Keluarga

Cara Berkelit dari Obrolan Membandingkan Kehebatan Anak

Cara Berkelit dari Obrolan Membandingkan Kehebatan Anak

Saat para Ibu sedang berkumpul, pasti ada saja deh satu atau dua orang yang memulai percakapan tentang anak mereka. Mulai dari pertanyaan, "Anak kamu sudah bisa apa?" sampai pernyataan seperti, "Anak aku pinter banget deh, dia sudah bisa jalan sendiri lho!" Sesekali Bunda akan tersenyum mendengar cerita-cerita mereka, tapi terkadang terselip iri atau kecemasan terkait perkembangan bayi Bunda. Kebiasaan membanding-bandingkan anak yang satu dengan anak lainnya itu memang susah untuk dihindari.

Menurut Kathy Seal, penulis buku Pressured Parents, Stressed-out Kids: Dealing With Competition While Raising a Successful Child, membanding-bandingkan anak adalah insting dasar para Ibu. "Kita terbiasa mendorong anak untuk saling berkompetisi. Mau tak mau, sejak zaman dulu kala, nenek moyang kita harus cukup kuat untuk mendapatkan potongan daging terakhir atau melarikan diri dari binatang buas." ujar Seal. Jadi, kebiasaan membandingkan anak adalah hal yang normal-normal saja. Itu merupakan proses alami agar para orang tahu seberapa besar kemampuan yang dimiliki si kecil untuk bertahan hidup.

Namun, kebiasaan tersebut menjadi di luar batas kewajaran apabila membuat Bunda stres atau kepikiran terus menerus. Bagaimana tidak, melihat anak tetangga sudah bisa berbicara namun anak sendiri masih saja belum bisa berkata "mama" mau tidak mau akan membuat Bunda kepikiran. Padahal, setiap anak memiliki proses tumbuh kembang yang berbeda satu sama lain. Dengan berhenti membanding-bandingkan secara berlebihan, maka Anda akan lebih bisa menghargai anak. Berikut adalah jebakan perbandingan yang sering membuat Bunda frustasi beserta cara menanggulanginya.

Membanding-bandingkan perkembangan anak

Setiap anak dikaruniai kemampuan yang berbeda, termasuk kapan ia mulai dapat merangkak, duduk, dan berjalan kaki. Nah, kalau Bunda sibuk melihat perkembangan anak lain, maka bisa-bisa Anda akan stres melihat si kecil masih tertinggal jauh. Pikiran orang tua kerap dihinggapi pertanyaan seperti, "Anakku normal tidak ya?" saat perkembangan anak berjalan lambat. Misalnya, si kecil yang berusia 18 bulan hanya bisa berkata satu atau dua kata saja, sementara anak lain yang baru berumur setahun sudah aktif berbicara.

Cemas pastilah menghantui hati orang tua. Padahal, menurut Darshak Sanghavi yang merupakan dokter anak sekaligus profesor di University of Massachusetts Medical School ini, tahap perkembangan anak hanya berdampak sedikit dalam menentukan potensinya di masa depan. Jadi, Bunda tak usah cemas si kecil akan lebih bodoh atau lambat dalam pelajaran dari teman-teman sebayanya. Lebih lanjut lagi, Darshak yang juga penulis buku A Map of the Child: A Pediatrician's Tour of the Body ini mengungkapkan bahwa apa yang anak alami di masa awal kehidupannya belum tentu mengontrol nasib masa depannya. Jadi, apakah anak Anda telat berbicara atau belum bisa berjalan saat anak tetangga sudah mahir berjalan bukanlah patokan apakah sang buah hati akan sukses di masa depan.

Penting untuk menjaga diri agar tidak sampai memaksakan anak untuk berkembang. Saat si kecil belum bisa menulis atau berbicara, jangan paksa apalagi membentaknya agar dapat mengeluarkan suara. Bersikaplah lembut dan terus latih ia dengan penuh kesabaran. Teruslah mengajarkan hal-hal baru padanya dan jangan putus asa apalagi menganggap bahwa Bunda adalah contoh Ibu yang gagal dalam mendidik anak. Tetaplah percaya diri dan jangan dengarkan mongan negatif di luar sana ya, Bun!

