Fitur Baru YouTube untuk Remaja: Lebih Aman, Lebih Terjaga
Sebagai orang tua, banyak dari kita mungkin sering merasa ruang digital yang dihadapi anak-anak sekarang jauh lebih kompleks dibanding masa kita tumbuh dulu. Mereka belajar, bersosialisasi, mencari hiburan, bahkan memahami diri sendiri melalui internet.
Kadang rasanya seperti mereka hidup di dua dunia sekaligus, satu dunia nyata dan satu lagi dunia online yang seringkali lebih berisik dan penuh risiko. Ketika melihat berita tentang remaja yang terpapar konten ekstrem atau tekanan sosial yang berlebihan, kekhawatiran itu makin terasa nyata.
Indonesia memiliki sekitar 46 juta remaja yang tumbuh dalam arus informasi tanpa henti. Data ini memberi gambaran betapa pentingnya keamanan digital, karena sebagian besar aktivitas mereka kini terjadi di layar. Tantangannya pun tidak kecil, peningkatan kecemasan dan depresi remaja menjadi tren global, dan Indonesia pun mengalami hal serupa. Bahkan pemerintah menemukan lebih dari 11 juta konten negatif sejak 2016, mulai dari pornografi, perjudian, penipuan hingga konten ekstrem dan kekerasan yang menyasar pengguna muda.
Kita mungkin masih ingat kasus yang terjadi di SMA 72 Jakarta, ketika seorang remaja mampu merakit bom setelah terpapar berbagai simbol ekstrem dan konten berbahaya di internet. Kasus itu menjadi pengingat bahwa paparan digital bisa memengaruhi remaja lebih dalam daripada yang kita kira. Belum lagi risiko lain seperti body image pressure, perbandingan sosial, atau saran finansial yang menyesatkan yang bisa muncul di feed mereka setiap hari.
Di tengah kondisi ini, YouTube memperkenalkan serangkaian fitur dan kolaborasi baru melalui acara “YouTube Luncurkan Fitur dan Kolaborasi Baru untuk Kesejahteraan Digital”, yang diperuntukkan khusus untuk mendukung keselamatan dan kesehatan mental remaja di Indonesia. Upaya ini tidak berdiri sendiri. Ada kolaborasi besar dengan para ahli seperti HIMPSI, PDSKJI, pemerintah melalui Ko Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), serta pihak-pihak yang selama ini bergerak di isu literasi digital.
Bagi kita sebagai orang tua, informasi ini penting, karena fitur-fitur baru tersebut bisa membantu kita memahami bagaimana platform digital berupaya mengurangi risiko dan memberi ruang yang lebih aman untuk anak-anak kita.
Fitur Baru YouTube untuk Remaja Indonesia

