Keluarga

Tata Cara Aqiqah Anak yang Sudah Besar. Adakah Batas Umurnya?

Tata Cara Aqiqah Anak yang Sudah Besar. Adakah Batas Umurnya?

Tata cara aqiqah perlu dipahami setiap orang tua sebelum memiliki anak. Ini karena aqiqah termasuk salah satu ibadah penting yang dilakukan orang tua untuk anaknya. Aqiqah ditandai dengan penyembelihan kambing yang jumlahnya disesuaikan dengan jenis kelamin anak. Saat aqiqah anak laki-laki, orang tua perlu menyiapkan dua ekor kambing untuk disembelih, sedangkan aqiqah anak perempuan hanya perlu satu ekor saja. 

Saat momen aqiqah biasanya juga dibarengi dengan tradisi mencukur rambut bayi. Ada juga yang menggelar perayaan aqiqah anak di rumah dengan mengundang saudara, tetangga, atau anak-anak yatim.

Tradisi aqiqah sendiri sebetulnya sudah ada sejak zaman masyarakat jahiliyah, lo. Namun bedanya, mereka menyembelih kambing agar darahnya bisa diambil untuk kemudian dilumurkan ke kepala bayi. Tradisi seperti ini cukup mengakar dan dilakukan atas tujuan kepercayaan tertentu. 

Nah, setelah Islam hadir, kita diajarkan untuk melakukan aqiqah dengan cara yang lebih manusiawi, yaitu dengan mencukur rambut kepala bayi dan mengganti baluran darah kambing dengan minyak wangi. Sedangkan untuk kambing yang disembelih hendaknya dimasak dan diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu. Aqiqah dalam ajaran Islam juga dilakukan sebagai salah satu bentuk rasa syukur telah dikaruniai anak oleh Allah.

Hukum Aqiqah dalam Islam

Aqiqah sendiri memang bukan merupakan ibadah wajib bagi orang tua kepada anak, akan tetapi ibadah ini dihukumi sunnah muakkadah, atau amat ditekankan pengerjaannya. Jadi meski tidak wajib, para orang tua (terutama yang mampu secara finansial) hendaknya melaksanakan aqiqah untuk anaknya. 

Dalil mengenai ketentuan aqiqah ini seperti yang disebutkan dalam hadis riwayat Salman bin Amir Addhabi, Nabi Muhammad bersabda: “Bersamaan lahirnya anak laki-laki itu ada akikah maka tumpahkanlah (penebus) darinya darah (sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran (cukur rambutnya).” (H.R. Bukhari).

Selain itu ada juga hadis shahih yang mengatakan bahwa setiap anak akan terikat dengan aqiqahnya. Artinya untuk bisa “membebaskan” anak, maka harus dilakukan pemotongan kambing sesuai dengan ketentuan aqiqah. Ini sesuai dengan hadis yang berbunyi: “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, yang harus disembelih di hari ketujuh, dicukur dan diberi nama.” (HR. Ahmad 20083, Abu Daud 2840, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Tapi bila tidak memungkinkan dilaksanakan aqiqah di hari ketujuh, maka boleh dilakukan di hari ke-14. Bila tidak memungkinkan lagi, bisa di hari ke-21. Ini merupakan pendapat yang disampaikan mazhab Hambali dan salah satu pendapat dalam mazhab Malikiyah, seperti dikutip dari laman Konsultasi Syariah.

Syarat Aqiqah Anak


Seperti ibadah-ibadah pada umumnya, aqiqah pun juga tidak bisa dilakukan sesuka hati. Ibadah ini hendaknya dilakukan dengan memerhatikan syarat-syaratnya:

1. Waktu pelaksanaan aqiqah

Mengenai waktu aqiqah anak laki-laki maupun perempuan di dalam Islam tidak dibedakan. Seperti bunyi hadis yang sudah disebutkan di atas, pelaksanaan aqiqah sebaiknya dilakukan di hari ketujuh setelah kelahiran. Namun, sebagian ulama berpendapat kalau aqiqah juga boleh dilakukan di hari ke-14 atau ke-21. Ada juga pendapat lain, seperti yang disebutkan Ustaz Khalid Basalamah dalam cuplikan video dakwahnya, yang menyatakan bahwa kewajiban aqiqah dianggap gugur bila belum dilaksanakan lebih dari 7 hari setelah anak lahir.

2. Menentukan hari ke-7 setelah kelahiran

Afdalnya, aqiqah memang dilaksanakan di hari ke-7. Bila orang tua mampu, hendaknya mengikuti ketentuan ini. Nah, tapi ada banyak orang tua yang sering kebingungan menentukan hari ke-7 ini, lo. Kalau menurut pendapat Ustadz Ammi Nur Baits, Dewan Pembina situs Konsultasi Syariah, memang ada dua pendapat soal ini.

