Keluarga

Pertimbangkan 4 Hal Ini Sebelum Miliki Asuransi Pendidikan

Pertimbangkan 4 Hal Ini Sebelum Miliki Asuransi Pendidikan

Salah satu kekawatiran orang tua ketika memiliki anak adalah mengenai biaya pendidikan. Tidak dapat dipungkiri, biaya pendidikan berkualitas saat ini tergolong tinggi. Tanpa menabung, kecil kemungkinan Ibu bisa membayar uang pangkal saat anak mendaftar sekolah mengingat inflasi biaya pendidikan saat ini berada di kisaran 5% hingga 15%. Terlebih, jika penghasilan Ibu dan suami selalu habis terpakai tiap bulan. Padahal, pendidikan kini menjadi salah satu kebutuhan pokok karena kebutuhan akan sumber daya berkualitas semakin tinggi di masa depan. Persaingan di dunia kerja pun semakin ketat.

Salah satu solusi yang dapat Ibu lakukan bersama suami adalah dengan menyisihkan pendapatan per bulan untuk biaya sekolah anak. Pasangan millennial biasanya sudah mempertimbangkan alokasi biaya pendidikan anak jauh sebelum anak masuk usia sekolah. Namun, semakin banyaknya kebutuhan rumah tangga yang tidak dapat dihindari –seperti gaya hidup- terkadang membuat alokasi biaya pendidikan tidak maksimal. Kendala lain, ketidakdisiplinan juga mampu membuat dana yang dialokasikan untuk sekolah anak menjadi tersendat. Kadang banyak, kadang sedikit. Kadang menabung, kadang tidak. 

Dua hal tersebut dapat diakali dengan membuka tabungan pendidikan yang menggunakan sistem autodebet, yaitu setoran diambil secara otomatis setiap bulan dari rekening utama Ibu atau suami. Dengan sistem seperti ini, mau tidak mau Ibu “terpaksa” mendahulukan setoran untuk tabungan pendidikan di atas kebutuhan bulanan lainnya.

Namun, bagaimana jika ke depannya Ibu dan suami mengalami hal yang tidak diinginkan? Contohnya, kecelakaan, meninggal dunia, menderita sakit yang menyebabkan tidak dapat mencari nafkah lagi. Tentu saja, tidak ada orang tua yang menginginkan hal tersebut terjadi. Sayangnya, pendidikan anak berlangsung tanpa henti sejak TK hingga perguruan tinggi. Jika ditotal, kurang lebih masa pendidikan anak berlangsung selama 18 tahun! Berapa usia Ibu dan suami sekarang? Masihkah produktif saat anak kuliah kelak? 

Karena itu, salah satu solusi yang cukup populer saat ini adalah memiliki asuransi pendidikan. Sebelum memutuskan untuk memiliki asuransi pendidikan, pertimbangkan beberapa hal ini agar mendapatkan agar Ibu mendapatkan hasil yang diharapkan.     

  1. Asuransi pendidikan berbeda dengan tabungan pendidikan

    Asuransi pada intinya adalah perlindungan yang diberikan pada seseorang (bisa juga objek seperti rumah dan kendaraan) terhadap bahaya yang menimbulkan kerugian. Begitu juga dengan asuransi pendidikan. Meskipun sama-sama menyetorkan sejumlah uang per bulan untuk biaya sekolah anak, asuransi pendidikan berbeda dengan tabungan pendidikan dilihat dari hal-hal berikut:

    • Asuransi yang diberikan jika orang tua mengalami musibah

      Rata-rata tabungan pendidikan saat ini sudah disertai asuransi jiwa untuk orang tua selaku pihak yang membayar premi (jumlah uang yang dibayarkan per bulan). Jika orang tua meninggal, maka perusahaan asuransi akan memberikan sejumlah santunan pada anak. Sementara pada asuransi pendidikan, perlindungan yang diberikan pada anak jika orang tuanya meninggal lebih besar: perusahaan asuransi akan melanjutkan pembayaran premi hingga jangka waktu asuransi selesai.

      Misalnya, Ibu membuat asuransi pendidikan untuk anak dengan premi sebesar Rp 500.000 per bulan untuk jangka waktu 10 tahun. Jika pada tahun ke 3 Ibu atau suami selaku pembayar premi meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan membayar Rp 500.000 per bulan hingga tahun ke 10. Dengan ini, ananda tetap memiliki dana pendidikan meskipun orang tuanya telah tiada.

