu lain dan Anda secara tidak langsung mengatakan kalau ia tidak bisa melakukan perannya dengan baik.

Yang perlu dilakukan adalah berdiskusi terbuka tentang menjadi orang tua, bukan dengan menginterogasi dan meragukan kemampuannya menjadi ibu pasca ibu melahirkan.

  

7. “Kamu kok kayaknya keliatan capek terus ya?”

Kasihan istri Anda bila Anda tidak merasa bersalah mengatakan ini. Anda mungkin tidak menyadari jumlah jam tidur yang didapat istri setiap hari. Setelah seorang ibu melahirkan bayinya, hal ini akan membuatnya tidak bisa duduk santai sambil membolak-balik halaman majalah karena kenyataan dan waktu yang tidak ‘bersahabat’. Daripada mengajukan pertanyaan ini, lakukan tugas yang Anda bisa agar istri bisa punya waktu untuk istirahat.

  

8. “Kapan kita bisa berhubungan intim lagi?”

Pasca ibu melahirkan seorang bayi, frekuensi keintiman biasanya sangat menurun dan ini jadi masalah yang umum dihadapi banyak pasangan. Istri Anda baru saja mengeluarkan seseorang bayi dari  tubuhnya, bagi ibu melahirkan akan lebih berat lagi bila ia menjalani bedah besar. Beri waktu tubuhnya agar bisa beristirahat karena ia layak memperolehnya.

Ada banyak sebab kenapa istri tidak punya mood dan waktu untuk berhubungan intim pasca melahirkan. Ia mungkin merasa lelah karena merawat bayi seharian atau ia masih merasakan sakit setelah melahirkan atau ia merasa tidak percaya diri tentang bentuk tubuhnya yang sekarang.

Hadirlah di sisinya untuk mengurangi beban mengurus bayi, membantu tugas rumah, dan menunjukkan kalau Anda peduli dengan memanjakannya dan memberinya pijatan yang nyaman. Terakhir, jangan lupa memberinya lebih banyak waktu, ketika ia siap, Anda akan berhubungan seks kembali.

  

9. “Kamu ngapain aja seharian?

Bila bisa disebutkan satu persatu, mulai dari menyusui bayi, mengganti popok berkali-kali sepanjang hari, menenangkan bayi yang menangis, menidurkan bayi 4 sampai 5 kali sehari, mencuci pakaian kotor, membersihkan rumah, menyiapkan makan, berusaha agar bisa mandi, dan banyak lagi. Apakah ini terdengar sangat banyak bagi Anda?

  

10. “Kenapa kamu tidak ...?”

Apapun yang ingin Anda tanyakan, selalu ingat kalau sekarang ada anggota keluarga baru dalam keluarga. Ada banyak alasan kenapa istri tidak melakukan apa yang dulunya ia lakukan sebelum bayi lahir. Alasan utamanya adalah, pasca ibu melahirkan, bayi merupakan prioritasnya. Anda perlu lebih pengertian tentang hal ini.

  

11. “Kata ibu aku ...”

Meski Anda sangat menghormati orang tua dan pengalaman yang mereka miliki, Anda juga perlu memahami kalau kadang ungkapan ini sama sekali tidak suportif. Waktu berubah dan Anda berdua membesarkan anak dengan cara Anda berdua, bukan dengan cara orang tua Anda. Pasca ibu melahirkan, hal ini akan terdengar sangat menyakitkan.

  

12. “Kenapa si kecil belum tidur?”

Anggaplah pertanyaan ini tidak diajukan dalam beberapa bulan pertama usia bayi, karena jawabannya akan melibatkan banyak faktor. Bisa saja bayi tidur sepanjang malam asal Anda mau turun tangan membantu melatih tidur bayi. Diskusikan hal ini secara terbuka dan cari solusi bersama. Anda sebaiknya mulai mencoba trial and error, bersabar dan perlahan ini akan berhasil atau cari bantuan profesional.

  

13. “Kamu harusnya bilang kalau butuh bantuan”

Bagi ibu melahirkan, suami yang peduli dan perhatian akan menjadi idaman. Ia membutuhkan pelindung dan ingin merasa dijaga. Karena itu, alangkah baiknya bila suami langsung turun tangan memberi bantuan yang dibutuhkan istri. Terkadang, setelah ibu melahirkan ia akan butuh bantuan untuk mengambil mangkok di rak atas atau mengambil sendok yang jatuh di sudut ruangan. Dan inilah waktu yang tepat untuk membantu dan melayani istri Anda.

Bila Anda tidak membantu, ibu melahirkan bisa merasa frustrasi atau mengatakan kalau ia butuh bantuan Anda. Sehingga jangan memberi komentar dengan mengatakan kalau seharusnya ia memberitahu Anda. Komentar seperti ini akan membuat istri merasa sendiri dan tidak dipedulikan.

