Ibupedia

Ratu Ratu Queens: The Series, Tontonan Me Time Ibu-Ibu di Netflix

Ratu Ratu Queens: The Series, Tontonan Me Time Ibu-Ibu di Netflix
Ratu Ratu Queens: The Series, Tontonan Me Time Ibu-Ibu di Netflix

Buibu, pernah nggak merasa kalau waktu buat diri sendiri itu langka banget? Rasanya baru mau selonjoran sebentar, eh sudah dipanggil anak atau ada kerjaan rumah lain. Padahal me time itu penting, bukan cuma buat istirahat fisik tapi juga buat menjaga kewarasan kita sehari-hari.

Kalau lagi cari tontonan yang bisa nemenin me time tanpa bikin kepala berat, Ratu Ratu Queens: The Series bisa jadi pilihan pas. Serial terbaru Netflix ini resmi tayang mulai 12 September 2025. Bagi yang dulu sempat jatuh cinta dengan film Ali & Ratu Ratu Queens (2021), kehadiran serial ini seperti membuka pintu nostalgia, sekaligus memberi ruang lebih luas untuk mengenal para “ratu” dari Queens.

Cerita yang Lebih Dekat dengan Para Ratu di Queens

Serial ini adalah prekuel dari filmnya. Jadi, alih-alih melanjutkan kisah Ali, kita diajak mundur ke delapan tahun sebelumnya. Saat itulah awal mula empat perempuan imigran asal Indonesia dipertemukan di Queens, New York.

Masing-masing datang dengan latar belakang berbeda. Ada Party (Nirina Zubir) si people pleaser, Ance (Tika Panggabean) seorang single mom yang tegas, Cinta (Happy Salma) si idealis yang masih bergejolak, dan Biyah (Asri Welas) yang cuek dan semaunya sendiri. Dari perbedaan inilah tumbuh persaudaraan yang hangat, penuh drama, dan nggak jarang bikin kita ikut terharu.

Cerita mereka terasa dekat, apalagi buat kita para ibu. Kadang kita pun pernah jadi “Party” yang ingin menyenangkan semua orang, atau jadi “Ance” yang keras demi kebaikan anak. Kehidupan para karakter ini seperti cermin kecil dari perjalanan kita sendiri.

Kenapa Ratu Ratu Queens: The Series Cocok Jadi Teman Me Time?

Salah satu alasan serial ini pas buat nemenin waktu santai adalah karena ceritanya ringan tapi tetap bermakna. Nggak melulu soal drama besar, tapi tentang hal-hal sehari-hari, seperti perjuangan bertahan hidup, mencari jati diri, sampai menjaga persahabatan.

Selain itu, jarang ada serial yang menempatkan perempuan usia 30–40-an sebagai pusat cerita. Usia yang sering dianggap udah settle ternyata masih penuh drama, masih punya mimpi, masih bisa goyah, tapi tanggung jawab juga makin numpuk. Relate banget kan, Bu?

Selain itu, setting New York dengan segala keruwetannya memberi warna segar. Melihat perjuangan mereka di jalanan Queens bikin kita ikut merasakan betapa nggak mudahnya hidup di negeri orang, tapi juga seru karena penuh cerita.

Fun Facts Seru dari Balik Layar Ratu Ratu Queens: The Series

Nah, biar nontonnya makin seru, ada beberapa kisah menarik dari balik layar yang dibocorkan pare pemain dalam acara Konferensi Pers Ratu Ratu Queens: The Series Jumat (12/9/2025) di kawasan Senayan, Jakarta Selatan:

1. Adegan Ciuman Pertama Nirina Zubir

Buat Nirina Zubir, Ratu Ratu Queens: The Series jadi pengalaman yang benar-benar baru. Selama karier panjangnya, ia belum pernah menjalani adegan ciuman di layar. Ketika pertama kali membaca naskah, Nirina mengaku sempat mempertanyakan alasan kenapa adegan itu perlu ada dalam cerita. Ia berdiskusi dengan produser Eddy dan sutradara Lucky Kuswandi, untuk memastikan bahwa momen tersebut memang punya makna penting bagi karakter Party.

“Dari pertama udah ngomong sama Eddy (produser) sama Lucky (sutradara), ini adalah adegan pertamaku. Bener-bener pertama. Jadi bener-bener kayak ngasih tau gitu kayak, ‘Beneran nih harus ada (kiss scene)?’” ujar Nirina dalam konferensi pers.

Akhirnya, Nirina memutuskan menerima tantangan itu. Menurutnya, adegan ciuman tersebut menjadi cara untuk menunjukkan sisi lain Party, seorang people pleaser yang terlihat polos, tapi sebenarnya juga punya lapisan cerita yang lebih dalam.