    • Ada tidaknya unsur investasi

      Pada dasarnya, asuransi pendidikan saat ini juga merupakan produk investasi atau disebut juga dengan unit link. Setiap investasi tentu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun, seperti investasi pada umumnya, jika tidak untung maka rugi. Untung rugi ini tergantung pada sejumlah faktor, yaitu kondisi ekonomi nasional dan internasional, serta kepiawaian perusahaan asuransi dalam mengelola dana yang diinvestasikan nasabah. 

      Mengapa sebagian orang merasa perlu menginvestasikan dana pendidikan anaknya? Kemungkinan besar, tabungan pendidikan tidak dapat mencapai nominal yang dibutuhkan saat anak memasuki jenjang pendidikan berikutnya. 

      Misalnya, saat anak lahir, setiap bulan Ibu mampu menyisihkan Rp 200.000 di rekening tabungan pendidikan anak. Setelah 3 tahun menabung maka jumlahnya 36 x Rp 200.0000 yaitu Rp 7.200.000 yang lantas Ibu cairkan untuk mendaftar playgroup. Setelah itu, Ibu mulai menabung lagi untuk masuk SD. Dengan uang pangkal sebesar Rp 20.000.000 yang harus bisa dipenuhi selama 4 tahun, maka setiap tahunnya Ibu harus mampu menabung sebanyak Rp 5 juta. Jika Ibu hanya mampu menyisihkan Rp 200.000 lagi per bulannya, maka selama setahun tabungan pendidikan Ananda “hanya” berjumlah Rp 2,4 juta dari Rp 5 juta yang dibutuhkan.

      Tidak mencukupi bukan? Ini belum menghitung hingga biaya kuliah ya, Bu! Karena itulah, asuransi pendidikan juga menyertakan investasi di dalamnya. Tujuannya, apalagi kalau bukan mendapatkan keuntungan investasi dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, agar dapat memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak. Dengan nominal yang sama per bulan, uang yang disetorkan pada asuransi pendidikan unit link tadi memiliki kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan belasan persen. Ibu pun

    • Jumlah akhir uang yang didapatkan 

      Jika tabungan pendidikan memiliki pertambahan dana sesuai dengan uang yang telah disetorkan ke bank ditambah bunga, asuransi pendidikan memiliki hitungan tertentu mengenai biaya yang dapat diambil per bulannya hingga jatuh tempo (masa berakhirnya asuransi). Biasanya, nominalnya lebih sedikit dari uang yang telah Ibu setorkan di paruh waktu pertama, namun mulai memberikan keuntungan di paruh waktu berikutnya. 

      Misalnya, jika Ibu menabung 100 ribu per bulan di tabungan pendidikan,  maka tabungan ibu berjumlah minimal 1,2 juta di tahun pertama, 2,4 juta di tahun kedua, dan seterusnya, sebelum ditambah bunga. Namun, pada asuransi pendidikan, dengan nominal yang sama, uang Ibu di tahun pertama bisa jadi hanya 1,1 juta, tahun kedua hanya 2,3 juta, baru kemudian “utuh kembali” di tahun ketiga. Tahun berikutnya, Ibu bisa mulai meraup keuntungan dari investasi yang tercakup di asuransi pendidikan.

      Mengapa demikian? Saat berinvestasi, uang ibu “diputar” terlebih dahulu di sejumlah instrumen investasi seperti saham dan obligasi. Yang perlu dicermati, pada tahun-tahun pertama biasanya perusahaan asuransi belum menginvestasikan uang Ibu. Setoran yang masuk akan digunakan oleh perusahaan asuransi, yang disebut dengan biaya akuisisi. Jumlahnya beragam, namun bisa mencapai 100%  lho! 

      Inilah mengapa asuransi pendidikan benar-benar ditujukan untuk mereka yang sabar berinvestasi untuk hasil akhir yang lebih besar, serta tidak berencana untuk mengambil uang yang disetorkan di tengah-tengah periode.

    • Waktu pencairan dana

      Tabungan pendidikan merupakan tabungan berjangka, hanya bisa diambil pada jangka waktu yang telah ditentukan. Karena itu, biasanya jangka waktunya pendek, sekitar 2-3 tahun, meskipun lebih dari itu juga diperbolehkan. Yang penting, pencairan dana hanya bisa dilakukan pada jangka waktu yang telah disepakati.

