Dampak Orang Tua Bertengkar Di Depan Anak Bisa Bikin Si Kecil Trauma!
Setiap pernikahan, tentu nggak selalu dibanjiri dengan hal-hal yang menyenangkan setiap harinya. Ibarat menggabungkan dua kepribadian menjadi satu, pasti ada saja konflik yang terjadi di dalamnya.
Tapi, percikan api-api kecil ini sangat wajar terjadi dalam pernikahan kok Parents. Walau nggak dipungkiri, amarah dan emosi terkadang sulit dikontrol. Bahkan, nggak jarang malah tak sengaja tersulut di depan anak.
Yup! Ketika orang tua bertengkar di depan anak, usai emosinya mereda pasti kita akan dihantui dengan perasaan bersalah, bukan? Khawatir si kecil mendengar percakapan dan berujung trauma.
Lantas, bagaimanakah dampak orang tua bertengkar di depan anak menurut ahli, serta adakah langkah yang bisa dilakukan jika si kecil terlanjur menyaksikan orang tua bertengkar di depan anak?
Kesehatan mental terganggu, dampak orang tua bertengkar di depan anak

Pertengkaran orang tua yang disaksikan oleh si kecil, tak jarang bisa menimbulkan trauma. Meskipun tiap anak memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika melihat orang tuanya bertengkar.
Ada yang penasaran, namun ada juga yang cuek tapi ternyata malah memendam trauma. Yup! Ketika anak lihat orang tua bertengkar, dampak negatifnya memang sangat nyata ya, Parents.
Nah, menurut sebuah studi yang dilakukan tahun 2012 oleh Child Development menunjukkan bahwa, saat orang tua bertengkar di depan anak hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental mereka, termasuk meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, menurunkan harga diri anak, dan merusak rasa aman bagi mereka. Tentu saja, dampak jangka panjangnya bisa menimbulkan trauma. Khususnya pada anak usia 2-10 tahun.
Dampak orang tua bertengkar dapat memengaruhi kesehatan mental anak. Dikutip dari laman Parents para ahli percaya bahwa pernikahan yang penuh konflik berdampak pada kesehatan mental dan harga diri anak. Lantas apa yang terjadi jika anak melihat orang tua bertengkar?
Pertengkaran dapat menyebabkan rasa tidak aman bagi anak. Dampak orang rua bertengkar di depan anak, juga bisa merusak rasa aman terhadap stabilitas keluarga. Mereka punya kekhawatiran dan mungkin juga penasaran tentang perceraian atau bertanya-tanya kapan Ayah dan Ibunya berhenti untuk bertengkar.
Saat orang tua bertengkar di depan anak, sedikit banyak dapat memengaruhi hubungan orang tua dan anak. Konflik yang tinggi dari orang tua, dapat menimbulkan gangguan mental seperti stres. Nah, ketika orang tua tengah menghadapi konflik hingga menyebabkan stres, maka hal ini bisa mengurangi intensitas mereka untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya. Selain itu, kualitas hubungan orang tua dan anak juga dapat terpengaruh, karena orang tua mungkin sulit menunjukkan kehangatan dan kasih sayang ketika mereka sedang marah atau emosi.
Bukan tidak mungkin, dampak orang tua bertengkar di depan anak juga dapat menciptakan lingkungan yang penuh tekanan. Mendengar pertengkaran yang intens dapat membuat anak-anak stres dan merasa ketakutan. Stres dapat berdampak buruk pada kesejahteraan fisik dan psikologis mereka, serta mengganggu tumbuh kembangnya.
Anak trauma orang tua bertengkar, dampak psikologis jangka panjang yang nyata

