Kenalan Dengan Etnoparenting Pola Asuh Anak Berbasis Budaya
Ragam pola asuh di dunia ternyata banyak sekali ya, Parents. Tapi, pernahkah Parents mendengar pola asuh etnoparenting?
Etnoparenting adalah konsep pengasuhan anak yang berlandaskan budaya, tradisi, nilai dan kebiasaan etnis tertentu. Misalnya, dalam budaya masyarakat Jawa Barat, sebelum bayi belajar jalan, orang tuanya mengadakan ritual nincak bumi.
Tradisi ini, merupakan bagian dari pola asuh etnoparenting untuk mengenalkan bayi pada tanah, sebagai bagian dari simbol pijakan hidup. Diharapkan juga ke depannya si kecil bisa lebih dekat dengan alam tanah kelahirannya.
Lantas seperti apakah pola asuh etnoparenting yang lebih jelas? Yuk, kita simak ulasan berikut.
Etnoparenting pola pengasuhan alternatif masyarakat Indonesia

Mengutip dari Indonesia Research Journal on Education etnoparenting adalah pola asuh khas masyarakat Indonesia, yang pendekatannya fokus pada nilai-nilai budaya lokal. Misalnya saja, contoh etnoparenting yang dilakukan oleh suku Akit, Riau.
Di tengah kemajuan teknologi seperti sekarang, masyarakat suku Akit tetep mempertahankan nilai-nilai pengasuhan tradisional. Mereka tetap mengajarkan anak-anaknya mengenai nilai ketuhanan, pelestarian alam, mengembangkan jati diri dan gotong royong dalam sebuah lingkungan.
Etnoparenting pada suku Akit, juga berjalan seimbang dengan arus digitalisasi. Sehingga bisa menggabungkan pola asuh modern dan tradisional dengan baik, tapi tetap relevan diterima oleh generasi muda.
Selain suku Akit, etnoparenting pada masyarakat Indonesia juga cukup melekat sejak dahulu. Dengan mengutamakan integritas agama, seni, bahasa dan karakteristik sesuai dengan kebudayaan untuk membangun identitas.
Walau etnoparenting diklaim menjadi pola asuh tradisional khas masyarakat Indonesia, yang memiliki beragam suku dan budaya, namun budaya Barat kini juga sudah mulai menerapkan pola asuh etnoparenting dalam keluarganya. Semata-mata, demi mengatasi tantangan budaya di eras digitalisasi dengan cara khas, agar budaya tersebut tetap lestari dan tidak punah dimakan zaman.
Etnoparenting dalam tiap suku memang berbeda, namun tujuannya sama

Yes! Kalau mengutip laman Etnoparenting Indonesia secara umum, penerapan etnoparenting dibagi dalam tiga bentuk; komunikasi lisan dan tulisan, stimulasi dan juga observasi. Walaupun model etnoparenting Nusantara ada beragam berdasarkan wilayahnya (Indonesia Timur, Tengah dan Barat), namun pola asuhnya tetap mengedepankan empat elemen utama.
Elemen Ketuhanan
Tiap keluarga, biasanya akan memulai pola asuh anak-anak mereka dengan cara mengimani Tuhan terlebih dahulu. Semua etnis dan suku apapun di Indonesia, percaya bahwa segala hal yang ada didunia merupakan pemberian Tuhan.
Termasuk saat dianugerahi seorang anak, orang tua bertanggung jawab untuk mengenalkan elemen ketuhanan pada anak-anaknya. Uniknya, elemen ini nggak dimiliki oleh orang tua di negera Barat.
Dimana mereka justru nggak mengenalkan agama pada anak-anaknya. Namun, belakangan negara Barat juga mulai mengadaptasi etnoparenting dalam pola asuh anak-anaknya.

Elemen jati diri manusia
Salah satu elemen dari etnoparenting ini memiliki konsep yang paripurna tentang manusia menurut etnisnya. Tapi, soal jati diri manusia sejatinya tiap suku juga punya konsep yang sama, mengenai kesamaan budaya, bahasa, adat istiadat, tradisi hingga nilai sejarah.
Jadi, nggak heran bila pola asuh etnoparenting juga menonjolkan kebudayaan dan adat di atas segalanya. Contohnya saja seperti pola asuh masyarakat di Bali yang sangat menghargai budaya dan alam semesta sebagai bagian dari tradisi turun temurun.
Bahkan, masyarakat Bali sangat cinta pada budayanya hingga tak jarang para orang tua juga mewajibkan anak-anaknya untuk mencintai budaya Bali sejak dini. Salah satunya dengan belajar tarian, serta tak pernah absen dalam mengikuti kegiatan adat.
Elemen pelestarian alam dan lingkungan
Umumnya, etnoparenting mengedepankan pola asuh yang dekat dengan alam dan lingkungan. Tiap keturunan harus bisa menjaga alam agar tetap lestari, tidak boleh mengotori lingkungan apalagi sampai merusaknya.
Pola asuh etnoparenting juga menekankan pada anak untuk selalu menjaga lingkungan sekitarnya. Demi membentuk karakter anak, agar mencintai alam sedari kecil

Elemen gotong royong
Pola asuh orang tua etnoparenting juga mengedepankan adab gotong royong di dalamnya. Misalnya saja, sebagai contoh etnoparenting yang diambil dari suku Sunda yang mengasuh anak bersama-sama dengan tetangganya di kampung. Mereka sangat guyub dalam mengasuh anak-anaknya, saling membantu tanpa merasa terbebani satu sama lain bagaikan sebuah keluarga.
Kalau berdasarkan elemen-elemen di atas, pola asuh etnoparenting ini sebenarnya juga bisa dipadukan pada pola asuh Barat. Hal ini bertujuan untuk memperkuat karakter, modal dan identitas sosial.
Nantinya, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter kuat, cerdas namun tidak pernah lupa akan akar budayanya sendiri. Budaya etnoparenting secara tidak sadar sudah diterapkan oleh orang tua kita zaman dahulu, lho Parents.
Apakah Parents juga menyadarinya? Yuk, mulai terapkan pola asuh ini di rumah, meski di era digitalisasi seperti sekarang cukup sulit dilakukan. Namun, Ibumin percaya Parents pasti bisa kok. Semangat ya Parents!