Meski begitu, Nirina nggak menutupi rasa gugupnya. Ia merasa sangat terbantu oleh lawan mainnya, Michael Notardonato, yang selalu berusaha membuat suasana nyaman. “Yang pasti, terima kasih banyak untuk Michael, karena selalu sikat gigi dulu dan nggak makan bawang sebelumnya,” canda Nirina sambil tertawa.

Ia menambahkan, “Dia benar-benar banyak membantu aku, karena ini kan pertama kalinya buat aku. Aku bilang ke dia kalau aku sangat gugup, belum pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi dia selalu bilang, ‘Gak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja. Siapkan saja dirimu.’”

Soal persiapan, Nirina lebih banyak menyiapkan mental dan tentu saja meminta izin pada sang suami sebelum syuting dimulai. “Ya persiapannya mental sama izin dan lampu hijau dari yang di rumah,” ujarnya lagi.

2. Tika Panggabean Jadi Ibu Tunggal Tanpa Pengalaman Langsung

Bagi Tika Panggabean, memerankan sosok Ance bukan hal yang mudah. Karakter ini digambarkan sebagai ibu tunggal yang keras, kaku, dan ingin mengendalikan banyak hal dalam hidup anaknya. Tika sendiri mengakui bahwa kehidupannya sangat berbeda dengan Ance, karena ia belum menikah dan belum memiliki anak.

“Justru enggak sih (riset) sebenarnya. Justru kalau misalnya tadi Na bilang ada banyak sifat dari Party yang cocok, kalau aku justru enggak (cocok alias sangat beda),” kata Tika dalam konferensi pers di Jakarta.

Karena tidak punya pengalaman langsung sebagai seorang ibu, Tika sempat merasa bingung bagaimana harus mendalami peran ini. “Aku satu-satunya yang belum berkeluarga dari empat Queens ini, tapi kebetulan aku yang justru diberi peran punya anak gitu kan. Jadi, aku tuh enggak punya bayangan sebenarnya,” lanjutnya.

Meski begitu, ia tetap berusaha membangun empati dengan membayangkan bagaimana pergulatan seorang ibu tunggal yang membesarkan anak seorang diri. Tika menilai, meskipun konteks budaya bisa berbeda, sifat dasar seorang single mom umumnya sama: posesif dan sangat protektif terhadap anaknya. “Basically, standar seorang ibu yang single mom itu posesif dan sangat controlling ke anaknya tuh hampir sama semuanya, mau dia hidup di mana aja. Jadi aku mencoba mendalaminya dengan mengeluarkan diri Tika yang single ini, bayangkan sekarang Tika punya anak, tapi jadi single mom,” tutur Tika.

3. Times Square Ditutup untuk Adegan Asri Welas

Pengalaman paling seru datang dari Asri Welas, pemeran Biyah, yang sampai membuat Times Square ditutup demi pengambilan gambar. Buatnya, momen itu terasa gila sekaligus membanggakan, berada di jantung New York yang biasanya padat turis dan pejalan kaki, tiba-tiba lengang hanya karena dirinya harus syuting.

“Dua kali ya, bo. Dua kali Times Square di-block cuma buat Asri Welas. Aku berasa (kayak) Angelina Jolie, aku berasa jadi Beyonce,” ujar Asri sambil tertawa, mengingat kembali momen tersebut.

Yang bikin adegannya makin ikonik, Asri harus dicat dengan warna hijau sambil mengenakan kostum Patung Liberty. Berdiri di tengah keramaian dengan kostum itu jelas mengundang perhatian warga dan turis. Ada yang memberi pujian, bahkan ada yang benar-benar mengulurkan uang karena mengira Asri sedang mencari nafkah di jalan. “Pas aku jalan gitu, aku dapet 5 dolar AS, 2 dolar AS. Beneran disawer gue,” kenangnya sambil ngakak.

Lucunya, salah satu adegan juga membuatnya sempat diusir polisi setempat. “Ada satu scene yang polisinya gak tau kalo gue lagi main film. Jadi dia bilang, ‘You cannot here, you there.’ Jadi aku sama Shanty diusir. Dia tuh gak tahu kita pemain film,” ceritanya.

Asri mengaku semua pengalaman itu sekaligus lucu dan menegangkan. Dari disangka pengamen jalanan, disawer turis, sampai diusir polisi, semuanya terjadi hanya karena ia harus tampil total sebagai Biyah yang nekat melakukan apa saja demi bertahan hidup. Ia menutup kisahnya dengan rasa bangga, karena dua kali Times Square harus benar-benar di-block hanya untuk dirinya.