      Sementara itu, asuransi pendidikan biasanya berlangsung selama 10-15 tahun. Boleh tidaknya asuransi diklaim (dicairkan) di tengah periode tergantung dari kesepakatan awal. Jika Ibu membeli asuransi pendidikan dengan tujuan untuk membayar uang pendaftaran SD, SMP, SMA hingga kuliah, maka Ibu bisa memilih klaim berjenjang. Dengan klaim berjenjang, perusahaan asuransi dapat mencairkan dana setiap masa pendaftaran sekolah. Namun, jika Ibu sudah mencairkan dana setiap anak masuk SD, SMP, SMA, maka nilai akhir investasi pada saat kuliah bisa lebih rendah dari perkiraan awal.

    • Status penjaminan oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)

      Dalam situs perencanaan keuangan Cermati.com, tabungan pendidikan sebenarnya adalah produk tabungan berjangka yang dikeluarkan oleh bank. Karena itu, tabungan tersebut dijamin oleh LPS. Jadi, jika suatu hari bank tempat Ibu menabung mengalami masalah (misalnya bangkrut), uang Ibu tetap aman karena telah dijamin oleh LPS. Namun, tidak demikian halnya dengan asuransi pendidikan.

      Meskipun Ibu membuka asuransi pendidikan di sebuah bank, namun bank hanya berstatus sebagai penjual produk asuransi. Produk asuransi sebenarnya adalah dikeluarkan oleh perusahaan asuransi yang kemudian bekerja sama dengan bank untuk membantu penjualan. Karenanya, LPS tidak menjamin keamanan uang Ibu jika ternyata perusahaan asuransi pendidikan yang Ibu pilih bermasalah. 

  2. Alokasi dana pendidikan tidak lebih dari 10% penghasilan

    Menurut perencana keuangan Prita Ghozie, idealnya sebuah keluarga menyisihkan maksimal 10% penghasilan bulanan untuk dana pendidikan semua anak. Berarti, semakin banyak anak, semakin sedikit dana pendidikan yang disiapkan untuk setiap anak. Jika Ibu dan suami merupakan entrepreneur atau freelancer, pilih setoran tahunan saja karena kedua profesi tersebut memiliki penghasilan fluktuatif. Ketika mendapat pemasukan besar, langsung bayar premi. 

    Sementara itu, untuk biaya SPP, biaya peralatan sekolah, kegiatan sekolah, ekstrakurikuler, antar jemput, juga biaya sosial seperti ulang tahun teman, Ibu bisa memilih untuk memasukkannya sekaligus ke dana pendidikan ataupun mengalokasikannya dari pendapatan bulanan.

  3. Hitung kebutuhan biaya pendidikan 

    Sebelum menentukan untuk membeli asuransi pendidikan, termasuk juga untuk membuka tabungan pendidikan, ibu harus mengetahui terlebih dahulu biaya pendidikan yang dibutuhkan anak saat masuk sekolah nanti, baik jenjang SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi di institusi yang diinginkan. Lalu, hitung perkiraan biaya yang dibutuhkan per bulannya. Tujuannya, untuk mengetahui apakah biaya yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan finansial Ibu. 

    Misalnya, total biaya yang dibutuhkan untuk membayar uang pangkal dari SD hingga kuliah adalah 250 juta. Dengan perhitungan 15 tahun menabung di tabungan pendidikan, dibutuhkan biaya Rp 1,3 juta per bulan. 

    Jika terasa berat, coba minta agen asuransi pendidikan untuk membuat ilustrasi kebutuhan biaya pendidikan. Dengan melibatkan unsur investasi, biasanya premi per bulan lebih murah dari tabungan konvensional. Katakanlah, perhitungan menunjukkan Rp 800.000 per bulan harus disisihkan untuk asuransi pendidikan selama 15 tahun agar pada akhir periode dihasilkan keuntungan Rp 250 juta. Setelah perkiraan biaya diketahui, kini saatnya melihat kondisi keuangan keluarga.

  4. Sesuaikan kemampuan dan prioritas

    Jika ternyata biayanya terlalu tinggi, Ibu tidak harus memaksakan diri. Tanpa playgroup, masih ada PAUD yang biayanya terjangkau. TK hingga SMA masih bisa memilih sekolah negeri yang biayanya terjangkau (bahkan gratis di sejumlah daerah!) dan memfokuskan tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan untuk biaya kuliah. Alasannya, sekolah negeri menerima murid terlepas dari kemampuan akademisnya, sementara perguruan tinggi negeri menerima berdasarkan kemampuan akademis anak. Jika tidak diterima di universitas negeri, maka Ibu harus menyiapkan dana untuk mendaftar di universitas swasta.

