Ngemil Bareng Anak: Cara Sederhana Bangun Bonding yang Erat
Pernah nggak sih, Bu, ngerasa kayak waktu bareng anak tuh cepet banget berlalunya? Rasanya baru aja pagi udah sore lagi. Anak udah sibuk sama tugas sekolah dan mainnya, kita juga kejar-kejaran sama kerjaan dan urusan rumah. Kadang pengin banget punya waktu yang beneran “berkualitas” bareng anak. Tapi entah kenapa, kok susah banget, ya?
Padahal, bonding itu nggak harus selalu direncanain besar-besaran, kok. Kadang justru datang dari hal-hal sederhana yang sering kita lakukan tanpa sadar, kayak nemenin anak makan camilan sore sambil ngobrol ringan soal hari mereka. Momen sederhana itu, walau cuma beberapa menit, bisa bikin anak merasa didengarkan dan diperhatikan. Dan buat mereka, itu sudah cukup untuk merasa disayang dan dekat sama Ibu.
Rutinitas Sederhana yang Bikin Anak Merasa Aman

Banyak orang tua berpikir, supaya anak bisa dekat dengan kita, kita harus membuat aktivitas spesial. Padahal, menurut Psikolog Anak dan Praktisi Play Therapy Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog di acara peluncuran kolaborasi Lexus Sandwich dengan BT21, justru rutinitas kecil yang berulang itulah yang bikin anak merasa aman dan dicintai.
“Rutinitas tuh lebih penting dari sekadar liburan buat anak. Karena dari rutinitas yang berulang dan konsisten, anak belajar merasa aman dan dicintai,” jelas Anastasia Satriyo.
Anak sebenarnya butuh hal yang bisa mereka prediksi. Saat mereka tahu setiap sore ada waktu ngemil bareng Ibu, tanpa disuruh atau diingatkan pun mereka akan menantikan momen itu. Dari situ muncul rasa “aku penting buat Ibu”, dan itu sangat berpengaruh terhadap rasa percaya diri serta kestabilan emosinya.
Contohnya sesimpel, setiap pulang sekolah, anak duduk di meja makan, lalu Ibu datang dengan dua gelas susu dan biskuit kesukaan mereka. Obrolannya nggak harus panjang atau berat, kadang cukup, “Tadi di sekolah seru nggak?” atau “Kamu main sama siapa hari ini?” Tapi percakapan ringan kayak gitu bisa bikin anak merasa dilihat dan didengarkan.
Snack Time: Waktu Anak Buat “Recharge” dan Cerita