4. Happy Salma Keluar dari Zona Nyaman

Selama lebih dari satu dekade, Happy Salma sering lekat dengan peran ibu yang penuh dilema atau karakter perempuan yang tenang dan mendayu. Karena itu, saat dipercaya memerankan Cinta di Ratu Ratu Queens: The Series, ia merasa seperti mendapatkan udara segar.

“Nah, ini kayak, saya tuh kayak rekreasi gitu lho,” ucap Happy dengan antusias saat konferensi pers.

Menurutnya, Cinta justru memberi ruang untuk menemukan kembali sisi lain dari dirinya yang jarang terlihat di layar. Sosok ini digambarkan tidak percaya diri, sering merasa terintimidasi, dan penuh gejolak batin. Tantangan lain datang dari penggunaan bahasa Inggris yang cukup dominan dalam peran ini.

“Bahasa Inggris-nya menurut aku sangat menyusahkan. Kalau jago, tinggal latihan. Tapi bagaimana meyakinkan bahwa dia itu enggak fit in sama semua, gitu,” kata Happy.

Ia mengaku beberapa kali gugup, bahkan harus menahan tawa saat melafalkan dialog dalam bahasa Inggris karena terdengar kaku, padahal harus dimainkan dengan serius. “Jadi kayak ada rasa-rasa itu yang saya bawa dan saya benar-benar ketika syuting tuh kok jadi deg-degan ketika mau pakai bahasa Inggris gitu, karena merasakan bagaimana Cinta tertekan gitu di dalam lingkungan itu gitu,” ujarnya.

Happy menambahkan, untuk memperkuat karakter Cinta, ia juga mengambil inspirasi dari sejumlah bintang era 1990-an, terutama dari gaya bicara dan suara khas yang manis. Semua detail itu ia rangkai agar sosok Cinta terlihat rapuh, tertekan, tapi tetap menarik di layar.

5. Lucky Kuswandi: Tantangan Syuting di Tengah Panasnya New York

Bukan hanya para pemain yang menghadapi pengalaman unik, sutradara Lucky Kuswandi pun punya cerita sendiri. Menggarap serial di New York ternyata bukan perkara mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah cuaca musim panas yang benar-benar menyengat.

Syuting dilakukan saat suhu kota sedang tinggi-tingginya, membuat kru dan pemain harus ekstra sabar. Bagi Lucky, kondisi itu jadi ujian tersendiri: bagaimana menjaga energi tim di tengah panas yang melelahkan, sekaligus tetap memastikan setiap adegan berjalan sesuai visi kreatifnya.

Namun, justru di situlah ia melihat kekuatan cerita semakin terasa. Suasana New York yang terik dan hiruk pikuk memberi nuansa realistis, seolah penonton ikut merasakan padatnya kota besar dengan segala dinamika yang dihadapi para karakter.

Lucky juga menekankan bahwa setiap tokoh dalam serial ini harus punya benang merah yang jelas dengan versi filmnya. Ia dan tim banyak berdiskusi agar perjalanan Cinta, Party, Ance, dan Biyah sampai pada bentuk karakter yang kemudian kita lihat di Ali & Ratu Ratu Queens.

Dari balik layar saja sudah penuh cerita menarik, apalagi saat menonton hasil akhirnya. Semua pengalaman itu pada akhirnya bersatu dalam satu kisah yang hangat untuk kita saksikan bersama.

Lebih dari Sekadar Hiburan untuk Ibu-Ibu

Dari balik cerita lucu, deg-degan, sampai tantangan teknis yang dihadapi para pemain dan kru, satu hal terasa jelas: Ratu Ratu Queens: The Series bukan hanya tontonan, tapi juga potret perjuangan perempuan untuk tetap berdiri, bermimpi, dan menemukan keluarga dalam arti yang lebih luas.

Buat kita para ibu, kisah ini jadi pengingat bahwa support system itu penting. Ada kalanya kita butuh teman yang bisa bikin tertawa di tengah kesulitan, ada kalanya kita hanya perlu merasa tidak sendirian saat hidup terasa berat. Itulah yang ditawarkan serial ini, hangat, menghibur, sekaligus menyentuh.

Jadi, kalau Buibu lagi butuh me time, coba sisihkan waktu sejenak. Siapkan minuman hangat, rebahan di sofa, lalu biarkan cerita Party, Ance, Cinta, dan Biyah menemani. Siapa tahu, dari perjalanan mereka, kita juga menemukan kekuatan baru untuk terus melangkah.

Ratu Ratu Queens: The Series sudah tayang di Netflix mulai 12 September 2025. Jangan sampai kelewatan, ya, Bu.

Follow Ibupedia Instagram