YouTube menjelaskan bahwa banyak orang di Indonesia memulai perjalanan kesehatan mereka dengan mencari informasi di platform tersebut. Dr. Garth Graham, Global Head of Health di YouTube, menyampaikan bahwa YouTube memegang tanggung jawab moral untuk memastikan keamanan pengguna muda.
Dalam kata-katanya, “A product can’t replace a parent, a feature can’t replace a friend, and a platform can’t replace the human ecosystem around our community,” menunjukkan bahwa meskipun fitur teknologi penting, peran orang tua tetap tidak tergantikan.
Namun perlindungan digital tetap perlu diberikan, dan inilah fitur-fitur baru yang diluncurkan oleh YouTube.
1. Pengaturan waktu khusus untuk YouTube Shorts (Shorts Daily Limit)
Remaja sangat sering menghabiskan waktu di konten berdurasi pendek, dan pola ini berisiko membuat mereka terjebak scroll tanpa henti. Untuk itu, YouTube menambahkan pengaturan batas durasi harian untuk Shorts.
Pengguna bisa menentukan berapa menit yang ingin mereka batasi. Ketika limit sudah tercapai, Shorts otomatis berhenti dan muncul pemberitahuan yang meminta mereka beristirahat.
Rencananya, orang tua yang menggunakan akun diawasi juga bisa mengaktifkan batas waktu yang tidak bisa diabaikan anak. Ini membantu orang tua lebih mampu mengontrol pola konsumsi konten anak tanpa harus memegang perangkat mereka secara langsung.
2. Pembatasan paparan konten yang berbahaya jika ditonton berulang (Repeated Exposure Protection)
Beberapa jenis konten mungkin terlihat aman jika ditonton satu kali, tetapi bisa memberikan dampak negatif bila muncul berulang-ulang. Berdasarkan masukan dari para ahli, YouTube kini membatasi rekomendasi berulang untuk enam kategori konten. Termasuk perbandingan fisik, body image, konten fitness ekstrem, agresi sosial, hingga konten finansial yang tidak realistis.
YouTube menyadari bahwa algoritma mampu membentuk persepsi diri pengguna, terutama remaja yang masih mencari identitas. Karena itu pembatasan ini dirancang untuk mencegah distorsi pandangan mereka terhadap diri sendiri dan dunia.
3. Kehadiran Teen Mental Health Shelf
Salah satu pembaruan terbesar adalah diluncurkannya Teen Mental Health Shelf. Ini adalah zona khusus yang berisi konten kesehatan mental yang sudah dikurasi dari sumber profesional terpercaya, termasuk dari HIMPSI dan PDSKJI. Fitur ini muncul otomatis ketika remaja mencari topik sensitif seperti bullying, depresi, kecemasan, atau strategi coping.
Langkah ini menjadi penting karena konsumsi konten mental health meningkat pesat di Indonesia. Hingga akhir 2024, tercatat lebih dari 10 miliar penayangan terkait topik kesehatan mental. Produksi kontennya pun meningkat lebih dari 60 persen dari tahun sebelumnya. Dengan adanya shelf khusus ini, remaja lebih mudah menemukan informasi yang tepat dan aman saat mereka sedang rentan atau mencari jawaban.
Fitur Keamanan YouTube yang Sudah Lama Ada, tetapi Sering Terlupa

Di luar tiga fitur baru tersebut, YouTube sebenarnya sudah lama menyediakan beberapa fitur keamanan yang sangat membantu orang tua dalam memandu penggunaan internet anak. Banyak dari fitur ini mungkin belum dimanfaatkan secara maksimal, padahal perannya besar dalam membangun kebiasaan digital yang lebih sehat.
1. Take a Break Reminder
Fitur ini sebenarnya sudah aktif sejak lama dan sangat bermanfaat. Take a Break Reminder akan muncul setelah anak menonton dalam durasi yang cukup panjang dan memberi pengingat untuk berhenti sejenak. Walaupun terlihat sederhana, pengingat seperti ini penting untuk mencegah anak tenggelam terlalu lama di layar tanpa sadar. Kita juga bisa mengatur interval waktunya sesuai kebutuhan keluarga.
2. Bedtime Reminder
Bedtime Reminder juga sudah ada sebelumnya dan diaktifkan otomatis untuk pengguna di bawah usia 18 tahun. Fitur ini mengingatkan anak ketika sudah memasuki jam tidur. Pengingat seperti ini membantu menjaga ritme tidur remaja yang kadang sulit dihentikan ketika mereka sedang asyik menonton. Pengingat tidur bisa diatur waktunya, sehingga anak belajar mengenali kapan waktunya beristirahat.
3. Supervised Experience untuk penggunaan yang lebih terarah
YouTube menyediakan sistem akun diawasi atau supervised experience untuk orang tua yang ingin memberikan kebebasan bertahap kepada anaknya. Melalui sistem ini, kita bisa memilih tingkat akses konten berdasarkan usia anak. Ada beberapa opsi, termasuk mode yang cocok untuk anak pra-remaja, remaja awal, hingga remaja yang sudah mendekati 17 tahun.
Dengan menggunakan supervised experience, konten yang muncul di akun anak sudah otomatis disaring. Kita juga tetap bisa mengatur riwayat tontonan, pencarian, dan batas penggunaan sesuai kebutuhan. Dalam pengembangannya, YouTube juga berencana memasukkan batas waktu Shorts ke dalam sistem ini agar bisa diaktifkan langsung oleh orang tua.
4. YouTube Kids untuk anak yang lebih kecil
Untuk anak usia lebih kecil, YouTube menyediakan aplikasi YouTube Kids. Aplikasi ini sudah lama menjadi salah satu platform yang lebih aman karena kontennya telah dikurasi untuk anak. Tidak hanya itu, orang tua juga bisa mengatur profil anak, membatasi waktu menonton, serta menentukan konten apa saja yang boleh diakses.
Kolaborasi Besar di Balik Konten Kesehatan Mental YouTube