Membandingkan jam tidur anak

"Anakmu nyenyak nggak kalau tidur di malam hari? Anakku nggak pernah rewel sama sekali, senang deh aku jadi bisa tidur nyenyak juga!"

Kalau kata-kata di atas dilontarkan pada Bunda yang jelas-jelas memiliki kantong mata gelap karena susah tidur, pastilah hati rasanya panas. Menurut Jenna McCharti, penulis buku The Parent Trip, sementara anak sendiri susah tidur di malam hari dan ada teman yang pamer betapa mudahnya anaknya tidur nyenyak, rasanya ingin sekali membunuh teman itu! Meski bercanda, sedikit banyak kekesalan tersebut sangatlah beralasan. Sama dengan tahap perkembangan anak yang berbeda-beda satu sama lain, setiap bayi memiliki gaya tidur yang bervariasi. Bisa jadi, meski Anda menuruti saran si Ibu sombong di atas untuk menidurkan si kecil, anak Anda tetap tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.

Nah, daripada sibuk menerapkan berbagai metode menidurkan anak oleh Ibu-ibu lainnya, lebih baik Bunda fokus mencari solusi terbaik yang sudah teruji sukses seperti metode cry-it-out atau sleep training. Kalau cara apapun tak berhasil, maka fokuslah pada diri Anda sendiri. Mintalah bantuan kerabat atau pasangan untuk bergantian menjaga anak. Curi-curilah waktu tidur siang entah sejam atau dua jam agar kantung mata Bunda tidak terlalu hitam dan menjadi bahan olokan di kelompok Ibu-ibu yang suka bergosip.Jika para Ibu tetap membahas soal jam tidur anak, cobalah untuk mengalihkan topik dengan pembicaraan dimana Anda juga bisa menyombongkan diri. Misalnya, betapa anak Anda sudah aktif merangkak meski ia susah untuk diajak tidur. Hey, it's a comparison game after all!

Membanding-bandingkan perilaku anak

Anak memang 'milik' kita para orang tua, namun kita tidak bisa menentukan seperti apa warna mata dan personaliti mereka. Jadi, kalau si kecil memiliki temperamen buruk dan suka berteriak di tempat umum, Bunda kadang hanya bisa menyembunyikan wajah karena malu. Apalagi kalau melihat anak lain duduk manis di meja makan restoran sementara anak Bunda sibuk berlarian di dalam restoran dan mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Aduh, rasanya ingin segera kabur saja!

Salah satu cara untuk menenangkan diri adalah dengan berpikir positif. Setiap anak pasti memiliki personaliti yang berbeda, bisa jadi si gadis pendiam di meja makan sebelah sebenarnya sangat cerewet dan suka membanting barang saat berada di rumah! Namun, tetap saja Bunda harus belajar mendisiplinkan anak dengan baik agar ia tidak melakukan hal-hal yang destruktif dan mengganggu kenyamanan orang lain di ruang publik. Komunikasikanlah hal tersebut sebaik mungkin dan hindari kata-kata seperti, "Anak lain saja bisa tenang, kok kamu nakal sendiri?" Jangan sekali-kali memberikan stigma negatif apalagi membandingkannya dengan anak lain, karena bisa-bisa ia semakin ingin menunjukkan perilaku agresifnya.

Membandingkan suami

Nah, ini nih godaan terbesar para Ibu! Selalu saja ada wanita yang sibuk memamerkan betapa suaminya sangat perhatian dan selalu meluangkan waktu untk mengganti popok atau bergantian menidurkan anak. Tak hanya itu, sang suami masih saja menunjukkan cinta dengan menyiapkan makan malam romantis berdua saja. Hmm, kalau suami Anda orangnya cuek dan jauh dari romantis, pasti telinga rasanya panas dan ingin segera pulang ke rumah untuk protes pada suami.

Satu hal yang perlu Anda sadari adalah, tak semua hal seindah apa yang dikatakan. Bisa jadi si suami teman itu memang baik adanya tapi mereka punya permasalahan lain yang tidak teman Anda ceritakan. Oleh karena itu, jangan pernah mengeluh ini itu pada suami Anda dan menuntutnya untuk lebih perhatian, lebih romantis, lebih berempati, dan lebih-lebih lainnya yang hanya akan membuat suami sebal.

(Yusrina)