Yes! Dikutip dari Psych Central berbagai penelitian telah menunjukkan beragam dampak negatif jika orang tua bertengkar di depan anak. Namun yang pasti konflik orang tua ini sangat berdampak pada kesehatan mental anak, bahkan dalam jangka panjang, lho Parents!
Emosi, ketegangan yang berkepanjangan, dan gengsi orang tua untuk berdamai dapat menyebabkan masalah pada kemampuan anak saat bersosialisasi dengan orang lain. Perdebatan yang sering terjadi, khususnya jika ada kekerasan secara fisik dan verbal yang disaksikan si kecil dapat merusak rasa aman yang dirasakan seorang anak.
Sehingga, dampak orang tua bertengkar di depan anak dalam jangka panjang bisa menimbulkan gangguan mental pada anak meliputi; depresi, kecemasan dan stres. Mirisnya lagi, banyak orang tua yang mungkin tidak menyadari dampak pertengkaran mereka terhadap anak-anaknya.

Perilaku berikut mungkin terlihat pada anak-anak ketika terlalu sering menyaksikan orang tua bertengkar:
- Timbul perilaku agresif seperti memukul, menendang, atau melempar barang
- Pelan-pelan menarik diri, bersikap waspada alias sangat berhati-hati, cenderung tidak percaya pada orang lain, terutama orang dewasa
- Muncul gejala depresi
- Kurangnya minat untuk belajar di sekolah
- Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memperhatikan pelajaran
- Muncul sikap vandalisme dan kasar
- Mudah merasa cemas atau khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk
- Seringkali melanggar aturan yang ada baik di rumah maupun di sekolah
Selain dampak pada kesehatan mental, ada juga dampak fisik yang timbul ketika orang tua bertengkar di depan anak, meliputi; anak nampak lemas kurang berenergi dan murung, terlihat kelelahan sepanjang hari, perubahan mood dan nafsu makan, serta sulit tidur.
Cara menghadapi anak yang melihat orang tua bertengkar
Menurut Psikolog Anak & Remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi., meskipun orang tua tidak sengaja bertengkar di depan anak, namun dampaknya tetap saja membekas bagi sebagian anak. Tapi, bukan berarti hal ini nggak bisa diatasi ya, Parents.
Cara kita merespon itu tergantung usia anak. Biasanya anak usia 4-5 tahun melihat orang tua menggunakan suara-suara tinggi, ekspresi wajah marah, dan mungkin akan bertanya-tanya apa yang terjadi.
Hal ini karena anak-anak di usia tersebut masih sangat konkret cara berpikirnya. Nah, yang perlu Parents lakukan sebenarnya hanya mengakui apa yang terjadi sebenarnya dengan penjelasan sederhana.
Jelaskan bahwa Ayah-Ibu menggunakan suara-suara keras untuk berkomunikasi. Sebab, belum tentu anak mengerti kata ‘bertengkar’. Jangan lupa untuk meminta maaf dan memvalidasi perasaan anak, ya Parents.
Sebaliknya, jika anak sudah berusia 7-8 tahun dan dirasa cukup mengerti dengan apa itu arti bertengkar, Parents bisa menjelaskan sedikit lebih detail. Akui bahwa memang sedang ada masalah dan sedikit ada perdebatan, namun sedang berusaha untuk menyelesaikan bersama, pastikan untuk meminta maaf pada si kecil.
Hindari untuk ‘curhat’ alias menceritakan terlalu detail permasalahan yang terjadi pada si kecil. Apalagi memojokkan satu pihak, karena bukan tugas anak membela salah satu orang tua.
Penting juga untuk memberikan jeda terlebih dahulu, dalam menghadapi masalah. Supaya anak juga bisa meniru kebiasaan tersebut, sebagai bagian dari cara meregulasi emosi.
Jadi cara menghadapi orang tua bertengkar di depan anak adalah dengan; mengakui, stop, and pause. Yang penting ketika kita sudah berbaikan jangan dianggap sepele, jelaskan ke anak bahwa kita sudah berbaikan.
Supaya dalam otak anak terekam bahwa, dalam tiap perdebatan orang tua pasti ada penyelesaian. Hal ini sangat penting membantu anak untuk tidak tumbuh dalam kecemasan tinggi dan kekhawatiran.