Selain fitur teknis, YouTube juga bekerja sama dengan berbagai ahli untuk memastikan informasi yang tersedia benar-benar kredibel. Program Beranda Jiwa adalah bentuk kerja sama antara YouTube dengan HIMPSI dan PDSKJI, yang bertujuan meningkatkan jumlah konten mental health yang akurat, empatik, dan berbasis bukti ilmiah. Program ini juga melatih para ahli untuk membuat konten yang mudah dipahami remaja.
Dr. Garth menyampaikan apresiasinya terhadap para ahli di Indonesia. Ia mengatakan, “Indonesia has some of the best and brightest mental health experts, and bringing their knowledge to the platform is part of our commitment.” Dengan kolaborasi ini, remaja tidak hanya menerima filter atau batasan, tetapi juga dipandu menuju informasi yang benar.
Menurut survei Ipsos pada 2025, sekitar 90 persen orang tua merasa YouTube menyediakan alat yang membantu memastikan anak mengakses konten yang sesuai usia. Sementara 92 persen orang tua yang menggunakan supervised account merasa lebih yakin bahwa anak mereka berada di lingkungan digital yang lebih aman.
Perspektif Pemerintah dalam Menghadapi Ancaman Digital

Pemerintah Indonesia melalui Komdigi mengakui bahwa tantangan digital semakin besar. Dalam paparannya, Irawati Tjipto Priyanti, Direktur Penyidikan Digital Komdigi, menyampaikan bahwa konten negatif yang harus ditindak tidak hanya berkisar pada konten ilegal seperti judi atau pornografi, tetapi juga konten yang mendorong radikalisasi, kekerasan, dan rekruitmen anak muda. Beliau mengatakan, “Fenomenanya terus bergerak, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian.”
Kasus SMA 72 menjadi contoh bahwa remaja bisa mempelajari hal berbahaya hanya dari paparan digital tanpa adanya interaksi langsung dengan kelompok ekstrem. Pemerintah kini bekerja sama dengan berbagai pihak seperti BNPT, Bareskrim, serta komunitas literasi digital untuk memperkuat pengawasan sekaligus edukasi publik.
Menariknya, Irawati juga menyebut bahwa YouTube termasuk salah satu platform yang paling responsif dalam membantu mengawal konten negatif dan bekerja sama dengan pemerintah.
Kenapa Remaja Kita Makin Mudah Terpengaruh? Ini Penjelasan Para Ahli

Menurut PDSKJI, remaja Indonesia sedang mengalami penurunan fungsi kognitif pada aspek memori, konsentrasi, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls. Penurunan ini berkaitan erat dengan meningkatnya perilaku agresif, impulsif, dan kesulitan mengatur emosi.
Sementara psikolog Samanta Elsener menekankan pentingnya koneksi orang tua dengan anak. Dalam kata-katanya, “Connection always comes before correction.” Ia mengingatkan bahwa remaja yang tidak merasa terhubung dengan orang tuanya lebih mudah mencari pelarian di internet.
Para ahli sepakat bahwa keamanan digital tidak hanya perkara algoritma atau fitur teknis. Remaja perlu lingkungan emosional yang kuat di rumah agar tidak mudah terbawa arus konten ekstrem, tekanan sosial, atau ideologi berbahaya.
Perkembangan teknologi bergerak sangat cepat, dan remaja adalah pengguna paling aktif di dalamnya. Namun melalui fitur baru YouTube, kolaborasi dengan pemerintah, serta dukungan para ahli, ada langkah besar untuk menjadikan ruang digital lebih aman dan sehat bagi mereka.
Semua pihak memiliki peran. Platform menyediakan fitur dan perlindungan. Pemerintah menindak konten berbahaya dan memberikan edukasi. Para ahli menyediakan informasi yang kredibel. Dan kita sebagai orang tua tetap menjadi fondasi utama bagi anak-anak kita.
Sebagaimana disampaikan Dr. Garth, “Their online and offline worlds are intertwined, and protecting them is a responsibility we share together.”
Semoga langkah-langkah baru ini membantu kita mengambil napas sedikit lebih lega, sekaligus tetap waspada dan terlibat dalam dunia digital anak-anak kita.