  

14. “Kenapa kamu melakukannya dengan cara seperti ini?”

Ketika ibu melahirkan telah melakukan tugasnya, yang ia butuhkan adalah motivasi dari suami. Yang perlu dihindari para suami adalah memberi kritik tentang bagaimana cara istri mengerjakan sesuatu. Hindari membuat pernyataan yang mempertanyakan kemampuannya, ini akan membuatnya terpuruk. Berikan pujian dan Anda bisa bertanya, “Apa kamu pernah coba cara ini?” Pendekatan ini mendorongnya untuk jadi lebih baik tanpa memberi kritik.

  

15. “Kamu terlihat sama saja”

Setelah ibu melahirkan seorang bayi, ia akan berusaha untuk mengembalikan sisi mudanya kembali. Istri Anda mungkin akan memotong rambut dengan gaya baru, berolahraga untuk menurunkan berat badan pasca melahirkan, atau mencoba tampilan make up baru. Ia ingin tahu apakah Anda menyadarinya atau tidak dengan bertanya, “Bagaimana penampilan aku?” Jangan pernah menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan, “Kamu kayaknya kelihatan sama saja.”

Istri ingin Anda melihat apa yang berbeda dari dirinya, sekecil apapun itu. Berikan komentar dengan mengatakan Anda menyukai tampilan barunya dan hargai kerja kerasnya.

  

16. “Bawa santai aja. Jangan terlalu khawatir.”

Ini menjadi hal sederhana namun sulit pasca ibu melahirkan. Mulai sejak bayi lahir, atau bahkan sebelumnya, istri Anda mungkin pikirannya dipenuhi oleh rasa cemas tentang buah hati. Daripada memintanya untuk tidak merasa khawatir, coba utarakan kalimat positif seperti, “Bayi kita akan baik-baik saja kok, ia akan lebih kuat dari yang kamu pikir.” Berpikir positif dan bicaralah positif.

  

17. “Jadi, kapan kita akan punya anak lagi?”

Ini bukan pertanyaan yang bagus untuk diajukan, terutama selama 6 bulan pertama pasca ibu melahirkan. Sebaiknya jangan utarakan pertanyaan ini terutama setelah melihat istri Anda sangat kerepotan mengurus bayi.

  

18. “Kapan kita mulai olahraga lagi?

Anda memang menyebut “kita” bukan “kamu” tapi yang istri Anda dengar adalah “Kamu perlu menurunkan berat badan” atau “Kamu sudah tidak menarik lagi setelah punya bayi.” Anda baru saja mengonfirmasi hal yang ditakuti kebanyakan wanita setelah punya anak.

Ingat, Anda berdua sedang menyesuaikan diri dengan bayi baru lahir. Istri menyesuaikan diri dengan bayi dan tubuh barunya. Anda menikahinya karena ia manis dan menyenangkan. Karena ia membuat Anda merasa seperti pria yang lebih baik. Bukan karena ia terlihat menarik dengan balutan jeans ketat. Jadi pikir ulang sebelum mengucapkan pertanyaan ini.

  

19. “Aku capek banget nih”

Memiliki bayi berarti tugas melelahkan untuk kedua orang tua. Ini bukan berarti ayah tidak merasa lelah, tapi mengatakan ini ke istri membuatnya merasa ia butuh orang untuk membantu agar Anda bisa istirahat. Atau Anda memintanya untuk menghibur Anda. Ini tidak jadi tugas istri saat ini. Sadarkah Anda? Tubuhnya punya tugas berat, termasuk memproduksi ASI untuk bayi. Ia tidak punya energi untuk membuat Anda merasa lebih baik dan tidak merasa lelah. Jadi bantu istri dan jangan pernah katakan kalau Anda  merasa lelah.

  

20. “Jadi aku nih yang harus gantiin baju si kecil?”

Tentu saja. Anda yang jadi ayahnya. Dan ini kerja sama orang tua. Bila anak buang air besar, tugas Anda untuk membersihkannya. Jangan serahkan ke istri. Anda sekarang berada di area di mana pria bisa mengganti popok. Anda patut bangga bisa mengganti popok bayi tanpa membuat istri mengeluh. Jangan malas dan berpikir kalau tugas ini tidak cocok untuk Anda.

  

21. “Enak banget ya kamu bisa dapet cuti 3 bulan”

Bukan, ini bukan liburan tapi waktu pemulihan pasca ibu melahirkan. Ini jadi waktu untuk istri mengembalikan kondisi tubuhnya dan menjalin kedekatan dengan bayi. Ia seharusnya mendapat waktu yang ia butuhkan.

  

22. “Nggak tau ...”