Setelah seharian di sekolah, anak-anak sering terlihat lelah, tapi sekaligus pengin cerita. Nah, di situlah momen snack time bisa jadi waktu “recharge” yang penting banget.
Anastasia menjelaskan, otak anak masih kecil dan cepat penuh oleh berbagai pengalaman baru. Makanya, mereka butuh waktu buat memproses ulang hal-hal yang mereka alami sepanjang hari, dan sering kali, itu terjadi saat mereka makan camilan favoritnya.
“Otak anak itu kecil, makanya mereka butuh momen recharge setelah sekolah atau bermain. Biasanya momen ini muncul saat ngemil, saat itulah anak bisa cerita dengan alami,” kata Anastasia Satriyo.
Jadi, kalau anak tiba-tiba banyak ngomong saat ngemil sore, jangan buru-buru menyuruhnya diam. Itu tandanya mereka sedang membuka pintu komunikasi dan merasa aman buat berbagi cerita. Bahkan lewat hal sesederhana seperti membuka bungkus biskuit bareng, Ibu sebenarnya sedang memberikan rasa aman secara emosional buat anak.
Tips dari Psikolog: Bikin Snack Time Jadi Lebih Bermakna dengan Teknik ABC
Biar momen ngemil bareng anak nggak cuma lewat begitu aja, Anastasia Satriyo punya tips sederhana yang bisa bikin waktu snack time terasa lebih hangat dan bermakna. Namanya Teknik ABC (Acknowledge, Bonding, Celebrate). Tiga langkah simple ini bisa bikin waktu ngemil berubah jadi momen penuh kedekatan dan rasa hangat antara orang tua dan anak.
A – Acknowledge: sadari dan hargai perasaan anak
Sering kali, begitu anak duduk, refleks kita langsung nanya hal-hal praktis, “Udah ngerjain PR belum?” atau “Tadi makan siangnya habis nggak?” Padahal, sebelum itu, anak butuh merasa dilihat dulu.
Anastasia Satriyo bilang, penting banget untuk membuka momen dengan kalimat sederhana yang menunjukkan kalau kita sadar dan peduli dengan kondisi anak hari itu. Misalnya:
- “Makasih ya udah mau duduk bareng Ibu. Kayaknya kamu capek tapi senang, ya?”
- “Wah, mukanya semangat banget hari ini. Ada cerita seru di sekolah?”
Kalimat sederhana kayak gitu aja udah bikin anak ngerasa diterima apa adanya. Mereka jadi tahu kalau perhatian dan kasih sayang Ibu nggak cuma muncul pas mereka berprestasi, tapi karena Ibu emang sayang sama dirinya apa adanya.
Untuk anak yang lebih kecil, acknowledgment bisa dalam bentuk senyuman, tepukan lembut di pundak, atau sekadar kontak mata hangat sambil menyajikan camilan. Anak yang lebih besar bisa diajak refleksi ringan, seperti “Hari ini paling seru bagian apa?” atau “Ada yang bikin kesal nggak?”
Yang penting, jangan buru-buru kasih nasihat, dan jangan juga langsung menyela. Kadang, yang dibutuhkan anak hanyalah didengarkan.

B – Bonding: nikmati aktivitas sederhana bareng
Nah, setelah anak merasa “dilihat”, lanjut ke bagian yang paling seru, yaitu bonding time! Di sini, bukan cuma soal ngobrol, tapi juga tentang menikmati momen bareng lewat aktivitas sederhana yang melibatkan semua indera.
Anastasia menyebutnya sebagai sensory activity. Misalnya, sambil ngemil biskuit bareng, Ibu bisa ajak anak memperhatikan bentuk, warna, atau aroma. Ibu bisa bertanya:
- “Kamu denger nggak bunyi ‘krak’-nya waktu digigit?”
- “Menurutmu ini rasanya lebih gurih atau lebih manis?”
- “Bungkusnya lucu banget, ya. Warna ungunya mirip karakter favorit kamu.”
Kedengarannya sepele, tapi justru percakapan ringan seperti ini bikin anak rileks.
Di momen ini, otak anak sedang recharge, menurunkan stres dari aktivitas sekolah dan membuka ruang buat cerita lebih banyak. Kalau anak lagi nggak mood cerita, juga tidak apa-apa. Fokus aja di kegiatan bareng yang dilakukan, mulai dari buka bungkus biskuit, susun camilan jadi bentuk lucu, atau bahkan bikin permainan kecil (“Coba tebak rasa ini apa!”). Anastasia bilang, yang penting adalah kehadiran dan kebersamaan, bukan hasil obrolannya.
C – Celebrate: rayakan momen kecil bareng anak
Setelah ngobrol dan makan bareng, tutup momen dengan celebration kecil. Bukan pesta besar, tapi apresiasi sederhana yang bikin anak merasa berharga. Anastasia menjelaskan, anak-anak perlu mendengar hal positif tentang dirinya sendiri, bukan cuma tentang apa yang dia capai. Misalnya:
- “Tadi pas kamu gantian waktu cerita di sekolah, itu keren banget. Ibu bangga.”
- “Makasih ya udah nemenin Ibu ngemil bareng. Ibu suka banget waktu bersama kamu kayak gini.”
- “Tadi kamu dengerin Ibu dulu baru jawab, itu hebat, lho.”
Kalimat kayak gini kelihatannya ringan, tapi efeknya besar banget buat anak. Anak belajar mengenali dirinya dari cara orang tua melihat mereka. Dan lewat apresiasi yang tulus, mereka tumbuh dengan rasa percaya diri dan empati.
Anastasia juga mengingatkan, celebrate nggak harus lewat kata-kata aja. Bisa juga dengan pelukan, high five, atau sekadar senyum dan kalimat, “Nanti sore kita ngobrol lagi, ya!” Intinya, momen ini memberi sinyal ke anak bahwa “Aku disayang, aku aman, dan aku penting di keluarga ini.”
Yang menarik, seluruh proses ABC ini nggak butuh waktu lama. Cukup 10–15 menit setiap hari, dilakukan di momen santai seperti snack time sore. Kalau dilakukan rutin, momen ini bisa jadi “ritual kecil” yang ditunggu-tunggu anak, tempat di mana mereka bisa recharge, bercerita, dan merasa diterima apa adanya.
Karena pada akhirnya, seperti yang dibilang Anastasia, anak nggak butuh momen besar untuk merasa dicintai. Mereka cuma butuh kita hadir, bahkan lewat hal sesederhana makan biskuit bareng.
Saat Biskuit Jadi Jembatan Antara Orang Tua dan Anak