  • Pertama, ada ulama yang berpendapat bahwa hari kelahiran tidak termasuk 7 hari yang dihitung, dengan catatan sudah melewati waktu subuh. Jadi misalkan Ibu melahirkan bayi hari Senin pukul 05.00 subuh, maka aqiqah sebaiknya dilakukan hari Senin minggu berikutnya, karena Senin yang merupakan hari lahir tidak dihitung.
  • Kedua, ini merupakan pendapat sebagian besar ulama sehingga lebih disarankan. Pendapat ini menyatakan bahwa hari kelahiran justru masuk ke dalam hitungan. Jadi, bila bayi lahir hari Senin seperti di atas, maka pelaksanaan aqiqah adalah hari Minggu. Kalau lahirnya Selasa, berarti aqiqah Senin, dan seterusnya.

3. Jumlah kambing yang disembelih

Syarat aqiqah anak yang juga harus diperhatikan adalah mengenai jumlah kambing yang disembelih. Di atas juga sudah disebutkan bahwa bila bayi yang lahir berjenis kelamin laki-laki, maka jumlah kambing yang dipotong adalah 2 ekor, sedangkan kalau perempuan hanya 1 ekor. Ini seperti yang tercantum dalam sebuah hadis dari Aisyah, di mana beliau menukil perkataan Rasulullah: “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Syarat Kambing Aqiqah Anak


Selain soal jumlah, ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi terkait kambing aqiqah. Berikut ini syarat dan ketentuan agar kambing tersebut layak disembelih untuk keperluan aqiqah anak laki-laki maupun perempuan.

1. Kambing berusia minimal 1 tahun

Seperti dikutip dari laman Dalam Islam, syarat kambing aqiqah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kambing untuk kurban. Salah satunya kambing harus sudah cukup umur, atau berusia minimal 1 tahun atau sedang jalan 2 tahun. 

2. Kambing tidak cacat

Kondisi fisik kambing juga harus sehat secara jasmani, artinya tidak boleh menyembeli kambing yang fisiknya cacat. Ada empat kondisi yang digolongkan cacat, antara lain buta, pincang, terlalu kurus, dan tidak memiliki sumsum tulang. 

3. Boleh betina maupun jantan

Mengenai jenis kelamin, tidak ada tuntutan kambing harus betina atau jantan. Jadi kambing yang disembelih boleh berjenis kelamin apapun.

4. Bukan hewan curian

Kambing yang diperoleh dengan cara tidak halal, seperti dicuri dari pemiliknya, tidak boleh dijadikan hewan aqiqah. Hal ini tentu akan merusak nilai ibadah aqiqah itu sendiri.

5. Diolah terlebih dahulu sebelum dibagikan

Ada perbedaan pendapat mengenai hal ini, ada yang mengatakan bahwa daging kambing boleh dibagikan dalam keadaan mentah, tapi ada juga yang mengatakan daging kambing harus diolah dulu dan inilah pendapat yang paling kuat. Hal ini berdasarkan hadis Aisyah r.a: “Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh.” (HR al-Bayhaqi).

Saat ini banyak jasa pemotongan kambing aqiqah yang juga menawarkan jasa memasaknya sekaligus. Jadi, sebetulnya tidak sulit untuk Ibu dan Ayah menemukan jasa aqiqah anak ini. Selain dimakan sendiri, sebagian daging kambing aqiqah juga harus dibagikan kepada orang lain, yang utama adalah kepada kerabat dan tetangga.

Tata Cara Aqiqah

Sebagian besar tata cara aqiqah sudah dijelaskan di atas, mulai dari memilih kambing untuk aqiqah, menentukan jumlah kambing berdasarkan jenis kelamin anak, sampai menentukan hari ke-7 kelahiran sebagai waktu pelaksanaan aqiqah. Selain tata cara aqiqah secara umum, ada juga tata cara aqiqah secara khusus, lebih spesifik lagi mengenai bagaimana cara memotong kambing aqiqah. Berikut tata cara aqiqah seperti dilansir dari laman Aqiqah Nurul Hayat:

  • Niat menyembelih hewan aqiqah sebagai bentuk ibadah kepada Allah;
  • Hendaknya memperlakukan hewan aqiqah sebaik-baiknya;
  • Memastikan pisau yang digunakan tajam agar penyembelihan lancar;
  • Memastikan kambing tidak melihat saat pisau sedang diasah;
  • Menggiring kambing ke tempat penyembelihan dengan cara yang baik;
  • Hewan sembelihan harus direbahkan dulu;
  • Posisikan dengan baik bagian tubuh yang akan disembelih;
  • Kambing aqiqah harus dihadapkan ke arah kiblat sebelum dipotong;
  • Meletakkan telapak kaki di leher kambing sebelum dan saat menyembelih;
  • Mengucapkan lafaz basmalah sebelum menyembelih; dan
  • Hendaknya tidak menggunakan tulang atau kuku sebagai alat penyembelih.