Istri mencuci botol susu dan bertanya menu apa yang Anda inginkan untuk makan malam. Anda menjawab singkat “Nggak tau” lalu sibuk dengan diri sendiri. Anda membuat istri merasa sendirian. Akan lebih baik bila Anda menawarkan bantuan, atau memberi saran menu makan malam yang simpel dan mudah.

  

23. “Nanti aku kerjain”

Istri meminta Anda mengerjakan tugas rumah, atau meminta Anda ke supermarket terdekat untuk membeli popok. Anda merespon dengan, “Nanti aku kerjain” tapi kemudian lupa atau mengerjakannya setelah beberapa hari. Bila Anda akan mengerjakan tugas ini, kerjaan di waktu yang masih masuk akal yang tidak membuat istri stres.

  

24. “Terserah kamu”

Keluarga kecil Anda ingin makan di luar, istri mencoba mencari tahu di mana tempat yang tepat dan ia meminta pendapat Anda. Anda kemudian merespon dengan mengatakan, “Terserah kamu.” Ini bisa menimbulkan frustrasi dan membuat istri Anda merasa sendirian.  Terlibatlah dalam percakapan bersamanya untuk mencari solusi yang tepat untuk bersama.

  

25. “Pasti enak ya seharian sama si kecil”

Memang betul. Istri Anda menyukai hal ini tapi ini juga tugas yang berat. Ia tidak hanya seharian bersama bayi, tapi ia juga mengurus dan merawatnya. Istri Anda menyusuinya, mengganti popok, menyendawakan, menenangkan, mengajak bicara, menggendong dan menghibur si kecil. Istri Anda menjadi guru, perawat, teman, dan pelindung buah hati Anda. Bayi menjadi yang pertama dan semua kebutuhan istri jadi yang terbelakang. Bukankah ini melelahkan?

  

26. “Bagaimana kalau si kecil dikasih susu formula aja?”

Mungkin Anda mengira cukup suportif dengan menawarkan pilihan ini. Tapi Anda membuat istri merasa tidak mendapat dukungan terhadap pilihannya untuk menyusui. Bila istri memutuskan untuk menyusui, memang ini sulit, terutama di beberapa minggu pertama yang bisa membuatnya sangat lelah ketika menyusui di malam hari, tapi bukan berarti ia mau berhenti memberikan ASI.

Daripada menawarkan susu formula tiap kali istri mengeluh lelah menyusui, Anda punya cara lain untuk membantunya. Bila ia mengeluh tentang payudaranya yang bengkak, Anda bisa siapkan air mandi untuknya dan biarkan ia berendam di kamar mandi tanpa diganggu. Bila ia lelah karena begadang, bawa bayi jalan-jalan di sekitar rumah dan biarkan istri beristirahat di pagi harinya.


Mungkin terkesan banyak sekali aturan dan Anda bingung tentang apa saja yang boleh Anda katakana pasca ibu melahirkan. Sederhana saja. Anda hanya boleh mengatakan ia mengerjakan tugasnya dengan baik, katakan ia adalah ibu yang hebat, dan bayi Anda sangat beruntung punya ibu seperti istri Anda. Selalu katakan ini dan istri Anda tidak akan pernah merasa lelah mendengarnya. Jangan khawatir, aturan ini tidak berlaku selamanya, hanya tunggu sampai hormon kembali stabil dan kurang tidur hilang, serta setelah pasangan merasa kembali seperti semula. Setelah itu, Anda bebas untuk mengungkapkan apapun.

Ayah, satu pemahaman keliru tentang menjadi orang tua adalah istri Anda secara otomatis tahu apa yang harus dilakukan. Tidak demikian. Pasca ibu melahirkan, tanpa guru dan pengajar, Ia belajar menjalankan tugasnya secara otodidak, sama seperti Anda. Semua ahli menyarankan ayah untuk sebisa mungkin terlibat dengan bayi.

Sebagai ayah Anda mungkin merasa cemas, tidak tahu apa yang perlu dilakukan, dan ragu untuk turun tangan. Yakinlah kalau istri juga merasakan hal yang sama meski ia terlihat profesional. Habiskan waktu sebanyak mungkin bersama bayi. Bila jadwal kerja Anda tidak fleksibel, luangkan waktu bersama bayi di akhir pekan.

Bila Anda memiliki anak yang lebih besar, bantu untuk mengurus mereka agar istri bisa fokus pada bayi baru lahir. Satu hal lagi yang akan membuat istri Anda sangat terbantu adalah di saat ia menyusui di malam hari. Anda bisa bawakan satu gelas air minum agar ia tidak mengalami dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan rasa lelah dan mood buruk. Jadi jangan sungkan untuk membawakan satu gelas minuman yang menyegarkan. Gulung lengan baju Anda dan bersiaplah mempelajari apapun yang dilakukan istri.


(Ismawati, Yusrina / Dok. Unsplash)