Kesadaran tentang pentingnya momen sederhana ini juga diangkat dalam kampanye That’s A Lexus Moment 2025 dari URC Indonesia. Melalui kampanye ini, Lexus Sandwich Biscuit ingin mengajak para orang tua menjadikan waktu ngemil bukan sekadar rutinitas, tapi ritual kebersamaan yang penuh makna.
Rachmawati Sutarto, Marketing Director URC Indonesia, menjelaskan “Melalui kampanye ini, kami ingin memperkuat peran Lexus bukan hanya sebagai camilan menyenangkan, tapi juga sebagai pendukung nyata orang tua dalam proses mendampingi tumbuh kembang anak.”

Tahun ini, Lexus berkolaborasi dengan karakter BT21, menghadirkan 14 desain kartu koleksi spesial yang bisa ditemukan di kemasan rasa cokelat dan keju ukuran 190 gram. Kartu-kartu ini bisa jadi alat seru buat memancing cerita anak. Misalnya, ajak mereka pilih karakter favorit dan jelaskan kenapa mereka suka tokoh itu. Dari situ, Ibu bisa belajar banyak tentang cara anak berpikir dan mengekspresikan diri.
Selain itu, Lexus juga meluncurkan jurnal bonding hasil kolaborasi dengan Anastasia Satriyo. Jurnal ini berisi panduan ringan yang bisa digunakan Ibu untuk mencatat momen, emosi, dan aktivitas bareng anak. Ada juga versi digitalnya, jadi bisa dipakai kapan saja.
Buat yang suka aktivitas langsung, Lexus juga menghadirkan booth interaktif bertema BT21 di beberapa supermarket, lengkap dengan sesi mini talk bersama Anastasia Satriyo dan kesempatan untuk konsultasi langsung tentang parenting serta bonding anak.
Momen Kecil yang Jadi Kenangan Besar

Anastasia Satriyo menutup pesannya dengan satu kalimat yang menyentuh banget, “Kalau marah ke anak itu wajar, tapi jangan lupa, anak juga perlu punya kenangan tentang momen bahagia bersama orang tuanya.”
Karena anak-anak belajar mencintai, memaafkan, dan merasa aman bukan dari kata-kata, tapi dari pengalaman yang mereka rasakan setiap hari. Dan mungkin, buat anak, momen bahagia itu sesederhana duduk bareng Ibu sambil makan biskuit kesukaan. Bukan soal camilannya, tapi soal siapa yang duduk di sebelah mereka waktu itu.
Kadang, hal-hal sederhana seperti ini yang justru paling berkesan buat anak. Mereka mungkin nggak ingat detailnya, tapi mereka ingat rasanya: hangat, tenang, dan dicintai. Jadi, yuk Bu coba luangkan sedikit waktu di tengah padatnya hari. Nggak perlu menunggu momen spesial, cukup duduk bareng anak, ambil camilan, dan dengarkan mereka bercerita. Karena sering kali, dari hal sederhana kayak gini, tumbuh kenangan yang paling lama tinggal di hati mereka.
Itulah makna dari “That’s a Lexus moment.