    Bagaimana jika Ibu ingin membeli asuransi pendidikan untuk biaya masuk SD saja? Dengan pertimbangan, pendidikan prasekolah dan pendidikan dasar itu penting untuk fondasi karakter anak dan pemahaman agama. Jadi, tidak apa mahal di awal. Mengingat investasi membutuhkan waktu untuk dapat menghasilkan, maka Ibu bisa memilih tabungan pendidikan atau deposito di mana Ibu bisa mendapatkan keuntungan secara cepat, yaitu melalui bunga yang jumlahnya tetap. 

  5. Adanya risiko mengalami kerugian

    Banyak kasus nasabah merasa tertipu oleh agen asuransi karena uang yang ditabung selama ini bukannya bertambah malah berkurang. Menurut Andreas Hartono, CFP, seorang Certified Financial Planner dan Insurance Consultant, orang Indonesia kerap memperlakukan tabungan dan asuransi sebagai hal yang sama, yaitu untuk mengumpulkan uang. Padahal, yang namanya asuransi pasti rugi secara nominal karena manfaatnya diperoleh jika Ibu mengalami musibah, seperti sakit, kecelakaan, atau kematian. 

    Pada asuransi jiwa, maka premi yang dibayarkan per bulan akan menjadi milik perusahaan asuransi jika Ibu selalu sehat. Saat jatuh tempo, Ibu tidak mendapat uang sama sekali. Pada asuransi pendidikan, biaya asuransi per bulan tidak akan kembali kecuali Ibu mengalami musibah. Yang kembali adalah premi yang ditujukan untuk investasi, dengan catatan mengalami keuntungan. Jika tidak, Ibu berisiko untuk mendapatkan uang lebih sedikit dari yang disetorkan alias merugi.

    Jadi, tabel ilustrasi keuntungan investasi yang biasanya diberikan pada calon nasabah hanyalah perkiraan saja. Ibu bisa saja benar-benar mendapatkan keuntungan sebanyak 15%, namun bisa juga hanya 5%. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa dana yang ibu investasikan dalam asuransi pendidikan tidak mengalami kerugian. 

    Maka, agar tidak merasa tertipu oleh agen asuransi, maka pahami dengan baik segala macam yang tercantum dalam polis asuransi. Pelajari perjanjiannya karena segala tindakan hukum jika ada sengketa akan dilakukan berdasarkan perjanjian yang Ibu tanda tangani.

  6. Cermati setiap pasal perjanjiannya

    Ada beberapa hal yang terkadang tidak diungkapkan oleh agen asuransi, dan ini terkadang membuat pemegang polis merasa dirugikan. Karenanya, Ibu harus menanyakan beberapa poin berikut sebelum membeli asuransi pendidikan:

    • Besarnya potongan biaya

      Setiap premi yang Ibu bayarkan per bulan biasanya sudah dikenakan potongan berbagai jenis biaya dan komisi. Tanyakan kepada agen apa saja potongannya dan berapa jumlahnya. Biasanya, pada 5 tahun pertama, bagian premi yang Ibu bayarkan hanya tersisa sedikit untuk investasi karena besarnya potongan. Baru pada 5 tahun berikutnya porsi investasi lebih besar.  

    • Jumlah pertanggungan yang diberikan

      Banyak nasabah fokus pada hasil investasi yang dijanjikan, namun terlewat menanyakan jumlah yang diterima jika terjadi musibah. Ketahui sejak awal untuk mengantisipasi jumlah pertanggungan yang tidak sebanding dengan premi yang telah disetorkan.

    • Instrumen investasi yang dipilih

      Setiap instrumen investasi memiliki ciri khas tersendiri. Jangan sampai. Manajer investasi harus jeli melihat peluang namun hati-hati dengan risikonya. Sebagai contoh, saham menawarkan keuntungan besar. Namun, jika jangka waktu asuransi pendidikan Ibu pendek, maka hal ini berpotensi menimbulkan kerugian.

Nah, setelah mengetahui dengan baik tentang asuransi pendidikan, semoga Ibu bisa lebih mantap memilih ya!

(Menur)