Tata Cara Aqiqah Anak yang Sudah Besar


Aqiqah umumnya memang dilakukan saat anak baru lahir. Namun, pada kenyataannya tidak semua orang tua mampu melaksanakan aqiqah yang memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi kalau anak yang lahir laki-laki, di mana butuh dua ekor kambing untuk pelaksanaan aqiqah. Nah, jika situasinya seperti ini, mungkin banyak orang bertanya-tanya, lalu apakah boleh melakukan aqiqah saat anak sudah besar atau saat kondisi finansial orang tuanya sudah mendukung? Terdapat berbagai pendapat ulama mengenai hal ini:

1. Lewat hari ke-7, kewajiban orang tua mengaqiqahi anak dianggap gugur

Dilansir dari situs Konsultasi Syariah, mazhab Malikiyah berpendapat bahwa kesempatan orang tua mengaqiqahi anak bila sudah lewat hari ke-7 pasca kelahiran akan dianggap gugur.

2. Selama anak belum baligh, aqiqah masih bisa dilakukan

Berbeda dengan pendapat di atas, kalangan Syafi’iyah meyakini bahwa aqiqah anak ini masih bisa dilakukan selama anak belum mencapai usia baligh, yaitu bila anak perempuan mengalami menstruasi dan anak laki-laki mengalami mimpi basah. Lebih lanjut, Imam as-Syafii mengatakan bila aqiqah tertunda sampai anak mencapai baligh, maka gugur sudah tanggung jawab orang tua mengaqiqahinya.

3. Anak boleh mengaqiqahi diri sendiri

Ada pendapat lain tentang tata cara aqiqah anak yang sudah besar, ini terkait keinginan mengaqiqahi diri sendiri bila ternyata saat sudah dewasa ia belum diaqiqahi orang tuanya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jika si anak sudah dewasa dan mapan dari segi finansial, maka ditekankan ia mengaqiqahi diri sendiri. Hal ini sebagaimana hadis yang menyatakan setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, berikut bunyi hadis tersebut:

“Setiap anak tergadaikan dengan akikahnya, disembelih pada hari ketujuh, dicukur, dan diberi nama.”, diriwayatkan Imam Ahamd, Nasa’i, Abu Daud, Turmudzi, dan Ibn Majah, dari Samurah bin Jundub radliallahu ‘anhu dengan sanad yang shahih.

Selain hadis di atas, ada pula hadis yang mendukung pendapat bahwa anak boleh mengaqiqahi diri sendiri ketika dewasa, berdasarkan apa yang dilakukan Nabi Muhammad ketika baru diutus menjadi Nabi. Disebutkan bahwa Rasulullah mengaqiqahi dirinya sendiri.

Namun ada juga pendapat lain yang tidak mewajibkan anak mengaqiqahi diri sendiri karena aqiqah sebetulnya adalah ibadah yang diperuntukkan kepada orang tua. Jika aqiqah belum ditunaikan, sunnah aqiqah tidak gugur, meski anaknya sudah baligh. Dan bila orang tua sudah mampu melaksanakan aqiqah, maka lebih dianjurkan orang tuanya untuk mengaqiqahi anaknya tersebut.

Aqiqah Bayi yang Meninggal Karena Keguguran

Tidak semua bayi bisa terlahir sempurna, ada juga yang meninggal bahkan sebelum sempat dilahirkan. Gimana ya Islam memandang hal ini? Apakah bayi yang meninggal karena keguguran tetap wajib diaqiqahi? Berdasarkan fatwa yang disampaikan Lajnah Daimah terkait hukum yang berlaku untuk janin keguguran, bila keguguran terjadi sebelum usia 4 bulan kehamilan, maka tidak ada aqiqah. Tapi bila keguguran terjadi saat kehamilan sudah masuk usia 5 bulan, atau setelah ditiupkan ruh ke janin, maka hendaknya orang tua melakukan aqiqah. Hal ini karena ketika ruh sudah ditiupkan, janin di dalam kandungan sudah dianggap sebagai manusia. Selain diaqiqahi, ia juga harus diberi nama, dimandikan, dan disalati.

Hikmah dari Aqiqah


Tidak ada ibadah yang tidak mengandung hikmah di dalamnya, begitu pula dengan aqiqah. Hikmah dari aqiqah sangat banyak sekali, berikut ini di antaranya:

  • Ibadah ini dianggap sebagai upaya menjalankan sunnah dan teladan dari Nabi Muhammad;
  • Aqiqah dapat “membebaskan” anak dari ketergadaian;
  • Aqiqah dianggap dapat melindungi anak dari setan;
  • Anak yang sudah diaqiqahi akan mendapatkan rida dan pertolongan Allah;
  • Ibadah ini merupakan salah satu usaha menghindarkan anak dari keburukan, penderitaan, musibah, dan hal-hal yang sifatnya negatif lainnya;
  • Aqiqah dapat menjadi upaya mendekatkan diri pada Allah;
  • Ibadah aqiqah dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas kehadiran sang buah hati; dan
  • Ibadah ini juga dapat mempererat tali silaturahmi antar anggota masyarakat dan keluarga lewat santapan daging aqiqah yang dibagikan.

Itulah sederet informasi mengenai tata cara aqiqah, lengkap dengan syarat kambing aqiqah dan bagaimana tata cara aqiqah anak yang sudah besar. Semoga membantu ya!

Editor: Dwi Ratih